
Daya Beli Lesu, AC di Minimarket Pun Kurang Sejuk
Mulai melambatnya pertumbuhan bisnis ritel nasional membuat pengusaha melakukan efisiensi agar perusahaan tetap berjalan normal.
Mulai melambatnya pertumbuhan bisnis ritel nasional membuat pengusaha melakukan efisiensi agar perusahaan tetap berjalan normal.
Industri ritel nasional diprediksi masih mengalami perlambatan hingga akhir tahun. Perlambatan terjadi karena konsumen dalam negeri mengalami perubahan pola.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkapkan kebocoran data nasabah tidak terjadi karena gesek ganda pada mesin kasir, tapi para sales.
Aprindo menyebutkan toko di bawah asosiasi akan mengikuti aturan Bank Indonesia (BI) terkait larangan gesek ganda pada mesin kasir.
Penurunan daya beli apakah berpengaruh ke sektor ritel yang menyasar kalangan menengah atas? Ini penjelasan pengusaha.
Pengusaha menjelaskan alasan harga beras di ritel modern lebih mahal.
Toko-toko di Pasar Elektronik Glodok dan WTC Mangga Dua yang dulu ramai dikunjungi pembeli kini tutup. Apakah ini menandakan ekonomi sedang lesu?
Pengusaha ritel menilai meredupnya bisnis Sevel bukan karena daya beli turun. Lantas, apa penyebabnya?
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Roy N Mandey, menilai bahwa kerugian yang dialami Sevel adalah hal yang wajar karena sedang mengalami masa sulit.
Pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi gula Rp 12.500/kg, dan minyak goreng dalam kemasan sederhana Rp 11.000/liter. Ini berlaku sampai September.