Menilik Museum Perkebunan Indonesia II: Sejarah, Daya Tarik, Tiket Masuk

Menilik Museum Perkebunan Indonesia II: Sejarah, Daya Tarik, Tiket Masuk

Salamah Harahap - detikSumut
Kamis, 25 Apr 2024 11:14 WIB
Museum Perkebunan Indonesia II. (Foto: Salamah Harahap/detikSumut)
Museum Perkebunan Indonesia II. (Foto: Salamah Harahap/detikSumut)
Medan -

Perkebunan berpengaruh besar terhadap perkembangan Indonesia. Berbagai komoditi perkebunan seperti sawit, tembakau, dan cengkeh menjadi sumber daya utama bagi masyarakat di negeri ini. Tidak hanya sebagai bahan pokok rumah tangga, namun juga sebagai sumber penghasilan.

Ternyata dengan mengetahui seluk beluk dunia perkebunan, kita juga dapat lebih memahami sejarah perkembangan Indonesia. Selain itu, kita juga bisa membedakan yang mana saja hasil pertanian dan perkebunan. Untuk itu, detikers wajib banget mengunjungi Museum Perkebunan Indonesia II (Musperin II) ini.

Museum Perkebunan II terletak di Jalan Pemuda No.10, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Lokasinya begitu strategis dan dekat dengan Jalan Kesawan, yaitu jalan yang dipenuhi dengan bangunan-bangunan bersejarah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Museum ini merupakan museum perkebunan utama. Pembangunannya sempat dihentikan karena dahulu masih aktif beroperasi sebagai kantor. Meskipun begitu, tetap dibangun museum perkebunan lain sebagai sarana edukasi yaitu Museum Perkebunan Indonesia I (Musperin I) yang terletak di Jalan Brigjend Katamso No.53, Kota Medan.

Lantas bagaimana sejarah dibentuknya Museum Perkebunan II? Yuk, simak penjelasan di bawah ini.

ADVERTISEMENT

Sejarah, Daya Tarik, hingga Harga Tiket Masuk

Sejarah Museum Perkebunan II

Museum Perkebunan II diresmikan pada Desember, 2018. Namun baru terbuka untuk umum pada tahun 2022. Museum ini diresmikan oleh Ketua Dewan Pembina Museum Perkebunan Indonesia Soeadji Kartasasmita, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, dan Menteri Pertanian kala itu, Bungaran Saragih.

Sebagai museum utama, Musperin II memiliki perbedaan yang signifikan dengan Musperin I. Musperin I banyak memperkenalkan jenis-jenis tanaman komoditas hasil perkebunan, sementara Musperin II mengajak kita untuk mendalami sejarah kantor perkebunan baik itu dari segi gedung, barang peninggalan, dan produk hasil perkebunan.

Berdasarkan keterangan Nisa selaku pemandu museum, terdapat 7 komoditas hasil perkebunan yang berpengaruh besar terhadap sejarah perkembangan Indonesia.

"Ada 7 hasil perkebunan yang berpengaruh besar sekali saat itu. Pertama ada tembakau, tembakau deli banyak diproduksi dan dijual ke luar negeri. Kemudian ada karet, kopi, kakao, teh, tebu, dan kelapa sawit," terangnya.

Sejak dahulu, hasil perkebunan tidak boleh sembarangan dikirim ke luar negeri, perlu adanya asosiasi terlebih dahulu. Sehingga, dibangunlah Musperin II sebagai kantor asosiasi perkebunan. Asosiasi ini mulanya bernama Algemneee Vereniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra (AVROS) kemudian mengalami pergantian nama menjadi Badan Kerja Sama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKS-PPS) pada 1964.

Selain mengirimkan hasil perkebunan Indonesia ke luar negeri, kantor ini juga bertugas mencatat data-data para pekerja perkebunan dari luar Sumatera.

Sebagai objek wisata historis, Musperin II berperan besar sebagai saksi sejarah yang begitu panjang dalam dunia perkebunan, tidak hanya di Sumatera namun juga di Indonesia. Majunya Kota Medan juga dapat dilihat dari sektor perkebunannya. Banyak sekali hasil perkebunan Kota Medan yang dijual ke luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan adanya Pelabuhan Belawan, salah satu pelabuhan tertua di Sumatera Utara.

Koleksi dan Barang Antik di Museum Perkebunan II

Musperin II sebagai bangunan bersejarah tetap memberikan kesan klasik dan kuno, sehingga tidak ada satupun dari bagian gedung yang diubah atau dirombak. Museum ini sendiri memiliki 4 lantai. Lantai 1 dan 4 berisi ruangan pameran, sementara lantai 2 dan 3 tidak diperkenankan dikunjungi karena masih merupakan bagian kantor BKS-PPS.

Koleksi yang dipamerkan di museum kebanyakan berasal dari Rotterdamsche Lloyd, yaitu sebuah maskapai pelayaran Belanda yang beroperasi sejak tahun 1839, bertugas melayani jalur Indonesia dan negara-negara timur. Selain itu, museum juga banyak memamerkan hasil perkebunan dari PT Sucofindo, PTPN 2, PTPN 3, dan kantor BKS-PPS sendiri.

Contoh koleksi yang berasal dari Rotterdamsche Lloyd adalah lukisan wanita batak, miniatur kapal, dan patung yang merepresentasikan pekerja perkebunan dahulu. Sementara barang antik yang kebanyakan berasal dari BKS-PPS sendiri yaitu mesin tik, mesin hitung, dan lift surat.

Museum juga memamerkan produk hilir berupa bibit kelapa sawit, coklat, lilin, teh, dan gula dari masing-masing perusahaan.

Museum Perkebunan. (Salamah Harahap/detikSumut)Foto: Coklat Berbahan Dasar Kelapa Sawit. (Salamah Harahap/detikSumut)

Hal unik yang dapat juga dilihat dari museum ini adalah jam lonceng yang berada di lantai 4. Jam lonceng ini berfungsi sebagai pengingat waktu kerja, waktu istirahat, dan waktu pulang. Jam ini berbunyi setiap satu jam sekali dan masih dapat digunakan hingga sekarang.

Cara Berkunjung dan Harga Tiket Masuk Museum Perkebunan II

Bagi detikers yang ingin mengunjungi Museum Perkebunan II, langsung saja datang ke alamat yang sudah tertera di atas. Museum ini buka setiap hari mulai pukul 09.00-17.00 WIB. Untuk berkunjung ke sini, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp 25 ribu dan bagi turis asing sebesar Rp 35 ribu.

Adapun syarat dan ketentuan saat berkunjung ke museum adalah membayar tiket masuk terlebih dahulu, menjaga kebersihan dan ketentraman selama di museum, serta mengikuti peraturan dan petunjuk yang diberikan oleh pemandu museum.

Artikel ini ditulis Salamah Harahap, mahasiswi magang merdeka di detikcom.




(dhm/dhm)


Hide Ads