Tangga Seratus Jejak Penjajahan Belanda hingga Jepang di Sibolga

Sumut in History

Tangga Seratus Jejak Penjajahan Belanda hingga Jepang di Sibolga

Nizar Aldi - detikSumut
Senin, 25 Mar 2024 07:30 WIB
Warga saat menuruni anak tangga di Tangga Seratus, Sibolga (Nizar Aldi/detikSumut)
Warga saat menuruni anak tangga di Tangga Seratus, Sibolga (Nizar Aldi/detikSumut)
Sibolga -

Tangga Seratus, demikian nama yang melekat pada deretan anak tangga di salah satu bukit di Kota Sibolga, Sumatera Utara. Tangga Seratus merupakan jejak penjajahan kolonial Belanda hingga Jepang di Kota Sibolga pada masa lalu.

Jumlah anak tangga di Tangga Seratus tidak lah sesuai dengan namanya. Ternyata terdapat 298 anak tangga di Tangga Seratus yang terletak di Kelurahan Pasar Baru, Kota Sibolga ini.

"Namanya Tangga Seratus. Namun bukan berarti jumlah anak tangga yang dinaiki hanya berjumlah 100. Tetapi berjumlah 298, itulah yang menjadi keunikannya," demikian tertulis di laman Indonesia.go.id yang dikutip, Senin (25/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tangga Seratus ternyata menyimpan kisah penjajahan Belanda hingga Jepang di masa lalu. Tangga Seratus diyakini telah berusia 100 tahun lebih atau saat masa pendudukan Belanda.

Awalnya Tangga Seratus hanya berbentuk seperti bantaran rel kereta api yang menjulur dari bawah hingga puncak bukit. Tangga Seratus saat awal dibangunnya juga hanya dari kayu dan bambu yang diikat dengan tali tambang, tanpa penopang untuk berpegang di sisi kanan dan kiri.

ADVERTISEMENT
Panorama dari puncak Tangga Seratus (Nizar Aldi/detikSumut)Panorama dari puncak Tangga Seratus (Nizar Aldi/detikSumut)

Pembangunan Tangga Seratus pun memiliki catatan kelam, sama halnya dengan kisah dari daerah lain ketika masa penjajahan. Ratusan masyarakat Sibolga dipaksa bekerja oleh kolonial Belanda untuk membangun Tangga Seratus.

Selain itu, terdapat juga goa peninggalan Jepang di Tangga Seratus. Goa tersebut dipakai oleh tentara Jepang sebagai lubang pengintai di masa lalu.

Di dalam goa buatan tentara Jepang itu terdapat satu pintu masuk dan dua lajur di dalamnya yang berbentuk huruf Y. Jika tentara Jepang yang bertugas sebagai pengintai melihat adanya pergerakan membahayakan atau mencurigakan, maka mereka akan langsung melaporkannya ke puncak bukit.

Saat masa agresi militer Belanda II, Tangga Seratus kembali digunakan tentara penjajah untuk memantau aktivitas di perairan Sibolga. Seperti melihat keluar masuknya kapal di perairan yang dapat dipantau dari atas bukit.

Hingga saat ini, di Puncak Bukit Tangga Seratus juga masih terdapat bangunan perusahaan air minum berdiri kokoh. Gedung perusahaan air minum itu dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda tahun 1929.

Di dekat gedung perusahaan air minum buatan pemerintah kolonial Belanda itu, ada sirene yang energinya diambil dari dinamo tua. Saat itu digunakan untuk memanggil para pekerja perusahaan air minum.

Sekarang, sirene itu dimanfaatkan sebagai penanda pemberitahuan telah masuk berbuka puasa kepada masyarakat Kota Sibolga. Kini Tangga Seratus juga sudah direnovasi oleh pemerintah tanpa menghilangkan nilai sejarahnya.

Tangga Seratus kini telah berganti kokohnya semen ketika dipijak dan sisi kanan dan kirinya pun telah dipasang penopang untuk berpegangan. Pemerintah Kota Sibolga telah menetapkan destinasi sejarah Tangga Seratus sebagai bagian situs cagar budaya.

Tangga Seratus juga kini menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Sibolga. Meskipun sedikit lelah menapaki anak tangganya, namun rasa lelah itu akan terbayar dengan suguhan panorama Kota Sibolga yang berbatasan langsung dengan laut yang indah terlihat dari puncak bukit.




(astj/astj)


Hide Ads