Kokohnya Mercusuar Peninggalan Belanda di Pulo Aceh, Cuma Ada 3 di Dunia

Aceh

Kokohnya Mercusuar Peninggalan Belanda di Pulo Aceh, Cuma Ada 3 di Dunia

Agus Setyadi - detikSumut
Jumat, 17 Feb 2023 04:00 WIB
Mercusuar di Pulo Aceh
Mercusuar Willem's Torrent III berdiri kokoh di ujung Desa Meulingge di Pulau Breueh, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar. (Agus Setyadi/detikSumut)
Banda Aceh -

Mercusuar Willem's Torrent III berdiri kokoh di ujung Desa Meulingge di Pulau Breueh, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar. Menara suar berusia ratusan tahun peninggalan Belanda itu disebut hanya ada tiga di dunia.

Mercusuar yang dibangun Belanda pada 1875 itu berada di hutan Meulingge yang menghadap ke Samudera Hindia. Untuk ke lokasi, traveler dari Banda Aceh dapat menuju ke Pulau Breueh menggunakan kapal nelayan.

Ongkos kapal Rp 30 ribu/penumpang. Dari pelabuhan di Pulau Breueh, traveler dapat menuju mercusuar dengan kendaraan roda dua atau empat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jalanan ke sana penuh dengan tanjakan dan turunan. Kiri-kanan jalan dipenuhi belukar. Beberapa titik jalan juga longsor serta ambles sehingga pengguna jalan harus berhati-hati.

Selama di perjalanan, traveler dapat menikmati indahnya sejumlah pantai yang ada di Pulau Breueh. Pantai-pantai di sana rata-rata berpasir putih.

ADVERTISEMENT

Jalanan menuju ke Mercusuar sudah beraspal. Hanya sekitar 200 meter yang masih berbatuan ketika masuk ke gerbang Mercusuar.

Begitu tiba, traveler dapat melongok menara suar setinggi 85 meter yang berdiri kokoh meski sudah berusia ratusan tahun. Dari luar mercusuar berkelir merah dan putih itu tampak satu pintu terbuat dari besi serta beberapa anak tangga.

Traveler diperbolehkan masuk hingga ke puncak menara suar. Namun sebelum naik, siapkan dulu kuda-kuda yang kuat karena untuk mencapai lampu suar traveler harus menapaki 167 anak tangga.

Ketika berada di dalam menara suar berarsitektur Belanda itu, traveler dihadapkan dengan anak tangga terbuat dari besi. Bangunan berlantai tujuh itu memiliki dinding dengan ketebalan sekitar satu meter.

Kelelahan saat menapaki ratusan anak tangga seketika sirna begitu tiba di atas menara suar. Traveler dapat menikmati tiupan angin yang menenangkan serta menikmati panorama alam Pulau Breueh.

Dari atas itu, travelers juga dapat melihat Pulau Weh serta Pulau Rondo. Selain itu, kapal-kapal yang berlayar di zona ekonomi eksklusif (ZEE) juga tampak bila cuaca sedang bagus.

Di atas puncak menara suar juga terdapat ruang kaca yang berisi dua lampu. Namun satu lampu berukuran besar sudah tidak menyala.

"Sekarang hanya lampu yang ukuran lebih kecil ini yang nyala. Lampu suar ini sebagai penanda daratan bagi kapal-kapal yang melintas di ZEE," kata seorang warga Pulau Breueh, Tomi, Kamis (16/2/2023).

Mercusuar di Pulo AcehMercusuar di Pulo Aceh Foto: Agus Setyadi/detikSumut

detikSumut berkesempatan naik ke puncak menara suar bersama rombongan Disbudpar Aceh. Kepala Disbudpar Aceh Almuniza Kamal mengunjungi peninggalan Belanda itu untuk menggali potensi Pulo Aceh.

"William Torrent adalah salah satu bangunan yang wajib dikunjungi di Pulau Breueh. Dan ini adalah satu di antara tiga peninggalan atau pun tiga mercusuar yang ada di dunia. Salah satunya ada di Aceh, dua lagi di Eropa," kata Almuniza kepada detikSumut.

Menurutnya, Pulau Breueh memiliki potensi yang tidak kalah dengan daerah lain di Aceh. Pulau terluar ini juga dapat menjadi salah satu destinasi bahari unggulan di Tanah Rencong.

"Untuk semua rekan-rekan yang ada di Nusantara terutama anak muda Aceh saya pikir kalian wajib datang ke William Torrent karena di sini membuktikan sejarah Aceh dan keindahan Aceh salah satu bisa dinikmati di ketinggian ini," jelas Almuniza.

Dikutip dari berbagai sumber, mercusuar yang dibangun di sana mengadopsi nama sang raja yang menguasai Luksemburg (1817-1890), yakni Willem Alexander Paul Frederik Lodewijk. Menara dibangun dalam kompleks seluas 20 hektare. Di sana juga masih bangunan peninggalan Belanda lainnya.

Selama memerintah, Willem disebut banyak berperan membangun ekonomi dan infrastruktur di wilayah Hindia Belanda, termasuk Pulo Aceh. Willem membangun mercusuar ini sebagai usaha menyiapkan Sabang sebagai salah satu Pelabuhan transit di Selat Malaka.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Perjalanan Seru ke Penginapan di Aceh"
[Gambas:Video 20detik]
(agse/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads