Hal tersebut dikatakan oleh Nadri Batubara (42), seorang peternak lebah di Labuhanbatu Selatan (Labusel), Sumatera Utara (Sumut).
Pria yang lebih dikenal dengan panggilan Fito Rajo ini, sudah membuktikannya meski baru empat tahun menjadi peternak lebah.
"Kebetulan baru-baru ini ada tim dari (Universitas) Brawijaya Malang yang berkunjung ke sini. Meneliti pola peternakan yang saya kembangkan. Bagi diri sendiri, jujur saya merasa bahagia. Ada rasa bangga di situ, bangga karena bisa memberikan sesuatu pada pengetahuan," kata Fito, awal pekan ini.
Baca juga: Bukan Hotel Biasa, Ini 'Hotel' Lebah |
Fito mengatakan, sejak awal dia memang berniat untuk membagikan pengetahuannya kepada siapa saja secara gratis. Karena itu peternakan lebah miliknya sudah dikunjungi oleh cukup banyak orang.
![]() |
Banyak yang datang dengan niat ingin mendapat ilmu dan menjadi peternak, atau pun pengunjung yang hanya sekedar ingin membeli madu produksinya. Bahkan, pengusaha perkebunan di sekitar tempat itu juga berkunjung ke sana, karena menyadari bahwa keberadaan lebah-lebah itu sangat membantu meningkatkan hasil perkebunan.
"Selain bisa membagikan ilmu pengetahuan, rasa bahagia lainnya ialah seorang peternak lebah akan menjadi pelestari lingkungan," ucapnya.
"Syarat utama berternak lebah ini ialah kondisi lingkungannya masih baik, belum tercemar. Lebah tidak akan mau mencari makanannya di lingkungan yang sudah tercemar. Contohnya lingkungan yang sudah terpapar pestisida, lebah pasti tidak mau datang ke situ," sambungnya.
Dari fakta itu, mau tak mau peternak lebah wajib memastikan wilayah vegetasi lebahnya bebas dari pencemaran. Dalam hal ini, Fito yang telah mendidik banyak orang untuk menjadi peternak lebah, otomatis telah mengajak mereka untuk melestarikan lingkungannya masing-masing.
Potensi bisnis beternak lebah ini juga sangat menjanjikan. Proses pengerjaan dan pemeliharaannya pun cukup mudah. Tak membutuhkan modal yang banyak, namun mengharuskan ketersediaan tumbuhan yang akan menjadi pakan lebah.
Karena itu, sebelum beternak lebah, harus dipastikan vegetasi tumbuhan yang ada di sekitar peternakan tersebut mengandung cukup nektar, polen, resin dan air. Vegetasi tumbuhan ini nantinya akan menjadi tolak ukur banyak tidaknya madu yang dihasilkan lebah.
"Kalau di sini 1 koloni itu rata-rata bisa menghasilkan madu 500 gram sekali panen, per dua minggu," kata Fito.
Fito menyebutkan, lebah yang diternakkannya berjenis lebah Trigona Thorachica. Harga jual madu ini mencapai Rp 500 ribu per kg. Dalam sebulan, Fito bisa memanen madu dua kali dengan penghasilan mencapai jutaan rupiah.
Adapun satu koloni lebah dapat bertahan selama 3 tahun. Namun dalam masa 3 tahun tersebut, koloni itu akan menghasilkan beberapa koloni baru.
Sementara untuk vegetasi, tumbuhan di lahan seluas satu hektar bisa menghidupi 100 koloni lebah. Namun dengan catatan di sekitarnya juga terdapat tumbuhan lain sebagai pendukung agar nektar, polen, resin dan air tetap tercukupi bagi lebah.
Selain madu, lebah juga menghasilkan bee polen, royal jelly dan propolis. Harga ketiga produk hasil panen ini malah lebih mahal dari madu.
Fito pun akan tetap berusaha meningkatkan usaha beternak lebahnya itu. Apalagi, permintaan di pasaran juga makin tinggi. Mengingat kebutuhan madu Indonesia ternyata selama ini setengahnya masih diimpor.
(dpw/dpw)