Mau Dijual Edy Rahmayadi, Begini Sejarah Berdirinya PSMS Medan

Mau Dijual Edy Rahmayadi, Begini Sejarah Berdirinya PSMS Medan

Nizar Aldi - detikSumut
Jumat, 17 Jan 2025 09:55 WIB
Logo Klub Liga 1 mulai dari Arema, Bali United, Borneo FC, Bhayangkara, Madura United, Mitra Kukar, Persebaya, Persela, Perseru, Persib, Persija, Persipura, PS Tira, PSIS, PSM, PSMS, dan Sriwijaya FC
Foto: Infografis Detiksport
Medan -

Pembina PT Kinantan Medan Indonesia (KMI) selaku pengelola PSMS Medan, Edy Rahmayadi, bersedia menjual klub kebanggaan anak Medan itu. Begini sejarah berdirinya PSMS Medan yang saat ini bermain di Liga 2.

Pemerhati sepakbola Indra Efendi Rangkuti mengatakan PSMS didirikan pada 21 April 1950. PSMS didirikan oleh 6 orang yang mewakili klub amatir yang terdiri dari lintas etnis saat itu.

"PSMS ini dulunya dibentuk oleh enam orang yang mewakili klub amatir yang lintas etnis, jadi sebenarnya PSMS ini dalam pendiriannya merupakan perwujudan dari pluralisme," kata Indra Efendi Rangkuti kepada detikSumut, Jumat (17/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keenam orang tersebut adalah Adinegoro dari klub Al Wathan yang identik dengan Arab, Madja Purba dari Sahata yang merupakan klub bagi orang Batak, Sulaiman Siregar dari Persatuan Olahraga (PO) Polisi, TM Haris dari Medan Sport klub warga Melayu, dr. Pierngadi dari Deli Maatschappij dan Tedja Singh dari India Football Team yang merupakan klub orang India.

Keenam tersebut kemudian mengkoordinir 23 klub di Medan saat itu untuk mendirikan PSMS Medan. Maka tepat 21 April 1950 berdirilah PSMS Medan dengan 23 klub anggota.

ADVERTISEMENT

Akan tetapi, Indra menyebutkan Deliesche Voetbal Bond (DVB) yang didirikan tahun 1907, Oost Sumatera Voetbal Bond (OSVB) berdiri tahun 1915, Rumah Susun Football Club (RSFC), Voetbal Bond Medan Organisatie (VBMO) dan beberapa klub yang didirikan zaman Belanda, sering dikaitkan sebagai sebagai cikal bakal pendirian PSMS. Padahal menurutnya tidak ada bukti yang jelas yang bisa membuktikan hal tersebut.

"Yang saya sebutkan tadi (beberapa klub zaman Belanda) tidak punya bukti yang jelas, bahwa klub yang didirikan zaman Belanda itu menjadi cikal bakal PSMS," sebutnya.

PSMS Medan menyematkan 1950 di dalam logonya. Di dalam logo tersebut juga terdapat bunga dan daun tembakau yang identik dengan Tanah Deli.

Setelah berdiri, PSMS Medan mempunyai sekretariat di Jalan Bali atau sekarang Jalan Veteran, Kecamatan Medan Kota. Sekretariat itu bernama Gedung PSMS dan pengurus PSMS berkantor di situ sejak tahun 1955 hingga 1972.

Sedangkan lapangan yang digunakan PSMS di awal-awal bernama Lapangan Medan Putra. Di atas lapangan itu sekarang telah berdiri Hotel Madani di Jalan Sisingamangaraja.

PSMS Medan kemudian memakai Stadion Teladan sebagai lapangan bertanding pada tahun 1953 setelah digunakan untuk Pekan Olahraga Nasional (PON). Pada tahun 1972 atas perhatian Wali Kota Medan Sjoerkani karena saat itu PSMS Medan berhasil menjuarai turnamen nasional tiga kali berturut-turut.

Maka PSMS Medan disediakan gedung di Stadion Kebun Bunga agar para pemain mempunyai tempat istirahat yang layak ketika menjalani TC. Sebelumnya pemain PSMS istirahat di kamar sempit yang ada di Stadion Teladan ketika menjalani TC.

PSMS Medan kemudian dikelola oleh PT Ayam Kinantan Medan. Pada tahun 2015, Edy Rahmayadi diketahui memiliki saham sebesar 55 persen.

Kemudian terjadi perubahan nama dari PT Ayam Kinantan Medan menjadi PT Kinantan Medan Indonesia yang saat ini mengelola PSMS. Edy diketahui memiliki saham sebesar 51 persen atas PT Kinantan Medan Indonesia.

Catatan Perjalanan PSMS di Lapangan Hijau

Di awal-awal berdiri, PSMS mendapat julukan The Killer dari tim luar negeri. Julukan tersebut karena PSMS selalu berhasil menaklukkan lawannya baik klub dari dalam negeri maupun luar negeri.

Kalau pun tidak menang, setidaknya PSMS akan kalah tipis melawan tim luar negeri tersebut dibandingkan dengan klub lainnya yang dihabisin dengan skor telak.

"Jadi PSMS dulu disebut The Killer sekitar tahun 1953 hingga 1970-an, saat itu PSMS menjadi momok yang menakutkan bagi lawan baik dari luar negeri maupun dalam negeri," ujarnya.

Memasuki era 1967 hingga 1990, PSMS kerap meraih kemenangan dan pernah meraih juara sebanyak tiga kali berturut-turut dari tahun 1967 hingga 1971. Selain itu, PSMS meraih juara keempat di gelaran Turnamen Klub Juara Asia (AFC Champions Cup) tahun 1970 di Teheran.

"PSMS Medan pernah juara tiga kali berturut-turut di era perserikatan, bahkan meraih Jura di Agha Khan Gold Cup 1967 di Bangladesh dan juara empat di gelaran AFC Champions Cup 1970," tuturnya.

Saat ini, PSMS Medan memiliki julukan Ayam Kinantan. Julukan Ayam Kinantan ini sebetulnya milik anggota PSMS yaitu Medan Putra. PSMS sendiri mendapatkan julukan ini seusai juara Divisi Utama Perserikatan PSSI pada tahun 1985.

"Julukan Ayam Kinantan disematkan kepada PSMS seusai PSMS Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI pada 1985. Julukan ini aslinya adalah julukan dari klub anggota PSMS yaitu Medan Putra," ucapnya.

Kebetulan pada masa itu pengurus PSMS banyak yang pernah menjadi pengurus Medan Putra. Demikian juga pelatih PSMS Parlin Siagian yang merupakan binaan asli Medan Putra termasuk beberapa pemain seperti Ponirin Meka yg pernah dibina di Medan Putra. Ditambah kebiasaan Manajer PSMS Bawono yang kerap membawa Ayam Jago kala menginap di Kebun Bunga, sehingga julukan Ayam Kinantan disematkan kepada PSMS Medan.

PSMS Medan berjulukan Ayam Kinantan populer saat ini tidak terlepas dari peran wartawan senior Medan, almarhum Zatako di dalam tulisan-tulisannya. Julukan Ayam Kinantan itu akhirnya terkenal dan identik dengan PSMS Medan sampai saat ini.

PSMS Medan menjadi Juara Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI sebanyak 6 kali yaitu 1967,1969,1971,1975 (Juara bersama Persija),1983 dan 1985. PSMS adalah klub terbanyak yang meraih gelar Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI sesudah Indonesia Merdeka.

Biarpun PSMS Medan punya banyak mengukir sejarah di dalam dunia persepakbolaan tanah air, namun saat ini PSMS terdegradasi dari liga tertinggi di Indonesia yaitu Liga 1. PSMS Medan bermain di Liga 2 untuk musim 2024/2025.

Baca Edy Rahmayadi Mau Jual PSMS di halaman berikutnya....

Edy Rahmayadi Mau Jual PSMS

Direktur PT KMI Medan Arifuddin Maulana Basri mengatakan pihaknya terbuka terhadap kemungkinan perubahan kepemilikan, meski hingga saat ini belum ada keputusan resmi. Sudah ada beberapa calon pembeli tapi belum ada yang serius sejauh ini.

"Terkait polemik pindah tangan kepemilikan PSMS, kami sedang menunggu kabar dari calon pembeli. Yang tanya banyak, tapi belum tahu mana yang serius. Intinya, kami sudah ikhlas kalau ini harus berpindah kepemilikan," kata Arifuddin Maulana Basri dalam keterangannya, Kamis (16/1/2025).

Arifuddin menyebutkan jika Edy selaku pemilik saham mayoritas meminta 2 syarat kepada calon pembeli. Yakni PSMS tidak dibawa keluar Sumatera Utara (Sumut) dan nama baik PSMS dijaga.

"Permintaan pembina hanya dua, jangan dibawa keluar Sumatera Utara, dan yang kedua, tolong dijaga dengan baik," sebutnya.

Saat ditanya mengenai nilai jual PSMS, Arifuddin menyebut bahwa harga klub tidak hanya dilihat dari sisi finansial. PSMS dinilai memiliki nilai yang lebih meskipun berada di Liga 2.

"Kalau soal harga, ya relatif. Tidak bisa kita cerita untung rugi. Selayaknya tim Liga 2 saja, tapi PSMS ini punya value yang lebih. Kalau memang serius untuk PSMS, calon pembeli tak seharusnya memperdebatkan hal itu," ucapnya.

Meski isu kepemilikan PSMS terus berembus, Arifuddin memastikan hingga kini belum ada kesepakatan resmi dengan pihak manapun. Sehingga Arifuddin meminta agar pemain tetap bermain serius di laga tersisa di Liga 2 musim ini.

"Masih saya dan ayah (Edy Rahmayadi) yang membiayai ini semua. Tolong doakan tim kita ini bisa melewati babak playoff dengan baik. Saya tekankan kepada pemain harus bermain all-out demi marwah PSMS. Tugas saya adalah membiayai ini sampai selesai," tutupnya.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video Momen Edy Rahmayadi Juga Diserang Seusai Debat Pilgub Sumut"
[Gambas:Video 20detik]
(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads