Salah seorang pemain Arema FC yang berasal dari Portugal-Guinea, Abel Camara mengatakan ada 7 hingga 8 mayat di ruang ganti yang digunakan untuk mengevakuasi mereka. Tim Arema FC berada dalam ruangan itu sekitar 4 jam saat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan terjadi.
"Kami memiliki orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami. Kami memiliki sekitar tujuh atau delapan orang tewas di ruang ganti. Kami harus tinggal di sana selama empat jam sebelum mereka berhasil mendorong semua orang menjauh," terangnya dilansir dari detikNews.
Abel Camara menjadi salah satu saksi mata peristiwa memilukan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. Kepada media Portugal Mais Futebol, dia mengaku melihat korban-korban dibawa ke ruang ganti dan menghembuskan napas terakhir di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abel Cemara menceritakan pengalaman pilunya saat Tragedi Kanjuruhan. Penyerang Arema FC itu menyaksikan langsung korban tewas di ruang ganti. Laga Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam WIB, berakhir tragis.
Bentrokan terjadi antara fans yang masuk ke lapangan dengan aparat yang mencoba membubarkan kerumunan. Aparat keamanan melemparkan gas air mata untuk menghalau massa. Fans yang panik tertahan di stadion. Desak-desakan tak terelakkan hingga jatuh korban jiwa.
125 kematian terkonfirmasi dalam Tragedi Kanjuruhan. Insiden ini pun menjadi duka sepakbola nasional dan menarik perhatian internasional.
"Ini adalah derby yang sangat lama dan selama seminggu sudah terasa di seluruh kota bahwa itu adalah pertandingan dengan lebih dari tiga poin. Mereka bilang ini adalah permainan hidup dan mati, bahwa kita bisa kalah di setiap pertandingan kecuali yang ini. Atmosfernya tegang," kata Camara.
"Setelah kami kalah, kami pergi untuk meminta maaf kepada para penggemar. Mereka mulai memanjat pagar, kami pergi ke ruang ganti. Sejak saat itu kami mulai mendengar tembakan, mendorong," jelasnya
"Ketika kami pergi, ketika semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu kets, pakaian di seluruh aula stadion. Ketika kami meninggalkan stadion dengan bus, ada mobil sipil dan polisi yang terbakar, tetapi kami memiliki perjalanan yang mulus ke pusat pelatihan kami, mengambil mobil dan pulang. Sekarang kami berada di rumah, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi," demikian kata Abel Camara.
(bpa/bpa)