Melihat Sejarah Kue Keranjang, 'Dodol China' yang Selalu Hadir saat Imlek

Melihat Sejarah Kue Keranjang, 'Dodol China' yang Selalu Hadir saat Imlek

Fria Sumitro - detikSumut
Jumat, 09 Feb 2024 13:03 WIB
Kue keranjang di Pasar Glodok
Sejarah Kue Keranjang (Foto: detikcom)
Medan -

Tiap pergantian tahun, masyarakat Tionghoa di seluruh dunia merayakan Imlek. Tahun ini, perayaan Imlek 2024 jatuh pada Sabtu, 10 Februari 2024.

Berbagai kegiatan hingga ritual keagamaan dilakukan selama hari raya umat Konghucu ini. Aneka makanan lezat pun juga hadir, salah satunya kue keranjang.

Kue keranjang kerap dibeli atau dibuat masyarakat Tionghoa untuk disantap atau keperluan sembahyang. Nah, apakah detikers tahu sejarah di balik panganan berbentuk bundar satu ini?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuk, simak sejarah kue keranjang yang selalu ada di perayaan Imlek di bawah ini. Katanya, bermula karena makhluk monster, lo!

Mengenal Kue Keranjang

Kue Keranjang ImlekKue Keranjang Imlek (Foto: Getty Images/iStockphoto/Ika Rahma)

Sebelum mengetahui sejarah kemunculannya, mari berkenalan dulu dengan kue keranjang. Kue seperti apa, sih, makanan satu ini?

ADVERTISEMENT

Dilansir arsip berita detikSumut, dalam bahasa Mandarin, kue keranjang dikenal sebagai niΓ‘n gāo (年糕). Sementara itu, dalam bahasa Hokkien, ia dikenal dengan julukan ti kwe (η”œζ£΅).

Jika diterjemahkan secara harfiah, nian (εΉ΄) berarti 'tahun' dan gao (糕) bermakna 'kue'. Bila disatukan, nian gao dapat diterjemahkan sebagai 'kue tahun baru'.

Kue berbentuk bundar dengan warna cokelat ini terbuat dari tepung beras ketan dan gula. Kedua bahan tersebut lantas dicampur dengan air.

Setelah tercampur, adonan dikukus berjam-jam sampai tercipta karamel berwarna cokelat tua. Dari proses masak tersebut, diperoleh makanan bertekstur kenyal dan lengket dengan cita rasa manis.

Seminggu sebelum perayaan Tahun Baru Imlek, masyarakat Tionghoa mulai menyajikan kue keranjang sebagai sesaji untuk keperluan sembahyang. Pada periode tersebut, kue masih belum boleh dimakan.

Baru selepas malam ke-15 Imlek, kue keranjang dapat disantap sepuasnya. Dalam kebudayaan Tionghoa, malam Imlek yang ke-15 dikenal dengan istilah Cap Go Meh.

Sebagai informasi pula, di Indonesia, kudapan yang tak pernah absen selama Imlek ini memiliki banyak nama. Ada orang yang menyebutnya sebagai kue bakul.

Walaupun disebut kue, panganan ini tidak bertekstur lembut maupun empuk. Malahan, kue keranjang lebih mirip dodol. Itulah mengapa dodol china menjadi sebutannya yang lain.

Sejarah Kemunculan Kue Keranjang

Kue keranjang di Pasar Glodokkue keranjang (Foto: detikcom)

Sejarah kemunculan nian gao sarat akan mitos dan legenda. Nah, berikut sederet versi tentang sejarah kue keranjang menurut kepercayaan orang China:

Versi 1: Dipersembahkan untuk Dewa Tungku

Mengenai asal-usul kemunculan kue bakul, kebanyakan bersumber dari legenda ataupun mitos yang populer di tengah masyarakat. Legenda pertama menyebutkan, makanan khas Imlek ini merupakan hidangan yang sengaja dipersembahkan untuk Dewa Tungku (Cau Kun Kong).

Orang Tionghoa percaya bahwa anglo (tempat masak) di setiap rumah dihuni oleh Dewa Tungku. Dewa tersebut dikirim oleh Raja Surga (Giok Hong Siang Te) untuk mengawasi perilaku penghuni rumah dalam membuat masakan sehari-hari.

Setelah menjalankan tugasnya, Dewa Tungku akan kembali ke surga untuk memberi laporan ke Raja Surga. Sang dewa akan selalu pulang setiap tanggal 24 di bulan ke-12 kalender cina, yakni H-6 perayaan Imlek.

Nah, supaya laporan yang diserahkan oleh sang dewa baik, masyarakat Tionghoa terdahulu sengaja menyiapkan kue bakul. Teksturnya yang lengket mampu mencegah Cau Kun Kong dari mengatakan hal-hal buruk tentang keluarga tempat ia ditugaskan.

Legenda itulah yang menjadi alasan masyarakat etnis Tionghoa memasak banyak kue keranjang sebelum Tahun Baru Imlek.

Versi 2: Nian, Raksasa Pemakan Manusia

Legenda lain meyakini, terciptanya kue bakul bermula dari keberadaan seekor monster dataran China bernama Nian. Menurut kepercayaan masyarakat, nama Nian sendiri diambil dari gunung ia berada. Monster berupa raksasa ini menghuni sebuah gua di gunung tersebut.

Nian sebenarnya memangsa hewan. Namun, semasa musim dingin, para hewan bersembunyi dan berhibernasi. Alhasil, si raksasa beralih memburu manusia untuk dijadikan santapannya.

Masyarakat yang hidup di tempat Nian berada tentu merasa ketakutan. Hingga akhirnya, seseorang bernama Gao dari desa tersebut datang dengan ide cemerlang.

Dirinya membuat sebuah kue yang terbuat dari campuran gula dan tepung beras ketan. Setelah jadi, kue tersebut diletakkan di depan pintu rumah untuk menyambut si raksasa.

Jadi, alih-alih memangsa manusia, Nian yang datang akan menyantap kue buatan Gao sampai dirinya kenyang. Karena kejadian tersebut, kue berbahan tepung ketan gula tersebut dijuluki nian gao alias kue keranjang.

Berdasarkan legenda tadi, detikers bisa paham bahwa masyarakat Tionghoa tidak absen membuat kue bakul setiap Tahun Baru Imlek guna menghindari serangan Nian.

Versi 3: Sebuah Kue untuk Memperingati Wu Zixu

Sementara itu, kisah lain menceritakan, kue bakul muncul sepeninggalan jenderal dan politisi Kerajaan Wu, Wu Zixu. Dirinya menjabat selama periode Musim Semi dan Gugur (771-476 SM).

Selepas kematian Wu Zixu, Raja Yue, Goujian, menyerang ibu kota Wu. Akibat dari serangan tersebut, banyak penduduk yang mati karena kelaparan.

Di tengah-tengah kondisi genting tersebut, ada seseorang yang teringat dengan perkataan Wu Zixu. Ketika masih hidup, ia berpesan agar orang-orang pergi ke tembok kota dan menggali sedalam tiga kaki untuk mendapatkan makanan.

Kawanan tentara Wu lantas melakukannya. Mereka kemudian menemukan bahwa fondasi dari tembok yang disebutkan Wu Zixu ternyata disusun oleh batu bata berbahan tepung ketan.

Penemuan makanan tersebut berhasil menyelamatkan orang-orang dari kelaparan. Untuk mengenang jasa Wu Zixu, masyarakat pun membuat nian gao. Kebiasaan membuat nian gao itu ternyata awet hingga sekarang.

Demikianlah informasi tentang sejarah kue keranjang yang selalu hadir dalam perayaan Imlek. Share artikel ini supaya teman-temanmu juga tahu, ya!




(mff/mff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads