Sejarah Kuah Beulangong, Makanan Khas Aceh yang Disajikan saat Maulid Nabi

Aceh

Sejarah Kuah Beulangong, Makanan Khas Aceh yang Disajikan saat Maulid Nabi

Angelina Giyanti Purba - detikSumut
Sabtu, 23 Sep 2023 07:00 WIB
Warga menyiapkan menu kuliner tradisional kuah beulangong (kari daging sapi) untuk dibagikan kepada penduduk desa pada peringatan tradisi kenduri Nuzulul Quran di Pango Raya, Banda Aceh, Aceh, Sabtu (8/4/2023). Menu kuliner tradisional kuah beulangong yang dimasak secara gotong royong itu selain untuk dinikmati saat buka puasa bersama padda peringatan Nuzulul Quran 1444 H juga dibagi-bagikan kepada seluruh warga desa, fakir, miskin, dan anak yatim. ANTARA / Irwansyah Putra/hp..
Kuah Beulangong (Foto: ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA)
Aceh Besar -

Salah satu kuliner khas Aceh yang dikenal banyak orang adalah kuah beulangong. Makanan khas Aceh yang satu ini sering dijumpai saat melakukan perayaan hari besar umat Islam, salah satunya Maulid Nabi Muhammad SAW.

Untuk mengenal lebih dalam mengenai sejarah dan asal usul Kuah Beulangong, yuk simak artikel berikut ini. Artikel ini mengutip situs resmi Kemendikbud.

Mengenal Kuah Beulangong

Kuah beulangong merupakan masakan tradisional khas Aceh, tepatnya berasal dari Aceh Besar. Daging yang digunakan pada masakan ini biasanya berupa daging sapi, kambing dan kerbau.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nama Beulangong berasal dari nama belanga yang artinya kuali besar. Masyarakat Aceh memasak kuah beulangong ini dalam porsi besar sehingga membutuhkan kuali besar untuk menampung sekitar 200 porsi.

Dalam proses memasak kuah beulangong ini membutuhkan waktu sekitar dua jam dan membutuhkan banyak tenaga untuk memasaknya. Selain itu, masakan khas Aceh yang satu ini juga mengkhususkan para kaum lelaki untuk memasaknya, sebagai salah satu filosofi yang melatar belakangi kuliner ini.

ADVERTISEMENT

Kuah ini biasa disajikan pada acara buka puasa atau perayaan hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad, serta sering juga digunakan sebagai menu utama acara pesta tetapi daging kambing diganti dengan daging sapi.

Sejarah Kuah Beulangong

Pada tahun 60-an, terjadi proses perdagangan yang membawa pedagang dari Gujaret (India) yang masuk ke Aceh, dimana menjadi tempat persinggahan pertama mereka di negara Indonesia. Tujuan awal mereka adalah untuk menyebarkan agama Islam sekaligus menyerap kebudayaan, salah satu nya adalah kuliner.

Para pedagang ini sempat tinggal beberapa lama di Aceh untuk menyebarkan agama Islam di Aceh, tepatnya di Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, dan sebagian wilayah Aceh Barat.

Kuah Blang sudah sejak dulu menjadi tradisi kuliner bagi masyarakat Aceh daalam memeriahkan dan menyambut musim tanam padi datang. Sebelum masa turun ke sawah, terlebih dulu diadakan syukuran memohon kepada Yang Maha Kuasa agar hasil padinya mereka bagus, dijauhkan dari gangguan hama dan panen seperti yang diharapkan. Hajatan ini disebut sebagai Kenduri Blang (syukuran turun ke sawah).

Masyarakat Aceh akan menyembelih seekor sapi, kambing sesuai dengan kemampuan tiap individu ataupun keluarga. Sampai saat ini, tradisi tersebut tetap berlanjut sebagai selamatan atau syukuran disetiap acara pesta perkawinan, hajatan serta kegiatan-kegiatan perayaan lainnya.

Setelah ajaran Islam yang telah disebarkan oleh para pedagang dari Gujaret, sehingga kuliner khas satu ini menjadi salah satu kuliner yang digunakan pad acara perayaan umat Islam di Aceh.

Acara sebuah perayaan tidak akan lengkap bila tidak ada hidangan Kuah Blang yang menjadi santapan bersama dengan keluarga dan sesama umat Islam.

Artikel ini ditulis oleh Angelina Giyanti Purba, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads