Bocah yatim perempuan di Tapanuli Tengah (Tapteng) disiksa dan dimasukkan ke karung oleh tantenya sendiri. Peristiwa itu akan membuat psikologis korban akan terganggu.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Kemala Dewi awalnya menyayangkan video penyiksaan korban viral. Dia menyebut harusnya yang merekam video itu mencegah itu terjadi.
"Sangat disayangkan, bahwa video tersebut memang mengungkap situasi dan kondisi yang terjadi pada si anak tetapi sebenarnya orang yang terdekat harusnya bisa mencegah agar perbuatan tersebut tidak terulang terjadi daripada mendokumentasi video tersebut," ungkap Kemala kepada detikSumut, Rabu (20/3/2024) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita tahu saat ini zamannya apa-apa viral, tapi itu menumpulkan kepedulian kita untuk segera bertindak. Nah ini yang sangat disayangkan dari video ini," lanjutnya.
Kasus kekerasan pada anak ini, Kemala menyebutkan akan turut berdampak cukup besar bagi korban dalam jangka panjang.
"Dampak yang dialami itu dampak jangka panjang dan bisa dampak permanen. Mungkin luka fisiknya dapat disembuhkan dengan perawatan-perawatan. Tapi akan ada dampak psikologis yang akan buat anak tersebut mengalami gangguan perilaku, kehilangan percaya diri, menimbulkan perilaku yang baru," ujarnya.
"Bahkan kalau dia tidak dibesarkan dalam lingkungan keluarga maka dia bisa mempertanyakan eksistensinya di masa depan karena kekerasan yang dialami," sambung Kemala.
Kemala memaparkan ada beberapa faktor yang turut menimbulkan adanya potensi kekerasan pada anak mulai dari minimnya pendidikan terkait konseling keluarga hingga rendahnya taraf ekonomi suatu wilayah.
"Faktor ini tidak langsung terkait sama anak seperti tidak meratanya pembangunan, rendahnya taraf ekonomi, pendidikan, tidak adanya konseling keluarga dan lain-lain yang tidak ada kaitannya sama tumbuh kembang anak tetapi ujung-ujungnya anak ini yang mengalami dampaknya karena ketidakseimbangan hubungan keluarga membuat orang dewasa cenderung melampiaskannya kepada anak-anak," jelasnya.
Terkait hal ini, Kemala menyebutkan ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk dapat meminimalisir kasus kekerasan pada anak. Di antaranya dengan melakukan monitoring sosial kepada lingkungan sekitar dan juga paham mengenai laporan rujukan apabila menemukan kasus tersebut.
"Yang perlu dilakukan juga netizen yang peduli, selain mungkin upaya memviralkan untuk membantu tapi bantulah langsung kalau ada anak di sekitar kita yang memang membutuhkan bantuan kita. Jadi monitoring sosial itu penting karena justru tetangga itu yang bisa menyelamatkan lebih dulu dibanding saudara yang letaknya jauh dari kota kita. Kedua yaitu perkaya diri kita dengan sistem rujukan perlindungan anak sekitar sehingga ketika kita menemui kasus seperti ini, kita tahu mau melapor kemana," ucapnya.
"Saya lihat video baru beredar berapa lama baru ibunya tahu anaknya jadi korban. Jadi kita sebagai masyarakat jangan hanya memviralkan tapi kita juga punya rujukan atau pengaduan kasus yang kalau kita temukan kasus seperti itu kita tahu mau melapor yang terdekat dengan kita," pungkas Kemala.
(astj/astj)