Polda Sumut menjadwalkan pemeriksaan dokter RS Bina Kasih yang diduga melakukan malapraktik terhadap anak personel Kodam I/BB Serka Holmes. Pemeriksaan itu rencananya dilakukan hari ini.
"Iya, kita mengundang untuk klarifikasi," kata Dirreskrimsus Polda Sumut Kombes Teddy Marbun, Kamis (27/7/2023).
Teddy mengatakan, selain dokter HP, pihaknya juga memanggil sejumlah perawat di RS Bina Kasih tersebut untuk dimintai keterangan. "Terhadap nakes yang ada di RS, baik itu perawat maupun dokternya," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perwira menengah Polri itu mengatakan jika nanti para perawat dan dokter tersebut tidak hadir, pihaknya akan jemput bola dengan mendatangi rumah sakit. Hal itu dilakukan untuk percepatan penyelidikan.
"Kalau misalnya enggak datang, nanti kita jemput bola, anggota akan ke sana untuk percepatan," kata Teddy.
Teddy menyebut sejauh ini penyidik sudah memeriksa Serka Holmes selaku pelapor. Selain itu, pihaknya juga telah mengecek ke rumah sakit itu.
"Tahapan lidiknya, kita periksa korban, kita sudah mengecek ke TKP," ujarnya.
Sebelumnya, dugaan malapraktik itu bermula saat anak Holmes, RSS terjatuh dan mengalami patah tangan. Oleh personel Kodam I/BB itu, RSS dibawa ke RS Bina Kasih.
"Anak saya jatuh dan alami patah tulang di bagian tangan kanan, di atas siku," kata Holmes kepada detikSumut, Sabtu (15/7).
Setelah menjalani serangkaian perawatan, dr HP selaku dokter spesialis ortopedi di rumah sakit itu melakukan operasi. Proses operasi dilakukan pada Jumat, 19 Mei.
Operasi itu berlangsung sekitar dua jam. Lalu, dia dipanggil untuk masuk ke ruangan pemulihan pasca operasi. Dia mengaku melihat anaknya dipasang pen.
"Saya sempat tanya ke dr. HP apakah RSS akan cacat. Tapi dia bilang tidak dan RSS akan normal seperti semula," ucapnya.
Beberapa jam kemudian, dia mendapati anaknya menjerit mengeluh kesakitan di bagian alat kelamin karena dipasang keteter.
"Waktu itu kami minta agar kateternya dibuka. Perawatnya sempat tidak mau. Karena kami memaksa, akhirnya dibukalah kateternya. Kemaluan anak kami sudah bernanah akibat itu," ungkapnya.
Lalu, lanjut Holmes, RSS kembali menjerit kesakitan, kali ini di bagian tangan yang dioperasi. Dia meminta perawat membuka perban, tetapi perawat menolak.
Esok harinya, dia melihat jari anaknya mulai kaku, pucat, dan membengkak. Dia kembali melaporkan hal itu ke perawat. Kemudian perawat dan dokter yang berjaga datang untuk memeriksa.
"Perawat membuka perban dan tangan RSS dipencet sehingga mengeluarkan nanah luka dari bekas sayatan operasi yang sudah bernanah," bebernya.
"Terakhir luka anak saya jadi semakin berat sehingga mau diamputasi. Tapi kami tidak terima dan meminta pertanggungjawaban dokter sampai sekarang," tutupnya.
Berangkat dari persoalan itu, Holmes melaporkan dokter itu ke Polda Sumut. Hal itu ditandai dengan laporan nomor: STTLP/B/840/VII/2023/SPKT/Polda Sumatera Utara pada Sabtu (15/7).
Direktur Operasional RS Bina Kasih Rita Ginting buka suara soal dugaan malpraktik itu. Namun dia enggan bicara banyak soal kasus itu.
"Nanti koordinasi saja ke bagian pelayanan medis untuk persiapan tersebut," kata Rita.
Dia membenarkan bahwa anak Holmes, RSS memang sempat dirawat RS Bina Kasih. Usai menjalani operasi, dia mengatakan RSS dirujuk ke RSUP Adam Malik.
Sementara itu, dr HP, yang menjalani prosedur operasi, mengakui memang sempat mengoperasi tangan RSS. Namun, dia membantah telah melakukan malapraktik atau kelalaian medis.
"Pertama, itu bukan kelalaian medis, melainkan komplikasi atau risiko. Kedua, mungkin saat kecelakaan itu, dia (RSS) sudah alami putusnya pembuluh darah dan baru ketahuan setelah dioperasi," ujarnya.
"Jadi menurut saya (pembusukan itu terjadi karena), sebelum operasi ada pembuluh darah yang pecah di daerah sekitar sikunya. Itu baru ketahuan setelah dua hari operasi," ujarnya.
(dpw/dpw)