"Keliru jika asumsi beredar pemerintah akan melenyapkan bekas Rumoh Geudong, justru bekas tangga Rumoh Geudong akan dijadikan monumen sebagai salah satu bentuk penyelamatan situs tragedi pelanggaran HAM berat yang pernah terjadi di sana saat DOM berlangsung," kata Juru Bicara Pemerintah Aceh Muhammad MTA kepada detikSumut, Senin (26/6/2023).
Menurutnya, monumen mini yang pernah dibangun elemen sipil di luar pekarangan Rumoh Geudong akan dipindahkan ke dekat tangga. Selain itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga berkeinginan membangun masjid di lokasi tersebut.
"Selain dapat digunakan oleh masyarakat umum, diharapkan sarana ini juga dapat mengkoneksikan para korban semisal untuk kegiatan peringatan tahunan sesuai kultur keacehan yang kental dengan syariat Islam," jelas MTA.
"Jadi hal-hal positif seperti ini harus kita pahami bersama sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam mengawal ingatan masyarakat dan korban demikian juga negara sebagai kesadaran agar hal serupa tidak pernah lagi terjadi di masa depan, di manapun dan kapanpun terutama di Aceh sendiri," lanjut MTA.
MTA menjelaskan, pihak Kemenkopolhukam telah mendapat masukan dari semua pihak termasuk terkait adanya masjid yang berdekatan di mukim tersebut. Salah satu solusinya kemungkinan lokasi itu nantinya akan dijadikan masjid lintasan di jalan umum Banda Aceh-Medan.
"Berbagai masukan dari semua pihak tentu akan dipelajari dan dikoordinasikan dengan semua pihak agar kompleks tersebut berdampak baik bagi masyarakat," ujar MTA.
Dia meminta semua pihak dapat menghindari pernyataan yang berpotensi terjadinya resistensi publik yang meluas, karena hal itu disebut masuk dalam kategori sensitif apabila tidak dipahami utuh oleh masyarakat. Semua pihak diminta harus benar-benar berpikir secara jernih, tenang dan bijak.
"Pro-kontra yang terjadi sangat kita pahami, dan hal ini tentu bagian yang tidak terpisahkan dari ekspresi publik dalam mengawal hal-hal krusial terutama keberpihakan kepada korban dan sejarah," kata MTA.
(agse/dpw)