Nasib Tragis 2 Pasutri di Lampung, Tewas di Tangan Dukun Palsu di Jateng

Round Up

Nasib Tragis 2 Pasutri di Lampung, Tewas di Tangan Dukun Palsu di Jateng

Tim detikSumut - detikSumut
Jumat, 07 Apr 2023 07:00 WIB
Petugas SAR gabungan membawa peti berisi jenazah korban pembunuhan berkedok penggandaan uang, untuk di makamkan di TPU Desa Balun, Wanayasa, Banjarnegara, Jateng, Selasa (4/4/2023). Sembilan jenazah korban pembunuhan tersebut dimakamkan di TPU Desa Balun usai dilakukan proses identifiikasi di RSUP Margono Purwokerto dan satu korban telah diserahkan ke pihak keluarga. ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/nym.
Pemakaman korban dukun pengganda uang, Mbah Slamet. (Foto: Antara Foto/Idhad Zakaria)
Pesawaran -

2 pasangan suami istri asal Kabupaten Pesawaran, Lampung jadi korban pembunuhan sadis yang dilakukan dukun palsu modus penggandaan uang, Slamet Tohari alias Mbah Slamet di Banjarnegara, Jawa Tengah. Keduanya pun harus tewas di tangan Mbah Slamet dan dikuburkan bersama 8 orang lainnya di Banjarnegara.

Kedua pasangan itu yakni Irsad-Wahyu Triningsih dan Suheri-Riani. Keduanya saling mengenal bahkan Irsad dan Suheri bersahabat. Keduanya diperkenalkan dengan Mbah Slamet oleh seorang pria bernama Kijo, warga Lampung Tengah. Kijo memperkenalkan Mbah Slamet sebagai dukun yang bisa menggandakan uang. Lalu mengajak keduanya ke padepokan Mbah Slamet di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Mula-mula Irsad dan Suheri yang berangkat ke Banjarnegara, usai bertemu dengan Mbah Slamet, keduanya lalu pulang ke Lampung dan berangkat kembali ke Jawa Tengah dengan membawa istri masing-masing untuk melakukan ritual penggandaan uang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada pihak keluarga, Irsad bercerita bahwa dirinya ditawari pekerjaan di Jawa sebagai pengajar sulam tapis yang menjadi keahliannya. Ia katanya akan dibayar perjam saat mengajar.

Tapi ternyata Irsan malah tergiur janji penggandaan uang oleh Mbah Slamet hingga akhirnya bersama istrinya ditemukan tewas terkubur di Banjarnegara.

ADVERTISEMENT

Hal itu disampaikan Kapolres Pesawaran, AKBP Pratomo Widodo, Kamis (6/4/2023).

"Dari hasil keterangan dua pihak keluarga korban ini, mereka dikenalkan dengan Mbah Slamet dari Kijo, warga Lampung Tengah di pertengahan tahun 2021. Kemudian mereka diajak ke Padepokan Mbah Slamet di Tulungagung, Jawa Tengah," kata dia, Kamis (6/4/2023).

"Agustus 2021, mereka (para korban) berangkat kembali ke Padepokan Mbah Slamet dengan membawa masing-masing istrinya untuk melakukan penggandaan uang," terangnya.

Pada pihak keluarga, mereka terakhir kali berkomunikasi pada September 2021 sebelum akhirnya benar-benar hilang kontak. Korban ini sempat menghubungi keluarga dan mengatakan akan segera pulang. Namun nyatanya mereka pulang tinggal nama.

"Dari keterangan pihak keluarga juga, para korban ini sempat menghubungi di bulan September 2021 bahwa mereka akan pulang ke Lampung. Suheri dan Riani menghubungi keluarga di tanggal 8 September 2021 sementara Irsad dan Wahyu Triningsih menghubungi keluarga ditanggal 12 September 2021," ujar Kapolres.

Pihak keluarga Irsad dan Wahyu Triningsih sendiri tak merasa curiga atas kepergian anggota keluarganya itu. Sebab Irsad memang kerap bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain. Lalu kembali pulang dalam waktu yang tak tentu.

Hal itu dikatakan Supriyadi, kakak Irsad. Ia tak menyangka adiknya yang menjadi korban pembunuhan keji oleh dukun pengganda uang Slamet Tohari aliat Mbah Slamet.

"Saya ya nggak curiga, waktu mereka hilang kontak sejak tahun lalu. Karena memang Irsad ini sering pergi, lalu nanti pulang lagi," ucapnya, Kamis (6/4/2023).

Keduanya pun meninggalkan 2 orang putri. Putri sulung mereka saat ini duduk di bangku SMK sedangkan putri bungsunya masih berusia 3 tahun.




(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads