Keluarga Bripka AS, oknum Satlantas Polres Samosir yang terlibat kasus penggelapan pajak kendaraan bermotor sebanyak Rp 2,5 miliar menilai ada kejanggalan dari kematian AS. Pihak keluarga mengaku tidak percaya jika AS tewas karena bunuh diri.
Kuasa Hukum Istri Bripka AS, Fridolin Siahaan menduga bahwa AS sengaja dibunuh agar pihak-pihak yang terlibat dalam penggelapan pajak di Samsat Pangururan itu tidak terungkap secara keseluruhan. Sebab, sebelum tewas, Bripka AS disebut sempat merencanakan untuk membongkar kasus itu.
"Almarhum pernah bercerita kepada istrinya mau membongkar seluruh kasus pajak itu supaya terang benderang, dia (AS) tidak mau kena sendiri. Jadi, dugaan kami jangan-jangan Bripka AS ini sengaja dibunuh untuk memutus mata rantai sistem penggelapan pajak di Samsat Pangururan," kata Fridolin, Selasa (21/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fridolin mengatakan rencana itu disampaikan oleh Bripka AS kepada istrinya, usai dirinya dipanggil oleh Kapolres Samosir, AKBP Yogie Hardiman pada Senin (23/1) lalu.
Bahkan, saat itu Bripka AS mengaku telah bersedia untuk dipidana dan dipecat dari dari kepolisian atas kasus tersebut.
"Almarhum pun siap untuk dipenjara, bahkan dipecat dari kesatuannya," ujarnya.
Berbagai kejanggalan juga dirasakan keluarga terkait kematian Bripka AS ini. Misalnya, soal lokasi bunuh diri AS di Kelurahan Siogung Ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir.
Menurut keterangan istrinya, AS telah pergi dari rumahnya sejak Jumat (3/2). Bripka AS diduga nekat mengakhiri hidupnya di hari yang sama.
Namun, menurut Fridolin, lokasi bunuh diri Bripka AS tersebut merupakan tempat yang ramai. Oleh karena itu, dia merasa heran jika tak ada satu pun warga yang melihat jasad AS di lokasi itu, sejak AS bunuh diri hingga akhirnya ditemukan tewas.
"TKP itu kan ruang terbuka, selama 2-4 hari tidak ada menemukan atau melihat sepeda motor maupun jenazah Bripka AS. Sabtu Minggu itu tempat orang foto-foto, tempatnya penatapan gitu," ujarnya saat dikonfirmasi detikSumut, Minggu (19/3).
Menurut informasi yang diterimanya, jasad Bripka AS itu ditemukan personel dari Satnarkoba Polres Samosir yang tengah menyelidiki peredaran narkoba di lokasi tersebut. Saat itu, mereka tak sengaja menemukan jasad Bripka AS telah tergeletak di dekat perbatuan di daerah itu.
"Herannya, kok yang nemuin (jasad Bripka AS) itu polisi yang lagi melidik narkoba di situ," sebutnya.
Lalu, terkait pemesanan sianida yang diduga digunakan Bripka AS untuk mengakhiri hidupnya. Fridolin mengatakan sianida itu diduga dipesan melalui handphone Bripka AS dari sebuah toko online.
Namun, keluarga heran sianida itu dipesan di hari yang sama saat handphone AS disita Kapolres Samosir.
"Bripka AS memesan sianida melalui aplikasi online pada tanggal 23 Januari 2023. Sementara pada tanggal 23 Januari Hp Bripka AS telah disita oleh Kapolres. Jadi, pertanyaannya siapa yang memesan sianida itu?, karena tanggal 23 Hp sudah disita," kata Fridolin, Selasa (21/3).
Dari keterangan pihak kepolisian sianida itu dipesan oleh Bripka AS dari Bogor, Jawa Barat.
Lalu, berdasarkan penelusuran yang dilakukan pihaknya, kata Fridolin, sianida itu tiba pada Senin (30/1) sekitar pukul 21.49 WIB. Paket sianida itu dipesan dengan tujuan UPT Samsat Pangururan dengan sistem pembayaran COD atau bayar di tempat.
"Sejauh ini keterangan polisi yang terima (paket sianida) almarhum langsung, tapi belum bisa dibuktikan juga," ujarnya.
Namun, dia mengaku heran karena paket itu disebut diterima langsung oleh Bripka AS. Padahal, saat itu, kondisi sudah malam dan Bripka AS tengah tidak bertugas.
"Perlu tanda tanya apakah kantor Samsat tersebut buka sampai malam. Apalagi beliau itu bertugas di Samsat di bagian fisik, dia tidak ada malam. Jadi, dinasnya pagi hingga sore," kata Fridolin.
Setelah kasus itu terungkap, Fridolin menyebut ada juga pihak yang mengancam akan menyengsarakan keluarga dari Bripka AS. Menurut istri AS, ancaman itu dilakukan oleh AKBP Yogie.
"Berdasarkan cerita almarhum, yang diduga mengintimidasi itu Bapak Kapolres. Almarhum menceritakan diancam (Kapolres) akan disengsarakan anak dan istrinya," sebutnya.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya...
Kejanggalan juga dirasakan keluarga saat barang-barang yang ditemukan di lokasi bunuh diri Bripka AS diperlihatkan. Menurut istri Bripka AS, Jenni Irene, ada sejumlah barang yang diduganya bukan milik suaminya. Barang tersebut, seperti helm dan sepatu.
"Jadi, waktu ditunjukkan barang bukti itu (helm) memang sama- sama putih luarannya, tapi yang punya almarhum itu dalamannya warna hitam, mereka (polisi) menunjukkannya itu warna merah," ujarnya.
"Sepatunya itu, dia nggak pernah ya jahit-jahit sepatu, sepatu itu yang ditunjukkan itu yang buruk, ada jahitannya," sambungnya.
Irene mengaku mengenal betul barang-barang dari suaminya itu. Oleh karena itu, dia mengaku heran barang yang ditemukan itu tidak sama dengan milik suaminya.
"Tanda betul, karena kan anak-anak sering mainin helm tadi, jadi saya tau," jelasnya.
Terpisah, Kasat Reskrim Polres Samosir, AKP Natar Sibarani menyebut Bripka AS tewas karena bunuh diri. Menurutnya, AS bunuh diri usai kasus penggelapan pajak itu mencuat.
"Iya, diduga bunuh diri," kata AKP Natar saat dikonfirmasi detikSumut, Rabu (15/3).
Natar mengatakan Bripka AS mengakhiri hidupnya dengan meminum racun sianida. Hal itu diketahui dari hasil autopsi terhadap jasad Bripka AS.
"Hasil dari pada autopsi dan isi lambung yang kita bawa ke Labfor, bahwa meninggalnya almarhum akibat dari pada sianida," kata Natar.
Simak Video "Video: Aksi Pria Ngelem di Depan Polda Sumut Demi Konten"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)