Rupanya kematian Bripka AS dirasa janggal oleh sang istri. Bahkan ia menduga suaminya tewas bukan karena bunuh diri, melainkan dibunuh.
Istri Bripka AS pun melapor ke Polda Sumut atas kejanggalan terhadap kematian suaminya.
Kuasa Hukum istri Bripka AS, Fridolin Siahaan mengatakan, kasus itu dilaporkan ke Polda Sumut, Jumat (17/3/2023), dengan nomor laporan STTLP/B/340/III/2023/SPKT/Polda Sumut dengan pelapor Jeni Irene Samosir.
"Yang buat laporan istrinya. Laporan kita Pasal 338 soal dugaan pembunuhan," kata Fridolin saat dikonfirmasi detikSumut, Minggu (19/3).
Fridolin mengatakan, kematian Bripka AS dirasa janggal oleh keluarga. Di antaranya, soal lokasi penemuan jasad AS di Kelurahan Siogung Ogung, Kecamatan Pangururan, Senin (6/2) lalu.
Menurutnya, sebelum ditemukan tewas, AS pergi dari rumahnya sejak Jumat (3/2). Ia pun disebut nekat mengakhiri hidupnya hari itu.Yang menjadi kejanggalan yaitu, menurut pihaknya, lokasi Bripka AS bunuh diritersebut merupakan tempat yang ramai.
Karena itu, dia pun merasa heran jika tak ada satu pun warga yang melihat jasad AS di lokasi itu sejak bunuh diri hingga ditemukan tewas.
"TKP itu kan ruang terbuka, selama 2-4 hari tidak ada menemukan atau melihat sepeda motor maupun jenazah Bripka AS. Sabtu-Minggu itu tempat orang foto-foto, tempatnya penatapan gitu," ujarnya.
Jasad Bripka AS, lanjutnya, ditemukan personel dari Satnarkoba Polres Samosir yang tengah menyelidiki peredaran narkoba di lokasi tersebut, berdasarkan informasi yang diterimanya. Saat itu, polisi tak sengaja menemukan jasad Bripka AS tergeletak di dekat perbatuan di daerah itu.
"Herannya, kok yang nemuin (jasad Bripka AS) itu polisi yang lagi melidik narkoba di situ," sebutnya.
Selain itu, keluarga Bripka AS juga mengaku heran saat ia memutuskan untuk bunuh diri hidupnya setelah kasus penggelapan uang itu terungkap. Padahal, menurut Fridolin, AS sendiri sebelumnya telah berupaya membayar uang kerugian dari penggelapan pajak itu sekitar Rp 750 juta.
Total uang itu lebih dari setengah uang kerugian yang harus dibayarkan oleh Bripka AS, yakni sebesar Rp 1,3 miliar, sedangkan sisanya dibebankan kepada pelaku lainnya.
"Versi polisi itu Rp 1,3 miliar dia pribadi, tapi persepsi keluarga itu Rp 800 juta hingga Rp 900 juta. Dari hasil yang dia gelapkan itu sudah dikembalikan sekitar Rp 750 juta. Dia sampai jual rumah dan minjam ke bank. Terus kenapa dia (AS) ada upaya untuk bayar, tapi terus dia bunuh diri?, kan aneh," ujarnya.
Keluarga pun meminta polisi menelusuri asal usul sianida yang digunakan Bripka AS untuk mengakhiri hidupnya. Kkeluarga juga meminta polisi menjelaskan penyebab luka memar di bagian belakang kepala Bripka AS.
"Oke ada sianida di lambung dan di TKP, yang di TKP sianidanya ada banyak, terus ada kotak dan plastik hitam seperti paket. Cuman kan seharusnya kawan-kawan dari polisi bisa mengejarnya (asal), segera cari tau dari mana asal sianida. Kalau memang ada dia beli, buka CCTV nya, benar nggak dia beli di situ," kata Fridolin.
(nkm/nkm)