Film dokumenter In the Name of God: A Holy Betrayal yang tayang di Netflix baru-baru ini ramai jadi perbincangan. Soal sekte JMS yang dipimpin predator Jung Myung Seok di Korsel yang berujung pada pemerkosaan para pengikutnya.
Kasus sekte JMS itu membuat penonton ngeri, tapi tahukah detikers, ada sekte lain yang tak kalah mengerikan. Sekte itu bernama Movement for the Restoration of the Ten Commandments of God atau gerakan restorasi 10 perintah Tuhan yang dibentuk Joseph Kibwetere dan Cledonia Mwerinde.
Dilansir detikNews dari BBC dan Associated Press, Kibwetere merupakan mantan petugas administrasi sekolah yang terobsesi dengan visi 10 perintah Tuhan dalam ajaran Kristen. Sedangkan Cledonia Mwerinde adalah seorang pengusaha.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keduanya merekrut para pengikut dengan mewajibkan seluruh keluarga pengikutnya untuk turut menjadi pengikut sekte tersebut. Setelah itu, para pengikut wajib tinggal di lembah sunyi dan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka para anggota sekte.
Sekte ini percaya dunia akan berakhir pada 31 Desember 1999. Mereka mendaftarkan gerakan itu sebagai kelompok yang tujuannya adalah mematuhi Sepuluh Hukum Allah dan memberitakan firman Yesus Kristus.
Sekte itu meyakini Joseph Kibwetere selaku pendeta bisa melakukan beberapa mukjizat seperti menghidupkan orang yang telah mati. Selain itu, para pengikut juga tidak diizinkan secara langsung untuk berbicara dengan pemimpin sekte melainkan harus menuliskan pesan lewat secarik kertas.
Ketika tahun berganti, 1 Januari 2000 dan tidak terjadi kiamat sebagaimana yang diyakini pengikut sekte. Kibwetere lantas merevisi prediksi kiamat menjadi 17 Maret 2000.
Mereka kemudian menggelar pesta besar-besaran di sebuah gereja di Kanungu, Uganda. Entah siapa yang merencanakannya, 724 orang tewas terbakar habis di dalam gereja tersebut. Termasuk Joseph Kibwetere dan Cledonia Mwerinde.
Pihak berwajib menduga para pengikut tak terima ketika telah mengorbankan segenap hartanya untuk sekte ini.
(nkm/nkm)