Jadi Korban Bully, Pelajar di Jambi Malah Dikeluarkan dari Sekolah

Jambi

Jadi Korban Bully, Pelajar di Jambi Malah Dikeluarkan dari Sekolah

Ferdi Almunanda - detikSumut
Rabu, 14 Des 2022 18:05 WIB
One young elementary school girl (age 7)  wearing school uniform and backpack sitting on a corridor floor crying. Childhood and education concept. copy space
Ilustrasi dibully (Foto: Thinkstock)
Jambi -

Seorang pelajar SMP di Kabupaten Kerinci, Jambi menjadi korban bully oleh teman-temannya. Anehnya korban justru dikeluarkan oleh pihak sekolah.

Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Provinsi Jambi, Asih Noverti menjelaskan pihak keluarga membawa korban ke Sumatera Barat untuk pemulihan.

"Iya ini kan kasusnya di Kerinci, jadi UPTD PPA ini sifatnya hanya koordinator, yang mendampingi korban itu adalah dari Dinas P2TP2A Kabupaten Kerinci Jambi, mulai dari pendampingan psikologis, pendampingan sosial. Lantaran kini korban itu telah berada di Sumatera Barat, kami cukup kesulitan untuk mengetahui bagaimana kondisi anak itu," katanya, Rabu (14/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kejadian bully sesama pelajar SMP di Kabupaten Kerinci sendiri terjadi pada 6 Desember 2022 lalu. Aksi bully ini awalnya sempat diselesaikan secara kekeluargaan namun kemudian mencuat ke publik.

Asih menyebutkan jika kejadian bully sesama pelajar itu dilakukan ketika sedang berada di salah satu taman wisata. Padahal saat itu masih kondisi jam belajar di sekolah.

ADVERTISEMENT

Tindakan bullying yang awalnya hanya sekedar kata-kata kemudian berakhir sampai tindakan fisik itu membuat korban alami trauma. "Sebenarnya kasus ini sudah lama ya, cuman karena baru mencuat di media sosial lalu di publik jadi seperti baru terjadi. Apalagi yang saya dapat informasi itu jika antara korban dan pelakunya juga sudah berdamai," katanya.

"Kini kabar terbaru yang saya dapatkan malah si korban atau si anak di bawa keluarganya ke Sumbar buat berobat psikologinya di sana. Artinya ini kondisi si anak tentu alami trauma ya sehingga dibawa ke sana oleh keluarganya," ujar Asih.

Menurut Asih, korban dan pelaku bully itu sama-sama mendapat sanksi dari pihak sekolah. Sanksi yang diterima itu ialah jika korban dikeluarkan dari sekolah.

"Kalau yang kami terima itu antara si anak yang jadi korban dan pelakunya sudah diberikan sanksi pihak sekolah ya. Namun sanksi yang kita dapatkan itu malah si anak ini atau korban malah juga ikut dikeluarkan dari sekolahnya," katanya.

Mendengar keputusan korban bully ikut dikeluarkan dari sekolah, Asih tidak terima dan meminta pihak sekolah membatalkan keputusannya.

"Kita tidak menerima dong, dan kita meminta agar pihak sekolah mengembalikan lagi hak anak buat bersekolah lantaran ini merupakan korban dan pelaku juga sama-sama butuh pendampingan karena masih anak yang butuh bimbingan dan di bawah umur," terang Asih.

Asih juga menerangkan, jika kondisi anak dan pelaku kini juga sudah dikembalikan lagi ke sekolah, hanya saja pihak PPA Jambi belum mendapatkan informasi resmi apakah si korban masih bersedia bersekolah dis ana atau sudah tidak sama sekali lantaran trauma.

"Kalau untuk si pelakunya sudah kembali sekolah seperti biasa. Tetapi kalau untuk si anak atau korban ini yang belum kami ketahui lagi, apakah dia mau kembali ke sekolah atau tidak di sana, karena bisa jadi anak ini alami trauma berat kan lantaran takut kembali sekolah di sana," sebut Asih.

Korban Bully Dibawa ke Sumbar untuk Pemulihan Psikologi. Baca Halaman Berikutnya...

Asih juga menerangkan kepergian korban ke Padang, Sumatera Barat untuk menjalani pengobatan psikologinya. Akan tetapi, jika pihak keluarga korban ingin membutuhkan bantuan psikologis kepada anak, UPTD PPA Jambi bersama Dinas P2TP2A siap membantunya.

"Kami di sini meskipun sifatnya membantu dan terus berkoordinasi dengan Dinas P2TP2A Kerinci. Jika ternyata anak ini alami trauma yang benar-benar serius maka kami bersedia membantunya. Namun kalau masalah apakah si anak harus diminta kembali bersekolah di sana lagi itu yang kami belum bisa pastikan," tuturnya.

"Itu semua keputusan anak, apakah ada rasa takut atau malah sebaliknya, jika ketakutan maka kami minta pihak terkait di Kerinci harus mencarikan sekolah pengganti bagi anak itu agar hak pendidikannya terjamin," ucap Asih.

Asih mengaku jika dari pelaku bully itu diketahui ada beberapa anak. Para pelaku itu sebagian ada yang terpancing akibat tersulut emosi kepada korban dan sebagian ada pula yang ikut-ikutan. Namun bagi Asih apapun itu segala bentuk bullying maupun kekerasan terhadap sesama anak tidak baik dilakukan. Dia pun berpesan agar persoalan ini harus dapat diatasi segera baik dari pihak sekolah maupun orang tua agar melihat langsung dan memberikan pengarahan karakter yang baik bagi anak.

"Saat ini kita fokus bagaimana kondisi psikologis anak ini bisa kembali baik ya. Karena mereka semua masih anak-anak yang butuh bimbingan dan pengarahan, maka bukan hanya korban saja yang mesti kita berikan pengobatan psikologinya melainkan pelaku-pelaku nya juga harus kita berikan pula karena ini tugas kita bersama agar ini tidak terjadi lagi," harap Asih.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Terlalu! Analis Kredit Bank Jambi Bobol Rekening Nasabah Rp 7,1 M"
[Gambas:Video 20detik]
(astj/astj)


Hide Ads