Peristiwa di Magelang, Jawa Tengah disebut-sebut sebagai pemicu pembunuhan terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J. Yosua dituding telah melakukan kekerasan seksual kepada istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi yang diwarnai cekcok antara Kuat Ma'ruf dengan Yosua.
Dilansir dari detikX, Sabtu (3/9/2022), ajudan Ferdy Sambo yang lain, yakni Brigadir Ricky Richard dan Bharada Eliezer atau Bharada E, awalnya menerima telepon dari Putri pada Kamis malam, 7 Juli 2022. Saat itu, Putri menelepon mereka sambil menangis dan meminta segera ke rumaf Ferdy Sambo di Puri Cempaka Residence, Banyurojo, Mertoyudan, Magelang.
Sesampai di sana, suasana rumah sudah tegang. Kedua ajudan itu melihat asisten rumah tangga Sambo, S menangis di ujung tangga lantai dua. Kuat Ma'ruf, sopir sekaligus ART kepercayaan Sambo, berdiri di depan pintu kamar tempat Putri beristirahat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ricky kemudian bertanya kepada Kuat. "Ada apa, Om?", seperti dikutip detikX.
Baca juga: Tangisan Putri di Magelang |
Kuat yang saat itu masih diliputi kemarahan, lantas menceritakan kejadian di rumah itu. Saat itu, Kuat melihat Yosua berdiri di ujung tangga, namun dia menghindar sembari menangis saat hendak dihampiri Kuat.
Kuat kemudian menyuruh S untuk memeriksa kondisi Putri. S mendapati Putri di kamar mandi dengan posisi tergeletak.
Namun tidak jelas apa peristiwa apa yang baru dialami Putri. Ricky, dalam persidangan etik Sambo yang digelar pada pekan lalu dan materinya didapat detikX, mengatakan sempat bertanya langsung kepada Putri. Namun Putri enggan berterus terang dan justru menanyakan keberadaan Yosua. Ricky pun lalu mengkonfirmasi kepada Yosua, yang sudah pergi ke rumah tetangga.
"Ada apa, sih, Yos?" Ricky bertanya.
"Nggak tahu, Bang, kenapa Kuat tiba-tiba marah dengan saya," jawab Yosua.
Yosua diberi tahu Ricky bahwa ia dipanggil Putri, namun menolak. Setelah dibujuk, Yosua akhirnya bersedia. Menurut Ricky, Yosua diajak bicara empat mata oleh Putri. Ia tak bisa menguping karena berjaga di dekat pintu kamar.
Kuat juga tidak menyebutkan perbuatan apa yang telah dilakukan Yosua kepada Putri. Sebelum kejadian menjelang petang hari itu, menurut Kuat, S memberi tahu dia bahwa Yosua sempat marah-marah dengan membanting pintu dapur. Namun ia menanggapi seadanya aduan S itu karena sibuk menelepon.
Setelah selesai menelepon di teras rumah, Kuat menengok ke dalam dan melihat dari balik kaca Yosua sedang turun dari tangga. Merasa ada sesuatu yang ganjil, Kuat meneriaki Yosua sambil menggedor-gedor kaca. Yosua, yang bergeming dari panggilan Kuat, berlari ke arah dapur yang tembus ke garasi mobil. Ketika berhadap-hadapan dengannya di garasi, Yosua berbalik sambil berlari.
Ketika Kuat hendak mengangkat Putri dari kamar mandi bersama S, Yosua kembali mendatangi mereka. Tanpa dimintanya, Yosua berusaha menjernihkan perkara yang melibatkan dirinya.
"Bisa saya jelaskan, Om. Bisa saya jelaskan," kata Yosua seperti ditirukan Kuat saat memberikan kesaksian dalam sidang etik Sambo.
Emosi Kuat terhadap Yosua makin tinggi. Dia kemudian turun dan bertanya, "Ibu kamu apain?'" tanya Kuat kepada Yosua.
Saat ditanya seperti itu, Yosua malah berlari ke dapur. Kuat mengejarnya dan mengambil pisau. Pisau itu dikantongi Kuat lalu naik ke atas membantu S mengangkat Putri ke tempat tidur.
Putri saat itu terus menangis. Kuat yang hendak bertanya soal perbuatan Yosua terpaksa mengurungkan niatnya. Putri hanya mengatakan Yosua telah berlaku sadis. Kuat lalu menyarankan agar Putri melaporkan kejadian pada hari itu kepada Sambo.
Menurut Kuat, gelagat yang menurutnya tak baik sudah ditunjukkan Yosua pada Senin, 4 Juli, di rumah Sambo. Ketika itu, Putri, yang sedang sakit, berbaring di sofa ruang tamu. Tak berselang lama, Yosua masuk dan sekonyong-konyong hendak membopong Putri untuk pindah ke kamar.
Pascakejadian itu, senjata yang dikuasai oleh Yosua, yaitu pistol HS-9 dan senjata laras panjang, disita oleh Ricky. Putri menasihati Kuat agar tidak ribut dengan Yosua dan menyelesaikan masalah secara baik-baik. Dalam perjalanan pulang ke Jakarta pada 8 Juli 2022, Yosua tidak lagi menyopiri Putri.
Sambo yang mendengar aduan Putri kemudian merancang pembunuhan Brigadir J. Sebelum dieksekusi, Yosua terlebih dahulu diinterogasi. Peristiwa itu terjadi di rumah dinas Sambo di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, sore hari.
"Kamu tega sekali sama saya. Kamu kurang ajar sekali sama saya," ucap Sambo seperti yang terungkap dalam persidangan etik.
"Tega apa, Komandan?" jawab Yosua.
"Kamu kurang ajar sama Ibu," timpal Sambo.
"Kurang ajar apa, Komandan?" jawab Yosua lagi.
Mendengar jawaban Yosua yang terkesan merasa tidak bersalah dan justru menantang itu, Sambo naik pitam. Ia memerintahkan Yosua untuk jongkok. "Jongkok, kamu, jongkok!" perintah Sambo. Lantas terjadilah penembakan terhadap Yosua.
Di lain pihak, Komnas Perempuan juga menemukan adanya pelecehan seksual terhadap Putri yang perlu ditindaklanjuti oleh penyidik kepolisian. Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani mengatakan Putri sebelumnya mengaku enggan melaporkan kekerasan seksual itu karena malu dan takut terhadap ancaman pelaku.
Pengacara Yosua, Johnson Panjaitan, merasa heran terhadap temuan lembaga-lembaga tersebut. Ia mempertanyakan data-data yang diperoleh oleh Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk mengambil kesimpulan itu. Sebab, dalam rekonstruksi pembunuhan Yosua yang telah digelar, tidak ada soal pelecehan seksual tersebut. Pelecehan seksual sebelumnya juga bagian dari skenario kebohongan yang dilakukan Sambo.
Adapun Mabes Polri menyatakan temuan dugaan pelecehan seksual tersebut akan ditindaklanjuti. Pendalaman atas kasus itu akan dilakukan berdasarkan pada alat bukti dan fakta-fakta.
"Dan apa pun hasil pendalaman akan didasari fakta dan alat bukti yang ada," kata Kabareskrim Komjen Agus Andrianto.
Simak Video "Video: Curahan Hati Nadin Amizah Kembali Jadi Korban Pelecehan"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)