Komnas HAM: Kronologi Kematian Brigadir J Banyak Tidak Klop

Komnas HAM: Kronologi Kematian Brigadir J Banyak Tidak Klop

Tim detikNews - detikSumut
Sabtu, 06 Agu 2022 05:29 WIB
Komnas HAM mulai mengusut tewasnya 6 laskar FPI. Mereka akan meminta keterangan Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran hingga Direktur PT Jasa Marga.
Foto: Ari Saputra
Medan -

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik menyampaikan kronologi awal polisi tentang kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J banyak yang tidak klop.

Salah satunya perihal penodongan senjata yang disebut dilakukan Brigadir J. Taufan mengungkapkan, dari hasil penelusuran, tidak ada saksi yang melihat Brigadir J menodongkan senjata.

"Bahwa selama ini ada keterangan bahwa Yoshua sedang menodongkan senjata, dalam keterangan mereka ini nggak ada peristiwa itu, makanya banyak sekali yang tidak klop antara keterangan yang disampaikan di awal dengan yang sesudah kami telusuri," kata Taufan dalam acara diskusi virtual 'Menguak Kasus Kematian Brigadir J," Jumat (5/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, keterangan polisi soal Irjen Ferdy Sambo yang tengah menjalani tes PCR saat terjadinya peristiwa juga tidak selaras. Dari penelusuran Komnas HAM, Sambo ternyata sudah tiba di rumah sehari sebelumnya.

"Termasuk dulu kita baca berita ketika peristiwa terjadi Pak Sambo sedang PCR di luar. Kan ternyata nggak benar begitu, Pak Sambo sudah datang duluan satu hari sebelumnya. Jadi cerita ini di awal dengan kemudian berkembang atau sebelum ditelusuri itu banyak yang nggak klop," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, statement polisi soal dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J terhadap istri Irjen Ferdy Sambo masih belum bisa diyakini. Taufan mengungkapkan tidak ada saksi yang melihat langsung dugaan pelecehan tersebut.

"Sebagai penyelidik, kami bertanya-tanya, 'ada apa ini', begitu. Tentu saja kami tidak mau menuduh sembarangan, tapi kami menduga, ada yang tidak logis begitu. Jadi saksi yang menyaksikan penodongan itu tidak ada, makanya kami juga belum bisa meyakini apakah terjadi pelecehan seksual atau tidak," tuturnya.

Sekedar untuk diketahui, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot tiga jenderal hingga perwira menengah karena diduga tidak profesional dalam melakukan penanganan perkara yang menewaskan Brigadir Yoshua atau Brigadir J.




(bpa/bpa)


Hide Ads