Keluarga menaruh harapan besar agar kasus kematian Brigadir J atau Nofriansyah Yoshua Hutabarat dapat terungkap. Apalagi setelah ada pejabat tinggi Polri yang dinonaktifkan akibat kasus ini.
"Harapan kami berjalan lancar, berjalan tugas masing-masing supaya transparan kasus ini, jangan ada tersembunyi, jangan ada kebohongan," kata Rohani Simanjuntak, tante Brigadir J saat ditemui detikSumut Kamis (21/7/2022) malam.
Sudah dua pekan, menurut dia, keluarga belum bisa tidur nyenyak karena terus membayangkan peristiwa kematian Brigadir J yang masih misterius.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sudah dua minggu ini belum bisa tidur membayangkan tragedi yang luar biasa sama kami," tuturnya.
Dia pun kemudian menceritakan kondisi kakaknya Rosti Simanjuntak, ibu Brigadir Yoshua yang masih terpuruk akibat kematian anaknya. Menurut Rohani, kakaknya itu masih terus menangisi kepergian putra sulungnya.
"Kondisi (ibur Brigadir J) masih syok, kalau cerita anaknya pasti nangis, kalau datang keluarga pasti nangis," sebutnya.
Semasa hidup, Rohani mengatakan Brigadir Yoshua merupakan anak yang baik dan sering membantu keluarga. "Orangnya baik, dia dan mamaknya dekat. Brigadir J termasuk tulang punggung, bantu keluarga," kata Rohani.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) angkat bicara mengenai kasus penembakan Brigadir Yoshua Hutabarat atau Brigadir Yoshua di rumah Kadiv Propam nonaktif Irjen Ferdy Sambo. Jokowi meminta agar kasus itu diusut tuntas dan diungkap sejujurnya.
"Saya kan sudah sampaikan, usut tuntas, buka apa adanya. Jangan ada yang ditutup-tutupi, transparan. Sudah!" kata Jokowi di sela-sela kunjungan kerjanya di Pulau Rinca, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (21/7).
Jokowi mengatakan pentingnya transparansi dalam penyelidikan kasus penembakan yang menewaskan Brigadir Yoshua. Hal itu agar tidak muncul keraguan masyarakat terhadap institusi Polri.
"Itu penting untuk agar masyarakat tidak ada keragu-raguan terhadap peristiwa yang ada. Ini yang harus dijaga kepercayaan publik terhadap Polri harus dijaga," ujar dia.
Diketahui Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah membentuk tim khusus untuk mengusut kematian Brigadir J. Timsus ini melibatkan pihak eksternal seperti Kompolnas dan Komnas HAM. Setelah bekerja beberapa pekan Jenderal Sigit memutuskan untuk menonaktifkan Irjen Ferdy Sambo dari jabatan Kadiv Propam, Brigjen Hendra dari jabatan Karo Paminal Divpropam, dan Kapolres Jaksel Kombes Budhi.
(astj/astj)