Tradisi menolak bala, merupakan ritual adat yang dipercaya mampu mengusir malapetaka dan menjaga keseimbangan kehidupan. Tradisi ini bukan sekadar upacara seremonial, melainkan wujud hubungan spiritual antara manusia, alam, dan leluhur.
Bagi masyarakat suku Nias, menolak bala biasanya dilaksanakan ketika kampung dilanda musibah, wabah penyakit, atau muncul pertanda alam yang dianggap tidak wajar. Seluruh warga berkumpul untuk menyatukan niat dan harapan.
Upacara menolak bala dipimpin oleh tuhenΓΆri atau tokoh adat yakni berupa persembahan untuk para dewa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menolak bala adalah cara kami memohon perlindungan dan mengingatkan diri agar tetap hidup sesuai adat. Jika bala datang, itu pertanda ada keseimbangan yang harus diperbaiki," kata tokoh adat Nias, Ama Zebua, Jumat (19/12/2025).
Menurutnya, tradisi ini juga memperkuat rasa kebersamaan dan gotong royong antarwarga. Dalam setiap prosesi, masyarakat diajak untuk saling introspeksi dan memperbaiki hubungan, baik dengan sesama maupun dengan alam sekitar.
Hingga kini, menolak bala masih terus dijalankan dan diwariskan kepada generasi muda. Tradisi ini menjadi bukti bahwa kearifan lokal suku Nias tetap relevan sebagai penopang identitas budaya sekaligus penuntun masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
Artikel ini ditulis Olivia Andrea, Peserta Program Maganghub Kemnaker di detikcom.
(mjy/mjy)











































