Masjid Lama Gang Bengkok dibangun pada tahun 1874. Usianya lebih tua dari Masjid Raya Al-Mashun yang didirikan pada tahun 1906.
Masjid Lama Gang Bengkok ini berdiri pada masa kesultanan Deli dan merupakan salah satu jejak bersejarah penting di Kota Medan yang merekam perjalanan akulturasi budaya.
Masjid ini berbeda dengan masjid pada umumnya, menghadirkan wajah masjid unik yang memadukan detail khas Tiongkok dan ornamen Melayu. Meski berada di jalan sempit, masjid ini tetap eksis menjadi salah satu pusat spiritual dan simbol kerukunan umat beragama di Medan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdirinya salah satu cagar budaya ini tak lepas dari peran tokoh-tokoh penting di Medan. Berikut adalah empat nama di balik berdirinya Masjid Lama Gang Bengkok.
1. Datuk H. Muhammad Ali
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Datuk berarti gelar kehormatan bagi orang yang berpangkat atau bermartabat tinggi. Datuk Muhammad Ali dikenal sebagai Datuk Kesawan. Hal ini lantaran beliau merupakan pemilik tanah di kawasan Kesawan.
Datuk H Muhammad Ali merupakan pemilik tanah sebelum didirikannya Masjid Lama Gang Bengkok. Kemudian beliau menghibahkan tanah tersebut sehingga dibangunlah masjid ini dengan kolaborasi bersama Tjong A Fie.
"Tanahnya diwakafkan oleh seorang Datuk bernama H. Muhammad Ali. Dibangunlah masjid ini. Makanya dilihat dari arsitektur bangunan ini sekilas seperti Kelenteng, namun juga bercampur dengan ornamen melayu," kata Shilmi, pengurus Masjid Lama Gang Bengkok, Senin (1/12/2025).
2. Tjong A Fie
Setelah tanah diwakafkan oleh Datuk H. Muhammad Ali, Tjong A Fie berperan mengalirkan dana untuk pembangunan Masjid Lama Gang Bengkok. Tjong A Fie merupakan keturunan Tionghoa, China yang merantau ke Medan dan menjadi pengusaha kaya raya. Perkebunan dan perbankan adalah dua di antara usaha yang ia bangun.
Tjong A Fie dikenal sebagai sosok yang dermawan. Ia banyak membantu pembangunan fasilitas bagi masyarakat, salah satunya Masjid Lama Gang Bengkok ini. Tjong A Fie menjadi simbol toleransi dan kerukunan etnis di Medan pada masa kolonial.
3. Sultan Ma'mun Al Rasyid
Sultan Ma'mun Al Rasyid merupakan Sultan Deli ke-IX. Ia memimpin selama 51 tahun, dari 1873-1924. Di masa kepemimpinannya ini Masjid Lama Gang Bengkok dibangun. Setelah pembangunan masjid selesai, kemudian diserahkan pada kesultanan deli yang ia pimpin. Setelah itu, Masjid Lama Gang Bengkok diresmikan sebagai fasilitas keagamaan di wilayah Kesultanan Deli.
Memang Sultan Ma'mun Al Rasyid bukan arsitek atau donatur pembangunan masjid ini. Namun, secara institusional, ia adalah sultan di masa masjid ini "diambil alih" sebagai bagian dari komunitas muslim lokal.
4. Syekh Muhammad Ya'kub
Syekh Muhammad Ya'kub adalah salah satu tokoh Muslim di Kota Medan yang juga merupakan guru dari Datuk H. Muhammad Ali. Selain itu, beliau aktif sebagai pengajar tarekat naqsabandiyah pada masa itu.
Ia ditunjuk langsung oleh pihak Kesultanan Deli sebagai nazir masjid. Nazir merupakan pengurus atau penanggung jawab masjid. Muhammad Ya'kub menjadi nazir pertama untuk Masjid Lama Gang Bengkok. Hai ini diungkapkan oleh Shilmi, pengurus masjid saat ini sekaligus keturunan Syekh Muhammad Ya'kub.
"Sultan Ma'mun Al Rasyid menunjuk seorang nazir pertama, yakni Syekh Muhammad Ya'kub, yang menjadi imam dan nazir pertama di masjid ini. Beliau juga guru dari Datuk H. Muhammad Ali," jelasnya.
Masjid ini bukan hanya sekadar tempat ibadah, tapi juga sebagai simbol persatuan. Hal ini ditunjukkan dari kolaborasi yang dibangun oleh para tokoh pada masa lampau dan menjadi pengingat bahwa keberagaman menjadi fondasi yang kuat bagi tumbuhnya Kota Medan.
(afb/afb)











































