Mahkota Sultan Siak Pulang Kampung, Jadi Buruan Warga karena Bernilai Sejarah

Riau

Mahkota Sultan Siak Pulang Kampung, Jadi Buruan Warga karena Bernilai Sejarah

Raja Adil Siregar - detikSumut
Jumat, 08 Agu 2025 12:45 WIB
Mahkota Sultan Siak
Foto: Mahkota Sultan Siak (Dok Diskominfo)
Siak -

Setelah lebih dari delapan dekade di Museum Nasional, Mahkota Kesultanan Siak Sri Indrapura akhirnya pulang kampung. Berbagai keunikan di mahkota Sultan Syarif Kasim II itupun menarik perhatian.

Pameran barang bersejarah itu berlangsung sejak 7-10 Agustus 2025 di Jalan Sultan Syarif Kasim Pekanbaru. Mahkota sang raja dipamerkan bersama dua artefak lain, yakni pin dan pedang asli.

Kepala Dinas Pariwisata Riau Roni Rahmat mengungkap kehadiran mahkota asli Kesultanan Siak menjadi daya tarik utama pameran tahun ini. Roni pun bangga karena bisa membawa pulang benda-benda Sultan Siak setelah 80 tahun 'merantau'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pameran tahun ini sangat luar biasa karena untuk pertama kalinya mahkota, pin, dan pedang Sultan Siak kembali ke Riau setelah sekian lama," terang Roni Rakhmat di lokasi, Jumat (8/8/2025).

Sepanjang pengetahuan Roni, ini adalah kali pertama masyarakat Riau dapat melihat langsung ketiga benda pusaka tersebut di Pekanbaru. Dimana pameran akan dibuka setiap hari mulai pukul 14.00 hingga 20.00 WIB.

ADVERTISEMENT

Mahkota Siak dibawa ke Jakarta pada tahun 1945 saat Sultan Syarif Kasim II menyerahkan simbol-simbol kebesaran kerajaan kepada pemerintah Republik Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan. Selain mahkota, sang sultan juga menyumbangkan dana sebesar satu juta gulden untuk perjuangan negara yang baru merdeka.

Mahkota Kesultanan Siak merupakan salah satu artefak kerajaan Melayu yang paling megah di Indonesia. Dibuat pada abad ke-19, mahkota ini terbuat dari emas, berlian, rubi, zamrud, dan mutiara.

Mahkota tersebut memiliki berat 1.803,3 gram, diameter 33 sentimeter, dan tinggi 27 sentimeter. Kehadiran mahkota ini dalam pameran pembangunan dipandang sebagai momen penting dalam memperkuat kembali jati diri dan kebanggaan masyarakat Melayu Riau terhadap warisan sejarah dan budayanya.

Makna Tulisan Arab hingga Hiasan Bunga Teratai di Mahkota Siak

Mahkota Kerajaan Siak Sri Inderapura yang dipamerkan bersempena dengan hari jadi ke-68 Provinsi Riau, menyimpan pesan spiritual. Salah satu unsur yang paling mencuri perhatian adalah tulisan Arab kecil yang terletak di bagian depan mahkota, Bala Ruh Tajalli.

Makna tulisan tersebut dibongkar Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, dalam elu-eluannya. Katanya, hal itu bukan sekadar hiasan tapi itu merupakan simbol kuat dari dimensi spiritual seorang pemimpin dalam tradisi kerajaan Melayu.

"Bala Ruh berasal dari konsep pengakuan ruh terhadap keesaan Allah sejak zaman azali. Sedangkan Tajalli merujuk pada penampakan sifat-sifat Ilahi kepada makhluk-Nya, khususnya mereka yang bersih hatinya. Dalam konteks mahkota, tulisan ini menunjukkan bahwa seorang raja bukan hanya memegang kekuasaan duniawi, tetapi juga membawa amanah ruhani," jelas Datuk Seri Taufik Ikram Jamil.

Selain tulisan tersebut, mahkota yang dibuat dari emas dan bertabur intan serta rubi ini juga memiliki hiasan tiga bunga teratai (seroja) di bagian puncaknya. Simbol ini juga memiliki makna filosofis yang kuat dalam budaya Melayu.

"Bunga teratai melambangkan kesucian hati dan jiwa. Meski tumbuh di air berlumpur, bunganya tetap mekar dengan indah. Ini adalah simbol manusia luhur yang tidak terpengaruh oleh keburukan lingkungan," tambah Datuk Seri Taufik.

Makna-makna tersebut menjadikan Mahkota Siak bukan hanya sebagai simbol kekuasaan kerajaan, tetapi juga sebagai lambang kebijaksanaan, kesucian rohani, dan tanggung jawab spiritual seorang pemimpin.




(ras/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads