Apa Isi Carano Pada Tari Pasambahan Minangkabau? Ini Penjelasannya

Sumatera Barat

Apa Isi Carano Pada Tari Pasambahan Minangkabau? Ini Penjelasannya

Aisyah Luthfi - detikSumut
Selasa, 10 Sep 2024 11:05 WIB
Carano digunakan saat tarian persembahan Minang
Foto: Carano (Dok. Pemprov Sumbar)
Jakarta -

Tari Pasambahan merupakan salah satu tarian adat Minangkabau yang kerap ditampilkan dalam upacara penyambutan tamu atau acara adat penting lainnya. Mengutip dari jurnal ilmiah berjudul "Dari Tari Gelombang ke Tari Pasambahan" karya Tiara Virginia Aulia, dkk., Tari Pasambahan pertama kali diciptakan oleh Syofyani pada tahun 1962.

Tarian ini awalnya ditampilkan saat penyambutan Raja Belgia (Belanda) di Bukittinggi. Saat ini Tari Pasambahan hampir dimiliki oleh setiap nagari di Minangkabau. Tarian ini dibawakan oleh penari laki-laki dan perempuan sebagai bentuk penghormatan dalam menyambut tamu penting.

Seperti di berbagai daerah lainnya, tamu yang datang ke suatu wilayah disambut melalui upacara adat. Di Minangkabau, Sumatera Barat, Tari Galombang dan Pasambahan biasanya digunakan dalam prosesi penyambutan tamu ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu elemen yang tak terpisahkan dari tarian ini adalah Carano, wadah tradisional yang dibawa oleh penari perempuan saat menari. Biasanya, pada pertengahan tarian, tiga penari akan mendatangi tamu yang dihormati untuk mengambil isi Carano. Namun, apa sebenarnya isi Carano tersebut? Berikut penjelasannya.

Apa itu Carano?

Carano, yang juga dikenal sebagai boko, adalah wadah berbentuk dulang berkaki yang terbuat dari logam kuningan. Bentuknya bundar dengan pundak yang landai, mulut lebar, serta bibir yang tipis. Di bagian bawah carano terdapat garis melingkar yang menyerupai geligir, memberikan karakteristik khas pada desainnya.

ADVERTISEMENT

Isi Carano Simbol Penghormatan

Dalam tradisi Minangkabau, carano berfungsi sebagai simbol penghormatan dan keramahtamahan kepada tamu atau pihak yang dihormati. Isi dari carano pun tidak sembarangan. Isi khas carano terdiri dari daun sirih, pinang, gambir, kapur sirih, dan tembakau. Kelengkapan ini disebut sirih langkok, di mana daun-daun sirih disusun melingkar dan dilengkapi dengan bahan-bahan lain yang digunakan untuk mengunyah sirih, seperti pinang, gambir, dan kapur sirih. Komponen ini merupakan bagian dari sirih sebagai perlambang kebersamaan dan kehormatan dalam adat Minangkabau.

Selain sirih, ada juga kain putih yang disertakan dalam carano. Kain ini melambangkan kesucian hati dan ketulusan tuan rumah dalam menyambut tamu. "Kain putih tersebut menandakan bahwa tuan rumah menyambut tamu dengan hati yang bersih dan tulus," lanjutnya.

Tari Pasambahan Menunjukkan Pentingnya Etika dan Tata Krama

Prosesi pembawaan Carano pada Tari Pasambahan biasanya dilakukan oleh penari perempuan yang mengenakan busana adat Minangkabau. Saat menari, penari akan mengangkat carano tinggi-tinggi, lalu menyampaikannya kepada tamu kehormatan sebagai tanda penghormatan dan sambutan.

Tari Pasambahan dan simbolisme Carano menunjukkan betapa pentingnya etika dan tata krama dalam budaya Minangkabau. Tradisi ini tetap dipertahankan hingga kini, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Minang.

Dengan begitu, carano bukan sekadar wadah, melainkan sarat akan makna filosofi yang mencerminkan nilai-nilai luhur dalam adat Minangkabau.




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads