Sumut in History

Mengenal Tari Moyo, Tarian Burung Elang dari Nias

Finta Rahyuni - detikSumut
Sabtu, 20 Jul 2024 11:30 WIB
Foto: Tarian Moyo dari Pulau Nias (Kemdikbud)
Medan -

Tarian Moyo merupakan salah satu tarian dari Kepulauan Nias. Tarian ini biasa dipentaskan dalam berbagai acara resmi dan perayaan-perayaan hari besar.

Tak hanya itu, saat ini, tarian itu juga sudah masuk dalam ekstrakurikuler di beberapa sekolah di Nias. Makanya tak heran jika Tarian Moyo akan ditampilkan saat acara-acara sekolah.

Tarian Moyo ini disebut juga dengan tarian burung elang. Bagaimana asal muasal tarian ini bisa disebut menjadi tarian burung elang? Berikut penjelasannya:

Dilansir dari website resmi Kemendikbud, Tari Moyo ini menggambarkan semangat yang tak terpatahkan, keuletan, kekuatan, dan kasih sayang.

Tari Moyo ini adalah tarian yang dilakukan secara berpasangan. Dalam satu kelompok penari biasanya beranggotakan enam hingga delapan orang. Gerakan inti dalam Tari Moyo adalah gerakan tangan naik turun, seperti memeragakan burung yang mengepakkan sayapnya di udara, gerakan berputar, gerakan menukik dengan tempo yang cepat, dan sesekali bersimpuh dengan kaki berjinjit.

Sekilas, ada beberapa kesamaan gerak antara Tari Moyo dengan Tari Guel asal Gayo. Hanya saja Tari Guel penari utamanya adalah laki-laki dan penari perempuan sebagai pendukung. Sementara Tari Moyo ditarikan oleh perempuan.

Tari Moyo dulu dipersembahkan dalam pesta-pesta rakyat yang dilakukan di masing-masing desa dan menjadi sarana bagi pemuda-pemudi untuk saling berkenalan. Pada masa sebelum kemerdekaan, tarian ini dilakukan oleh para dayang atau budak untuk mengibur tuan putri.

Asal Usul Tari Moyo

Asal usul tarian ini tidak diketahui secara pasti. Sebab, ada informasi yang terputus dalam satu atau dua generasi terkait tarian itu. Kekaburan informasi ini lah yang memunculkan beragam versi tentang asal-usul Tari Moyo.

Pada versi pertama disebutkan bahwa Tari Moyo ini menceritakan tentang penantian seorang gadis terhadap kekasihnya yang pergi berperang. Setelah menunggu lama, kekasih wanita tersebut tak juga kunjung pulang.

Akibat kerinduan yang mendalam, wanita tersebut berdoa agar para dewa mengubahnya menjadi seekor elang, sehingga dapat terbang ke langit dan mencari kekasihnya. Setelah menemukan kekasihnya, wanita itu meminta diubah kembali menjadi manusia.

Singkat cerita, para dewa mengabulkan permintaan wanita itu. Setelah berubah menjadi burung elang, wanita itu pergi mencari kekasihnya. Namun, sayangnya, sampai dia berhasil mengelilingi seluruh Pulau Nias, dia tidak pernah menemukan kekasihnya.

Pada akhirnya wanita itu pun terjebak dalam wujud burung elang. Beberapa kalangan masih percaya bahwa burung elang itu masih tetap hidup dan terus terbang mengelilingi Pulau Nias dengan harapan akan menemukan kekasihnya yang telah lama hilang.

Kemudian, versi kedua menyebutkan bahwa Tari Moyo menggambarkan pertikaian antara seekor burung elang dengan seekor induk ayam. Induk ayam mengerahkan seluruh kekuatan untuk melindungi anaknya dari serangan burung elang. Dengan tekad yang kuat, induk ayam berhasil melampaui batasannya dan mengimbangi setiap gerakan elang.

Sementara, versi ketiga ada dari Nias Selatan, yakni Tari Moyo Fanaro bato (elang mendirikan batu). Tari ini merupakan penghormatan terhadap para pemuda yang dianggap memiliki jasa besar dalam melindungi desa dari musuh-musuh yang menyerang.

Pasalnya, dahulu di Nias sering terjadi perang, baik antardesa, sesama warga desa, maupun perang terhadap orang asing. Perang ini sering terjadi karena provokasi orang asing yang ingin menguasai sumber daya alam, dan sektor perdagangan, serta memutus pengaruh Kesultanan Aceh atas wilayah-wilayah lain di nusantara.

Ketika mereka berhasil mengusir pihak musuh, para prajurit akan dianugerahi penghormatan berupa upacara Fanaro Bato yang akan diselingi oleh Tari Moyo. Adapun syair-syair dalam Tari moyo Fanaro Bato ini berupa puji-pujian terhadap pahlawan tersebut. Setelah itu, para prajurit itu akan dinobatkan sebagai pahlawan.



Simak Video "Video: Viral Ibu-ibu Foto di Arca Petirtaan Pasuruan saat Ada Ritual, Ini Faktanya"

(nkm/nkm)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork