Berusia 434 Tahun Hari Ini, Simak Sejarah Penting Berdirinya Kota Medan

Kartika Sari - detikSumut
Senin, 01 Jul 2024 12:17 WIB
Kantor Wali Kota Medan (Foto: Nizar Aldi/detikSumut)
Medan -

Setiap tanggal 1 Juli selalu diperingati sebagai hari jadi Kota Medan. Tahun ini, Kota Medan resmi mencapai usia 434 tahun lo detikers.

Berusia ratusan tahun, Kota Medan sudah mengukir sejarah hingga menjadi satu di antara kota metropolitan di Indonesia dengan kecanggihan teknologi dan infrastrukturnya. Namun, apakah detikers tahu bahwa Kota Medan dulunya pernah hanya perkampungan kecil?

Yuk! simak sejarah Kota Medan berikut ini:

Dilansir melalui website Pemkot Medan, Kota Medan dulunya dikenal dengan nama Tanah Deli dengan kondisi tanah rawa-rawa seluas 4000 Ha. Ada beberapa aliran sungai yang melintasi Kota Medan dengan bermuara di Selat Melaka, yakni ada Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.

Dulunya, Guru Patimpus membuka perkampungan Medan yang berlokasi di Tanah Deli. Kampung kecil tersebut bernama Medan Putri yang terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari lokasi Jalan Putri Hijau saat ini. Kedua sungai tersebut merupakan jalur lintas perdagangan yang ramai sehingga membuat kampung Medan Putri menjadi cikal bakal Kota Medan.

Lambat laun, semakin banyak orang yang yang datang ke kampung ini. Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli.

Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.

Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.

Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.

Jhon Anderson seorang warga Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut.

Anderson menyebutkan dalam bukunya "Mission to the East Coast of Sumatera" (terbitan Edinburg 1826) bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan.

Baca selengkapnya di halaman berikut...



Simak Video "Lontong Medan Alay: Warisan Rasa di Jakarta Barat"

(afb/afb)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork