Istana Niat Laras Lima, Dibangun Berawal dari Nazar Raja di Batu Bara

Sumut in History

Istana Niat Laras Lima, Dibangun Berawal dari Nazar Raja di Batu Bara

Kartika Sari - detikSumut
Senin, 10 Jun 2024 06:30 WIB
Istana Niat Lima Laras di Kabupaten Batu Bara, Sumut.
Istana Niat Lima Laras (Foto: Dok. Pemprov Sumut)
Batu Bara -

Istana Niat Lima Laras menyimpan sejarah dalam peradaban etnis Melayu pesisir di Batu Bara. Konon, istana ini dibangun berawal dari nazar atau niat seorang raja.

Dilansir dari website Pemkab Batu Bara, Istana Niat Lima Laras terletak di kawasan pemukiman/perkampungan nelayan, Jalan Rakyat, Dusun I, Nibung Hangus Lima Laras.

Dari segi bangunan, Istana Niat Lima Laras memiliki 6 anjungan yang masing-masing menghadap ke arah empat mata angin, memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, pada lantai bawah dan balai ruangan berornamen China dan terbuat dari beton yang dipergunakan sebagai tempat bermusyawarah. Pada lantai II dan III bangunan diperuntukkan sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan dan hanya terbuat dari kayu.

Terdapat beberapa kamar dengan ukuran 30 m2 di lantai II dan III yang dihubungkan oleh tangga yang melingkar di tengah-tengah ruangan istana.

ADVERTISEMENT

Istana Niat Lima Laras dibangun berawal dari larangan berdagang yang diterapkan oleh Pemerintahan Hindia Belanda terhadap para raja yang ditentang oleh Datuk Matyoeda. Datuk Matyoeda sendiri adalah Raja Kerajaan Lima Laras XII, yang bertahta pada tahun 1883 - 1919.

Larangan Berdagang tanpa alasan yang jelas oleh pemerintah Hindia Belanda disinyalir akibat dari imbas monopoli perdagangan hasil bumi. Bila ada yang melanggar kebijakan tersebut maka armada beserta isinya akan ditarik paksa oleh pemerintah Hindia Belanda. Datuk Matyoeda sering berdagang hasil bumi seperti kopra, Damar, dan Rotan ke Malaka, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Imbasnya, Datuk Matyoeda sering berhadapan dengan pemerintah Hindia Belanda akibat dari kebijakan tersebut, sehingga timbul nazar atau niat dari Datuk Matyoeda untuk membangun sebuah istana apabila dapat berhasil dengan selamat. Dan ternyata Datuk Matyoeda dapat berlabuh di pelabuhan Tanjung Tiram dan juga memiliki untung besar dari berdagang hasil bumi.

Akhirnya, Datuk mulai mewujdkan nazarnya dan Istana Niat Lima Laras mulai dibangun pada tahun 1907 dan selesai pada tahun 1912 dengan biaya pembangunan mencapai 150 ribu gulden dan masih bertahan lebih dari 100 tahun hingga saat ini.

Sementara itu, sumber dari jurnal Di Tepi Zaman: Istana Niat Lima Laras dan Eksistensinya di Kabupaten Batu Bara oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II Sumatra Utara, istana ini dibangun sebagai tempat tinggal Datuk Lima Laras beserta keluarga.

Istana Lima Laras sempat dikuasai Jepang pada tahun 1942, lalu ditinggalkan oleh ahli waris pada masa revolusi sosial tahun 1946.

Istana ini kemudian pernah ditempati oleh AU pada tahun 1948 di bawah komando Mayor Dahrif Nasution. Setelah suasana kembali kondusif, ahli waris istana kembali menempati istana namun sempat ditinggalkan kembali lantaran kondisi bangunan yang rusak parah hingga akhirnya mendapat revitalisasi.




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads