Tanjungpinang merupakan ibukota dari Provinsi Kepulauan Riau. Pada Juli 2004 silam, Kepulauan Riau resmi berpisah dengan Provinsi Riau yang meliputi Karimun, Batam, Bintan, juga Singkep-Lingga.
Ikan bilis, kerupuk dan makanan laut kering merupakan oleh-oleh khas dari daerah Tanjungpinang. Kawasan Kota Lama sering dijadikan tempat rekomendasi dalam berbelanja oleh-oleh.
Nah, berikut ini detikSumut akan membahas mengenai asal usul, budaya hingga keberagaman suku yang berada di Tanjungpinang, detikers simak infonya ya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal-usul kota Tanjungpinang
Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kota Tanjungpinang dijelaskan bahwa Asal mula Tanjungpinang dapat ditelusuri dari namanya yang mencerminkan lokasinya yang menjorok ke laut dan ditumbuhi oleh pohon pinang. Di masa lalu, posisi strategisnya di Sungai Carang Hulu Riau membuatnya menjadi pusat perdagangan yang ramai, yang awalnya dikenal sebagai Bandar Riau.
Perkembangannya semakin pesat saat dipimpin oleh Raja Haji Fisabilillah. Namun, kejayaannya tidak terlepas dari peristiwa penting dalam sejarah, seperti Perang Riau melawan VOC Belanda pada abad ke-18. Perang ini mencapai puncaknya pada tanggal 6 Januari 1784, ketika pasukan Riau berhasil memukul mundur pasukan Belanda, yang kemudian diabadikan sebagai Hari Jadi Tanjungpinang.
Meskipun mengalami kemunduran setelah kejadian tragis pada Perang Riau, Tanjungpinang tetap menjadi tempat penting bagi pemerintahan kolonial Belanda dan Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia, perjuangan untuk kemerdekaan Tanjungpinang sendiri baru tercapai pada tahun 1948, dan wilayah Kepulauan Riau secara resmi diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada tahun 1950. Perjalanan Tanjungpinang tidak berhenti di sana. Meskipun pernah menjadi ibu kota Provinsi Riau, namun statusnya kemudian berubah menjadi ibu kota Kabupaten Kepulauan Riau. Akhirnya, melalui berbagai regulasi pemerintah, Tanjungpinang mendapatkan status sebagai Kota Tanjungpinang, yang kini menjadi ibu kota Provinsi Kepulauan Riau.
Julukan Kota Gurindam
Kota Tanjungpinang memiliki 3 julukan yang terkenal yaitu Kota Gurindam, Negeri Pantun, Kota Bestari. Tanjungpinang disebut Kota Gurindam karena hubungannya dengan karya sastra Melayu klasik "Gurindam Dua Belas" yang ditulis oleh Raja Ali Haji dari Kesultanan Riau-Lingga pada abad ke-19. Karya yang berisi nasihat moral dan etika ini sangat dihargai dalam sastra Melayu. Julukan ini menekankan pentingnya warisan budaya dan sastra daerah tersebut serta kebanggaan masyarakat setempat terhadap sejarah dan tradisi sastra mereka.
Peninggalan Budaya Melayu Riau Lingga: Gurindam Dua Belas dan Tari Zapin
Dikutip dari laman resmi Kemdikbud diketahui Kerajaan Riau Lingga adalah sebuah kerajaan Islam di Indonesia yang berdiri dari sekitar tahun 1828 hingga 1911. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II, Yang Dipertuan Besar Riau Lingga IV, yang memerintah dari tahun 1857 hingga 1883. Wilayah kerajaan ini meliputi daerah yang sekarang menjadi Provinsi Kepulauan Riau.
Gurindam Dua Belas
Gurindam Dua Belas adalah karya sastra yang ditulis oleh Raja Ali Haji, seorang sastrawan dari Kepulauan Riau. Ditulis dalam bahasa Melayu Kuno, karya ini dikenal karena penggunaan istilah tasawuf, kata kiasan, dan metafora. Terdiri dari dua belas pasal, Gurindam Dua Belas dikategorikan sebagai "Syi'r Al-Irsyadi" atau puisi didaktik, karena berisi nasihat dan petunjuk hidup mengenai berbagai aspek seperti ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tanggung jawab orang tua kepada anak, budi pekerti, dan kehidupan bermasyarakat.
Tari Zapin
Tari Zapin adalah tarian tradisional khas Riau yang merupakan hasil perpaduan antara Budaya Arab dan Budaya Melayu di masa lalu. Awalnya merupakan tarian istana di Kesultanan Yaman Timur Tengah, tarian ini diperkenalkan oleh saudagar Arab kepada masyarakat di sekitar Selat Malaka pada abad ke-16. Seiring dengan waktu, tarian ini mengalami akulturasi dengan budaya lokal dan dianggap sebagai ikon kemajuan budaya Melayu Riau. Meskipun awalnya hanya sebagai tarian hiburan, Tari Zapin mengandung nilai-nilai pendidikan dan keagamaan yang disisipkan dalam syair-syair pengiringnya. Gerakan Tari Zapin terbagi menjadi tiga bagian utama: gerakan pembuka (Salam), gerak inti, dan gerak penutup (tahto), dengan total 19 gerakan yang mencakup berbagai nilai filosofis dan pola hidup masyarakat Melayu.
Keanekaragaman Budaya
Menurut laman resmi Pemerintah Kota Tanjungpinang, Tanjungpinang adalah kota yang kaya akan keanekaragaman suku, hasil dari sejarah panjang sebagai pelabuhan yang ramai sejak masa Kerajaan Lingga pada abad ke-18. Kota ini menjadi tempat bertemunya berbagai kelompok etnis dari Sulawesi, Kalimantan, Siak, Pahang, Bangka-Belitung, Cina, Padang, dan daerah lainnya.
- Suku Melayu
Suku Melayu merupakan kelompok etnis terbesar di Tanjungpinang dan mayoritas beragama Islam. Kesenian Melayu yang masih dilestarikan hingga kini mencakup Tari Zapin, Gasal, teater bangsawan, dan Joget Dangkong. Selain itu, ada kelompok orang laut, yang tinggal di rumah panggung dan perahu di sepanjang pesisir pantai. Kebudayaan dan bahasa orang laut ini berbeda dengan kebudayaan Melayu Riau.
- Suku Bugis
Suku Bugis juga memiliki pengaruh besar dalam budaya Tanjungpinang. Mereka telah berasimilasi dengan suku Melayu sejak zaman Kerajaan Riau Lingga. Beberapa pejabat kerajaan pada masa lalu, seperti Daeng Celak, ayah dari Raja Haji Yang Dipertuan Muda Riau IV, diketahui memiliki keturunan Bugis.
- Etnis Tionghoa
Etnis Tionghoa di Tanjungpinang sebagian besar tinggal di Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, dan di daerah kota lama, Kecamatan Tanjungpinang Barat. Mereka dikenal sebagai pedagang dan pengusaha rumah makan. Dialek Hokkian adalah yang paling banyak digunakan oleh etnis Tionghoa di kota ini, selain dialek lain seperti Khek/Hakka, Teociu, Hokcia, Hokciu, dan sebagainya.
Letak Geografis Kota TanjungPinang
TanjungPinang dalam koordinat terletak pada 00 50' 25.93" s/d 00 58' 54.62" Lintang Utara dan 1040 23' 23.40" s/d 1040 34' 49.9" Bujur Timur. Posisi Tanjungpinang sangat strategis, karena berdekatan dengan Kota Batam sebagai salah satu pintu gerbang perdagangan Indonesia dan Kawasan Perdagangan Bebas (free trade zone).
Sebagai sebuah kota Tanjungpinang juga berbatasan dengan beberapa kota :
Sebelah Utara : Kabupaten Bintan
Sebelah Selatan : Kabupaten Bintan
Sebelah Timur : Kabupaten Bintan
Sebelah Barat : Kota Batam
Secara keseluruhan luas wilayah Tanjungpinang adalah 258,82 km2, yang terdiri dari 150,86 Km2 daratan dan 107,96 km2.
Secara wilayah administrasi Kota Tanjungpinang memiliki 4 Kecamatan dan 18 Kelurahan yaitu :
Kecamatan Tanjungpinang Timur :
· Kelurahan Melayu Kota piring
· Kelurahan Kampung Bulang
· Kelurahan Air Raja Kelurahan Pinang Kencana
· Kelurahan Batu Sembilan
Kecamatan Tanjungpinang Kota :
· Kelurahan tanjungpinang Kota
· Kelurahan Kampung Bugis
· Kelurahan Senggarang
· Kelurahan Penyengat
Kecamatan Tanjungpinang Barat :
· Kelurahan Tanjungpinang Barat
· Kelurahan kemboja
· Kelurahan Kampung Baru
· Kelurahan Bukit Cermin
Kecamatan Bukit Bestari :
· Kelurahan Tanjungpinang Timur
· Kelurahan Dompak
· Kelurahan Tanjung Ayun Sakti Kelurahan Sei Jang
· Kelurahan Tanjung Unggat
Artikel ini ditulis oleh Agung Zepanya Bangun mahasiswa peserta magang merdeka di detikcom.
(nkm/nkm)