Batak Simalungun menjadi salah satu suku yang mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Suku ini banyak ditemui di daerah Kabupaten Simalungun dan Pematangsiantar.
Seperti halnya suku lainnya, Batak Simalungun masih meneruskan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh nenek moyang mereka dahulu. Tradisi ini berbagai macam jenisnya. Tradisi ini juga biasnya dilakukan sebagai pemujaan terhadap leluhur.
Salah satunya adalah pesta Rondang Bintang. Tradisi ini digelar sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pesta Rondang Bintang ini juga memiliki berbagai macam bentuk. Ada yang dilakukan setelah panen, untuk mendapatkan jodoh dan yang lainnya.
Bagi detikers yang penasaran dengan tradisi ini, berikut detikSumut berikan penjelasannya:
Dikutip dari buku Rondang Bintang Wisata Etnografi Tahunan Simalungun karya Muhammad Liyansyah, dijelaskan bahwa upacara ini awalnya dibuat sebagai bentuk persembahan kepada penguasa alam atau yang disebut mereka sebagai Pangulu Balang. Rasa hormat itu dipersembahkan dengan istilah Demban Sayur.
Biasanya, hal ini disesuaikan dengan selera kemauan Pangulu Balang tersebut. Selera dari Pangulu Balang ini bisa diketahui dari petunjuk Guru Bolon atau orang yang dianggap memiliki pengetahuan mengenai alam gaib.
Persembahan ini diharapkan dapat membuat penguasa alam tetap melindungi masyarakat. Dengan begitu, masyarakat dapat terhindar dari segala gangguan.
Dulunya, pesta ini hanya digelar secara sederhana. Namun, pada saat ini, tradisi itu digelar dengan lebih meriah. Biasanya yang menjadi tempat pelaksanaan pesta itu adalah di salah satu daerah di Simalungun. Pelaksanaannya dilakukan secara menyeluruh untuk masyarakat Simalungun.
Nantinya, setiap kecamatan akan mengutus pesertanya untuk menghadiri acara tersebut. Ada berbagai kegiatan lain yang digelar saat pesta Rondang Bintang itu, seperti lomba bernyanyi, dan berpantun.
Prosesi Pesta Rondang Bintang
Awalnya biasanya muda-mudi akan melakukan persiapan dengan belajar menari, menyanyi dan yang lainnya. Mereka akan dibimbing oleh orang tua yang paham dengan prosesi pesta itu.
Tarian yang dipertunjukkan muda-mudi pada pesta Rondang Bintang itu umumnya memiliki makan tersendiri. Bagi muda-mudi yang sudah berumur, tetapi belum menikah biasanya menggelar tari khusus sebagai doa permohonan dengan harapan dapat segera mendapatkan jodoh.
Ada juga biasanya pasangan suami istri yang belum mempunyai keturunan ikut dalam acara tersebut.
Pesta Rondang Bintang ini mempunyai beberapa tahapan yang dipimpin oleh seorang dukun kampung atau Guru Huta/Datu Bolon.
Pertama, acara dimulai dengan maranggir atau keramas. Acara maranggir ini bertujuan untuk menyucikan diri dan pikiran dengan harapan melalui doa-doa yang dipanjatkan, Tuhan Yang Maha Esa akan mengabulkannya. Seluruh penduduk kampung secara bersama-sama maranggir ke pancuran yang sumber airnya dianggap belum tercemar.
Lalu, marrudang. Ini berarti memakaikan bunga di bagian kepala di bagian belakang untuk perempuan dan menyematkan bunga pada kantong baju untuk laki-laki.
Ada beberapa jenis bunga yang dipakai saat itu. Bunga tersebut, seperti bunga pohon pinang dan Boni Pansur yang bagian daunnya mirip seperti daun lalang.
Setelah selesai maranggir dan marrudang itu, semua warga kembali ke desa untuk melanjutkan acara berikutnya, yakni acara Mamuhun. Acara ini bertujuan untuk memohon doa restu, petunjuk, dan bimbingan serta ucapan hormat kepada Tuhan.
Kemudian, acara dilanjutkan dengan acara pengajian makanan yang terdiri dari dayok binatur (ayam yang diatur) dan nitak siang-siang (tepung beras yang dicampur dengan gula dan kelapa).
Persembahan makanan ini ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan perantara dukun yang diyakini masyarakat mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan makan bersama.
Usai makan bersama, acara akan dilanjutkan dengan manortor yang diiringi musik khas Simalungun. Nah, detikers, itu dia penjelasan soal pesta Rondang Bintang pada masyarakat Simalungun.
(dhm/dhm)