Padangsidimpuan merupakan sebuah kota yang terletak di wilayah kawasan Tapanuli bagian Selatan, Sumatera Utara. Nama kota ini berasal dari Bahasa Batak Angkola, yaitu Padang na dimpu. "Padang" yang berarti hamparan atau area luas, "na" artinya yang, dan "dimpu" memiliki arti tinggi. Sehingga dapat disimpulkan artinya adalah "hamparan yang luas yang terletak di ketinggian".
Sejarah Kota Padangsidimpuan
Dikutip dari laman resmi Diskominfo, Padang Sidempuan sudah tercatat dalam sejarah dimulai dari masa Perang Padri di Sumatera Barat. Saat itu, salah satu pemimpin pasukan Perang Padri, Tuanku Imam Lelo, membangun sebuah benteng yang kemudian menjadi awal dari berdirinya Kota Padang Sidempuan.
Selama masa kolonial Hindia Belanda, Padangsidimpuan ditetapkan sebagai ibu kota Keresidenan Tapanuli dari tahun 1883-1906, sebelum kemudian dipindahkan ke Kota Sibolga. Berkembangnya Padangsidimpuan dengan pesat membuat pemerintah kolonial Belanda meningkatkan status Padangsidimpuan menjadi kota setingkat di tahun 1937.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada masa itu, pembagian administratif kota terdiri dari 6 wek (wijk), termasuk Kampung Marancar, Pasar Julu, Kampung Teleng, Kampung Jawa dan Kantin, Pasar Siborang dan Sitamiang, serta Kampung Darek.
Padangsidimpuan di Masa Revolusi Belanda
Sejak Presiden Soekarno mengumumkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, berita proklamasi kemerdekaan dibawa oleh pejuang dari Sibolga dan Kota Bukittinggi. Pada tanggal 15 Juli 1947, Mohammad Hatta melakukan kunjungan kerja dari Bukittinggi menuju Medan dan singgah di Kota Padangsidimpuan, saat itu Agresi Militer Belanda II tengah terjadi dengan tujuan untuk mempertahankan Republik Indonesia dari serangan tersebut.
Setelah kunjungan Mohammad Hatta ke Kota Padangsidimpuan, pada tahun 1948, Presiden Soekarno mengunjungi kota tersebut dan disambut dengan hangat. Ketika tiba di kota, Presiden Soekarno memberikan pidatonya di dua tempat, yakni di Pasar Batu dan di sebuah lapangan yang sekarang menjadi Mesjid Raya Al-Abror. Hal ini menunjukkan tekad Presiden Soekarno untuk memberikan semangat perjuangan kepada masyarakat Tapanuli. Masyarakat yang menyambutnya tidak hanya berasal dari Padangsidimpuan dan Tapanuli, tetapi juga dari Labuhan Batu dan Pasir Pangaraian. Setelah itu, Presiden Soekarno melanjutkan perjalanannya ke Sibolga dan Tarutung.
Geografi Padangsidimpuan
Dari segi geografis, Kota Padangsidimpuan dikelilingi oleh Kabupaten Tapanuli Selatan. Kota ini berada pada persimpangan jalur darat yang menghubungkan ke kota Medan, Sibolga, dan Padang (Sumatera Barat) di jalur lintas barat Sumatra.
Wilayahnya memiliki topografi berupa lembah yang dikelilingi oleh Bukit Barisan, sehingga jika dilihat dari jarak jauh, kota Padangsidimpuan mirip dengan cekungan yang menyerupai danau.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1982, Kota Administratif Padangsidimpuan terdiri dari 20 Kelurahan yang berada di Kecamatan Padangsidimpuan Barat (sekarang Angkola Barat, Tapanuli Selatan) dan Padangsidimpuan Timur (sekarang Angkola Timur, Tapanuli Selatan), yang kemudian dibagi menjadi 2 Kecamatan dan 20 Kelurahan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2001, Kota Padangsidimpuan diresmikan sebagai Daerah Otonom setelah penggabungan beberapa kecamatan, yaitu, Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan Hutaimbaru, Padangsidimpuan Batunadua, Padangsidimpuan Utara, dan Padangsidimpuan Tenggara yang sebelumnya berada di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.
Fakta Unik Padangsidimpuan
1. Dikenal Sebagai Kota Salak
Dilansir dari laman resmi Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Padangsidimpuan dikenal dengan sebutan Kota Salak. Keberadaan bukit dan gunung yang mendominasi wilayah ini memudahkan pertumbuhan buah salak sehingga terdapat banyak kebun budidaya salak. Terdapat pula Tugu Salak yang menjadi ikon yang merepresentasikan identitas unik kota ini.
2. Wilayahnya Berbentuk Cekungan
Dari segi geografis, wilayahnya memiliki topografi berupa lembah yang dikelilingi oleh Bukit Barisan, sehingga jika dilihat dari jarak jauh, Kota Padangsidimpuan mirip dengan cekungan yang menyerupai danau.
3. Dulunya Tempat Persinggahan Pedagang dari Berbagai Daerah
Kota Padangsidimpuan berada pada persimpangan jalur darat yang menghubungkan ke kota Medan, Sibolga, dan Padang (Sumatera Barat) di jalur lintas barat Sumatra. Letak geografi yang strategis ini menjadikan Padangsidimpuan menjadi tempat persinggahan pedagang dari berbagai daerah.
Dikutip dari laman resmi Diskominfo, dulunya wilayah ini menjadi tempat persinggahan bagi pedagang dari berbagai daerah, termasuk pedagang ikan dan garam dari rute Sibolga-Padangsidimpuan-Panyabungan, serta Padang Bolak (Padang Lawas Utara)-Padangsidimpuan-Sibolga.
4. Kota Terbesar di Daerah Tapanuli
Padangsidimpuan adalah kota terbesar di wilayah Tapanuli. Daerah ini memiliki luas wilayah mencapai 114,66 km² dan populasi sekitar 228.429 jiwa pada tahun 2017, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 1.992 jiwa/km².
Padangsidimpuan bukan hanya sebuah kota, tetapi juga sebuah karya seni yang hidup, dipenuhi dengan warisan sejarah dan keunikan yang menginspirasi. Setiap sudut kota ini memancarkan pesona dan ciri khas yang tak terlupakan. Begitu banyak cerita untuk diceritakan dan keajaiban untuk dijelajahi di kota ini membuat kita terpikat untuk berkunjung.
Artikel ini ditulis Cory Patricia Siahaan, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(mjy/mjy)