Sejarah Kota Pematangsiantar: Asal-usul, Geografis, dan Ciri Khas

Sejarah Kota Pematangsiantar: Asal-usul, Geografis, dan Ciri Khas

Dostry Amisha - detikSumut
Jumat, 03 Mei 2024 06:00 WIB
Becak yang jadi ikon Kota Pematang Siantar
Foto: Becak yang jadi ikon Kota Pematang Siantar (Dok. Pemkot Pematang Siantar)
Pematangsiantar -

Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara. Sebelum proklamasi kemerdekaan, kota ini dahulu merupakan daerah kerajaan.

Masuknya Belanda ke Indonesia dan menduduki daerah Simalungun menyebabkan berakhir kekuasaan raja-raja. Kini Kota Pematangsiantar menjadi daerah otonom yang berwenang mengatur daerahnya sendiri.

Apakah detikers mengetahui bagaimana sejarah Kota Pematangsiantar? Berikut ini detikSumut rangkum mengenai informasinya, simak yuk!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal-usul Kota Pematangsiantar

Dikutip dari laman resmi Pemkot Pematangsiantar, sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan. Pematangsiantar merupakan pusat pemerintahan dari Kerajaan Siantar, satu dari tujuh kerajaan yang ada di Simalungun.

Kerajaan Siantar berkedudukan di Pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti ini adalah Tuan Sang Naualuh Damanik yang merupakan keturunan dari marga Damanik. Ia menjabat sebagai raja di Kerajaan Siantar sejak tahun 1889 hingga 1904.

ADVERTISEMENT

Setelah Belanda memasuki Sumatera Utara, daerah Simalungun menjadi daerah kekuasaan Belanda menyebabkan berakhir kekuasaan raja-raja pada tahun 1907. Pada tahun 1907, Kontrolir Belanda (pegawai pemerintah Hindia Belanda yang kedudukannya di bawah asisten residen) yang semula berkedudukan di Perdagangan dipindah ke Pematangsiantar.

Perpindahan tersebut menyebabkan Pematangsiantar berkembang dan banyak dikunjungi oleh pendatang baru. Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Suhu Kahean, Suhi Bah Bosar, Siantar Bayu, Pantoan, dan Tomuan.

Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar dimana Pulau Holing menjadi Kampung Pematang, Siantar Bayu menjadi Pusat Kota, Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba, selanjutnya Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba, dan Martimbang.

Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Berdasarkan Stad Blad No. 285 Pematangsiantar berubah menjadi Gemente yang mempunyai otonomi sendiri pada 1 Juli 1917. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No. 717 berubah menjadi Gemente yang mempunyai Dewan.

Pada masa pendudukan Jepang, Dewan dihapus dan berubah menjadi Siantar State. Pematangsiantar kembali menjadi daerah otonomi setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Geografis Kota Pematangsiantar

Dilansir dari laman resmi Pemkot Pematangsiantar, letak geografis Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2°53' 20'' - 3° 01' 00'' Lintang Utara dan 99°1' 00'' - 99° 6' 35'' Bujur Timur. Kota Pematangsiantar memiliki luas wilayah 79,971 km2 terletak 400-500 meter diatas permukaan laut.

Kota Pematangsiantar sering menjadi perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba karena letaknya yang strategis. Kota ini hanya berjarak 128 km dari Kota Medan dan berjarak 50 km dari Parapat.

Penghargaan Kota Pematangsiantar

Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota bagian dari provinsi Sumatera Utara dan kota terbesar kedua setelah Kota Medan. Kota Pematangsiantar dulunya merupakan ibu kota Kabupaten Simalungun sebelum dipindahkan ke kecamatan Raya pada 23 Juni 2008.

Wakil Presiden RI ketiga, Adam Malik lahir di Kota Pematangsiantar pada 22 Juli 1917. Kota Pematangsiantar pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kelestarian dan kebersihan lingkungan kotanya. Kemudian pada tahun 1996, Kota Pematangsiantar meraih penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha atas ketertiban pengaturan lalu lintas pada tahun 1996.

Ciri Khas Kota Pematangsiantar

Kota Pematangsiantar merupakan kawasan multi etnis diantaranya Batak Simalungun, Batak Toba, Fak-fak/Dairi, Batak Karo, Melayu, Mandailing, Pesisir dan Nias, hingga Jawa. Etnis Simalungun dan Toba adalah etnis yang paling berkembang dimana Simalungun merupakan penduduk asli Kota Pematangsiantar.

Kota Pematang siantar memiliki motto dari Bahasa Batak Simalungun yaitu "sapangambei manoktok hitei" yang memiliki arti "saling bergotong royong demi mencapai tujuan yang mulia". Kota ini juga masih banyak kendaraan berjenis becak dan menjadi ikon yang mendunia karena menggunakan sepeda motor The Birmingham Small Arms (BSA) kapasitas 500 cc buatan Inggris, model lama sebagai becak bermesin yang menimbulkan bunyi yang keras.

Artikel ini ditulis Dostry Amisha, mahasiswa peserta magang merdeka di detikcom.




(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads