Asal-usul Langkat: Sejarah, Raja Pemerintahan, Geografi, dan Fakta Uniknya

Asal-usul Langkat: Sejarah, Raja Pemerintahan, Geografi, dan Fakta Uniknya

Cory Patricia Siahaan - detikSumut
Senin, 29 Apr 2024 04:00 WIB
Kantor Bupati Langkat. (Laman resmi Kabupaten Langkat)
Foto: Kantor Bupati Langkat. (Laman resmi Kabupaten Langkat)
Langkat -

Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah di Sumatera Utara dengan ibukota berada di Kecamatan Stabat. Nama Langkat berasal dari kesultanan yang dulunya pernah menguasai wilayah ini yaitu Kesultanan Langkat. Langkat dihuni oleh ragam etnis masyarakat seperti Etnis Jawa, Etnis Minang, Etnis Melayu, dan beberapa etnis lainnya. Akibatnya, keberagaman budaya & tradisi berkembang di Kabupaten Langkat. Salah satunya seperti tradisi perlombaan dayung sampan di Sungai Besar, sebuah acara yang diadakan secara berkala sebagai bagian dari warisan budaya yang dijaga dengan baik di Langkat.

Sejarah Kabupaten Langkat

Untuk memahami asal-usul Langkat, kita perlu merujuk pada pendirian Kesultanan Langkat. Dulunya, Langkat menjadi salah satu kesultanan Melayu terkemuka di Sumatera Utara. Menurut sejarawan Belanda, Christopher Buyers, kesultanan ini berakar dari kedatangan Panglima Deli bernama Dewa Syahdan sekitar tahun 1670 yang dikirim untuk membentuk kerajaan yang menguasai Daerah Sungai Seruwai yaitu Wilayah Tamiang sampai daerah anak Sungai Wampu.

Penguasa pertama Kesultanan Langkat adalah Raja Kahar yang berkedudukan di Kota Dalam, wilayah antara Stabat dan Kampung Inai. Penelitian Fakultas Sastra USU pada tahun 1994 menunjukkan bahwa Kesultanan Langkat didirikan oleh Raja Kahar pada tanggal 12 Rabiul Awal 1153 Hijriah atau 17 Januari 1750 yang kemudian dijadikan sebagai hari berdirinya Kabupaten Langkat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari laman resmi Pemkab Kabupaten, Nama Kesultanan Langkat berasal dari nama pohon yang dikenal sebagai "Pohon Langkat" oleh masyarakat Melayu. Pohon ini dulunya sering ditemukan di sekitar Sungai Langkat. Namun, saat ini pohon tersebut sudah menjadi langka dan hanya bisa ditemui di hutan-hutan pedalaman Langkat. Dengan pusat pemerintahannya berada di sekitar Sungai Langkat, kesultanan ini secara luas dikenal sebagai Kerajaan Langkat.

Ketika Republik Indonesia merdeka, Sumatera dipimpin oleh seorang Gubernur bernama T.M. Hasan, sementara Kabupaten Langkat mempertahankan status kepresidenannya. Kepemimpinan lokal dipegang oleh Tengku Amir Hamzah sebagai asisten residennya atau kepala pemerintahan yang kemudian digantikan oleh Adnan Nur Lubis dengan gelar Bupati.

ADVERTISEMENT

Daftar Pemimpin Kesultanan Langkat

Berikut adalah daftar penguasa Kesultanan Langkat:

  • 1568-1580: Panglima Dewa Shahdan
  • 1580-1612: Panglima Dewa Sakti
  • 1612-1673: Raja Kahar bin Panglima Dewa Sakdi
  • 1673-1750: Bendahara Raja Badiuzzaman bin Raja Kahar
  • 1750-1818: Raja Kejuruan Hitam (Tuah Hitam) bin Bendahara Raja Badiuzzaman
  • 1818-1840: Raja Ahmad bin Raja Indra Bungsu
  • 1840-1893: Tuanku Sultan Haji Musa al-Khalid al-Mahadiah Muazzam Shah (Tengku Ngah) bin Raja Ahmad
  • 1893-1927: Tuanku Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmad Shah bin Sultan Haji Musa
  • 1927-1948: Tuanku Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah bin Sultan Abdul Aziz
  • 1948-1990: Tengku Atha'ar bin Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah
  • 1990-1999: Tengku Mustafa Kamal Pasha bin Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmad Shah
  • 1999-2001: Tengku Dr. Herman Shah bin Tengku Kamil
  • 2001-2003: Tuanku Sultan Iskandar Hilali Abdul Jalil Rahmad Shah al-Haj bin Tengku Murad Aziz
  • 2003-Sekarang: Tuanku Sultan Azwar Abdul Jalil Rahmad Shah al-Haj bin Tengku Maimun

Geografi Langkat

Kabupaten Langkat terdiri dari 23 Kecamatan dan 240 Desa serta 37 Kelurahan Definitif. Area Kabupaten Langkat meliputi:

¡ Wilayah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Selat Malaka

¡ Wilayah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo

¡ Wilayah Barat berbatasan dengan Provinsi Aceh

¡ Wilayah Timur berbatasan dengan Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang.

Jika ditinjau dari segi luas wilayah, Kecamatan Bahorok adalah yang wilayah terbesar di Langkat dengan luas 1.101,83 Km2 atau 17,59% dari total wilayah Kabupaten Langkat. Kecamatan Batang Serangan menyusul dengan luas 899,38 Km2 atau 14,36%. Di sisi lain, Kecamatan Binjai memiliki wilayah terkecil dengan luas hanya 42,05 Km2 atau 0,67% dari total wilayah Kabupaten Langkat.

Fakta Unik Kabupaten Langkat

Terdapat beberapa fakta menarik tentang Kabupaten Langkat:

1. Memiliki Patung Dewa Hindu Tertinggi ke 2 di Dunia

Kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovil yang berlokasi di Desa Padang Cermin, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat terkenal karena memiliki patung Dewa Murugan yang sangat populer. Dewa Murugan adalah figur penting dalam agama Hindu, terutama di kalangan komunitas Tamil di Tamil Nadu, India, dan Sri Lanka. Tinggi Patung Dewa Murugan mencapai 17 meter sehingga memegang rekor MURI sebagai patung Dewa Murugan tertinggi di Indonesia. Patung ini juga menjadi yang tertinggi kedua di dunia setelah patung serupa di Malaysia. Pembangunan patung ini dimulai pada tahun 2012.

2. Memiliki Kota Budaya dan Pendidikan

Terdapat daerah di Kabupaten Langkat yang dianggap sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan yaitu Kecamatan Tanjung Pura. Tanjung Pura terletak di jalur utama Jalan Raya Lintas Sumatra yang menghubungkan Kabupaten Langkat dengan Provinsi Aceh.

Meskipun wilayahnya relatif kecil, Tanjung Pura dianggap sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan karena Tanjung Pura merupakan tempat kelahiran Tengku Amir Hamzah seorang pujangga terkemuka dari tanah Melayu. Di sini, Tengku Amir Hamzah mulai menorehkan karya-karya indahnya dengan pena emasnya.

Selain Tengku Amir Hamzah, Tanjung Pura juga dihormati karena telah menjadi tempat studi bagi sejumlah tokoh besar, seperti Adam Malik, Chairil Anwar, dan Armin Pane.

3. Memiliki Kampung Bali

Kampung Bali merupakan permukiman yang didiami masyarakat Suku Bali sejak puluhan tahun yang lalu. Lokasinya berada di Desa Paya Tusam, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat. Kedatangan Suku Bali ke Sumatra bermula dari letusan Gunung Agung pada Februari 1963. Peristiwa ini menyebabkan banyak lahan pertanian menjadi tidak subur dan masyarakat Bali kehilangan mata pencaharian mereka. Pemerintah saat itu melaksanakan program transmigrasi untuk membantu masyarakat Bali mencari pengganti lahan dan pekerjaan yang layak, salah satunya di Sumatra Utara, termasuk Langkat. Jejak keberadaan masyarakat Bali di Sumatra Utara hingga sekarang masih dapat ditemui di Desa Paya Tusam.

4. Kondisi Tanah yang Baik

Langkat memiliki potensi pertanian yang besar berkat kondisi tanah yang subur dan ketersediaan air yang mencukupi. Sektor Pertanian di Langkat menawarkan peluang yang menjanjikan. Beberapa komoditas unggulan di Kabupaten ini termasuk tanaman tebu, kelapa sawit, berbagai jenis palawija, sayuran, dan buah-buahan. Tanaman pertanian di Langkat umumnya ditanam di area-area yang tidak terlalu padat penduduk.

Seperti di Wilayah Kecamatan Stabat, khususnya sepanjang Jalan menuju Desa Sei Karang, Selipit, dan Suko Beno, terdapat ladang-ladang tebu dan perkebunan kelapa sawit yang tumbuh subur.

5. Terdapat Tradisi Lomba Mendayung Sampan

Kabupaten Langkat juga menampilkan kekhasan budaya yang menarik. Pada hari-hari tertentu, masyarakat akan mengadakan acara lomba mendayung sampan di Sungai Besar Langkat. Di samping itu, terdapat tradisi pawai yang melibatkan partisipasi pemuda daerah setempat dalam merayakan hari-hari besar keagamaan.

Dengan segala keunikan dan warisan sejarah yang kaya, Kabupaten Langkat tidak hanya menjadi tempat yang menarik untuk dieksplorasi, tetapi juga menjadi penanda dari perjalanan panjang sebuah peradaban. Setiap jengkal tanahnya menyimpan cerita dan keajaiban alam yang tak terlupakan. Melalui artikel ini, semoga detikers dapat merasakan cerita peradaban yang ada di Kabupaten Langkat, serta terinspirasi untuk menjaga dan menghargai warisan budaya yang dimiliki oleh daerah ini.

Artikel ini ditulis Cory Particia Siahaan, Mahasiswa Program Magang Merdeka di detikcom.




(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads