Mengenal Proses Pernikahan Suku Batak Toba, Ada 17 Tahap Penting!

Sumut In-History

Mengenal Proses Pernikahan Suku Batak Toba, Ada 17 Tahap Penting!

Felicia Gisela Br Sihite - detikSumut
Minggu, 28 Apr 2024 10:31 WIB
Acara martuppol dalam proses pernikahan suku Batak Toba. (Foto: Felicia Gisela Br Sihite).
Acara martuppol dalam proses pernikahan suku Batak Toba. (Foto: Felicia Gisela Br Sihite).
Medan -

Pernikahan merupakan ikatan yang didasarkan pada cinta dan komitmen untuk saling mendukung serta berbagi hidup. Ikatan itu dianggap sakral dan mengikat sehingga melibatkan berbagai tradisi yang memperkuat hubungan antara pasangan.

Dalam budaya etnis Batak Toba, terdapat 17 tahap penting yang dilakukan saat proses pernikahan. Berikut detikSumut berikan penjelasan 17 tahap saat proses pernikahan suku Batak Toba yang dilansir dari buku Dalihan Na Tolu Pada Masyarakat Batak Toba di Kota Medan.

Proses Pernikahan Suku Batak Toba

Tahap Marhusip

Tahap pertama dalam proses pernikahan suku Batak adalah marhusip yang secara harfiah berarti berbisik. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah pembicaraan tertutup dan hanya dilakukan oleh utusan calon pengantin pihak perempuan dan laki-laki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pertemuan tersebut, hal yang dibahas berupa mas kawin dan segala persiapan acara pernikahan. Hasil pembicaraan itu pun tidak boleh menjadi konsumsi umum supaya tidak muncul perasaan malu apabila rencana pernikahan batal.

Tahap Martuppol

Selanjutnya, melakukan tahap martuppol yang dikenal juga sebagai pertunangan sekaligus membuat perjanjian pranikah di hadapan jemaat gereja, khususnya orang Batak beragama Kristen. Tata cara pelaksanaannya umumnya diatur oleh pihak gereja.

ADVERTISEMENT

Pihak gereja akan membuat pengumuman kepada jemaat ketika ibadah minggu umum. Acara martuppol biasanya tidak diikuti acara adat dan tidak terdapat acara makan bersama tetapi hal itu tergantung kepada kesepakatan kedua keluarga mempelai.

Tahap Marhata Sinamot

Apabila tahap martuppol telah dilaksanakan, saatnya membicarakan mas kawin yang akan diserahkan pihak laki-laki kepada perempuan, seperti hewan yang akan disembelih, banyak tamu undangan, banyak ulos yang akan diserahkan, dan lokasi pesta.

Tahap itu disebut dengan marhata sinamot yang dilaksanakan di rumah pihak perempuan. Pihak laki-laki bertanggung jawab membawa dan mempersiapkan makanan berupa daging yang dinamakan "tudu-tudu sipanganon" atau penanda makanan.

Tahap Martonggo Raja

Martonggo raja dianggap sebagai hal penting jika ingin menyukseskan sebuah acara adat. Tahap tersebut adalah rapat besar sebelum upacara adat yang bersifat seremonial dan mutlak diselenggarakan oleh tuan rumah terkait kepentingan pesta.

Acara martonggo raja biasanya dihadiri oleh teman satu kampung dan dongan tubu atau saudara semarga. Tuan rumah akan memohon izin kepada mereka untuk terlibat dalam membantu persiapan dan penggunaan fasilitas umum pada upacara adat.

Tahap Marsibuhabuhai

Tahap marsibuhabuhai dilaksanakan pada pagi hari sebelum masuk ke acara pemberkatan dan pesta adat dengan menyertakan keluarga yang paling dekat. Marsibuhabuhai berasal dari kata "buha" yakni membuka atau mengawali.

Tujuan utama acara itu untuk memberi hormat kepada keluarga dan pengantin perempuan sebagai boru ni raja yang rela meninggalkan rumah untuk ikut ke rumah suaminya. Acara itu dapat dilaksanakan di rumah pihak pengantin perempuan atau laki-laki.

Tahap Manjalo Pasu-pasu Parbagason

Pemberkatan pernikahan merupakan acara yang sepenuhnya berada di bawah wewenang gereja. Kedua belah pihak duduk bersama-sama untuk menyaksikan proses pemberkatan oleh pendeta sebagai bentuk pengesahan perkawinan melalui lembaga agama.

Pemberkatan pernikahan atau tahap manjalo pasu-pasu parbagason umumnya dilakukan bersamaan dengan pencatatan sipil. Pencatatan sipil dilakukan sebatas penandatanganan surat administrasi oleh saksi kedua belah pihak yang akan hadir di gereja.

Tahap Ulaon Unjuk atau Marunjuk

Setelah pemberkatan dari gereja selesai, tiba waktunya untuk melaksanakan pesta adat di gedung pertemuan (sopo gudang). Pihak pengantin laki-laki menyebut pesta adat dengan "marunjuk", sedangkan pihak boru menyebutnya dengan "mangan tuhor".

Sebelumnya, penentuan tuan rumah pelaksanaan pesta adat telah ditentukan ketika marhata sinamot. Sebagai salah satu upacara penting, pelaksanaan peseta adat sudah tentu dihadiri oleh kerabat-kerabat dari pihak laki-laki dan perempuan.

Tahap Memasuki Gedung Pesta

Proses pelaksanaan marunjuk terbagi beberapa langkah yang diawali dengan mengundang semua kerabat dari kedua belah pihak untuk memasuki gedung. Pihak keluarga laki-laki menyambut kedatangan pihak perempuan yang menjadi hula-hulanya.

Pada saat memasuki gedung, setiap bagian rombongan yang masuk, selalu ada kaum perempuan yang membawa "tandok" berisi beras. Hal itu sebagai dukungan atau sumbangan kepada kedua mempelai yang sedang melaksanakan adat pernikahan.

Tahap Penyampaian Tudu-tudu Sipanganon

Dalam tahap penyampaian tudu-tudu sipanganon, kedua belah pihak akan menyerahkan tudu-tudu sipanganon masing-masing. Pihak laki-laki menyerahkan daging hewan utuh, sedangkan pihak perempuan menyerahkan ikan mas.

Tudu-tudu sipanganon dibagikan dalam bentuk jambar na margoar. Makna penyerahan tudu-tudu sipanganon adalah menunjukkan kerendahan hati sebab walaupun makanan yang dibawa ala kadarnya tetapi semoga tetap membawa manfaat.

Tahap Dengke Simudur-udur

Secara terpisah, pihak tulang atau paman dari kedua belah pihak akan menyerahkan ikan mas yang disebut dengke simudur-mudur. Sejatinya, ikan yang diserahkan adalah "ihan" atau ikan batak yang banyak hidup di Danau Toba dan perairan di tanah Batak.

Dalam bahasa adat, ikan itu disebut sebagai "dengke sitio-tio dan dengke si mudur-udur" karena hidup di air jernih dan berenang secara beriringan. Ikan tersebut dimasak dengan cara arsik seperti merebus ikan dan bumbu-bumbunya sampai kering.

Tahap Manjalo Tumpak

Acara pernikahan memang selalu membutuhkan biaya besar. Selain bantuan dari kerabat dekat, bantuan dari teman umumnya sangat diharapkan untuk meringankan biaya yang sudah dipakai untuk membiayai semua proses pelaksanaan adat pernikahan.

Biasanya yang menerima tumpak adalah pihak laki-laki dari kerabat, secara khusus kepada kelompok putri pihak laki-laki, dongan sabutuha, dongan sahuta, dan ale-ale. Teknis pelaksanaannya memasukkan tumpak ke dalam wadah di hadapan pengantin.

Tahap Membagi Jambar

Mambagi jambar merupakan proses pembagian tudu-tudu sipanganon/penanda perjamuan kepada kerabat pihak perempuan. Tahap itu adalah bentuk penghormatan kepada khalayak ramai atau undangan dari kedua belah, terutama pihak hula-hula.

Ada tiga bentuk jambar dalam acara adat, yakni jambar juhut, jambar hata, dan jambar ulaon. Pembagian jambar bukan masalah besar kecilnya ukuran daging tetapi merupakan harga diri dan kehormatan seseorang pada sebuah pesta.

Tahap Marsiseanan

Tahap acara marsiseanan dianggap menjadi puncak dari pesta perkawinan yang sedang dilakukan. Acara marsiseanan biasanya diawali dengan penyampaian "pinggan panungkunan" atau piring penanya yang berisi beras dan daun sirih serta uang.

Pinggan panungkunan disiapkan oleh parsinabung/protokol pihak laki-laki dan diserahakan kepada parsinabung/protokol pihak perempuan. Pinggan panungkunan adalah simbol dimulainya percakapan adat kedua belah pihak yang duduk berhadapan.

Tahap Penyerahan Penandaian

Secara harfiah, penyerahan penandaian bisa diartikan sebagai penyerahan tanda pengenalan yang diserahkan oleh pihak laki-laki kepada kerabat pihak perempuan. Panandaian tersebut dapat berupa uang dengan jumlah yang telah disepakati.

Panandaian diberikan secara simbolis kepada empat orang yang menjadi representasi "suhi ni ampang na opat". Adapun tujuannya untuk memperkenalkan keluarga pihak perempuan kepada pihak laki-laki secara adat di depan seluruh kerabat.

Tahap Penyerahan Tintin Marangkup

Titip marangkup artinya cincin penyatu yang dimaknai sebagai tanda kesepakatan antara tulang mempelai pria dengan orang tua mempelai wanita. Tulang mempelai pria diharapkan mampu memperlakukan si mempelai perempuan sama seperti putri mereka.

Perlu diketahui, pernikahan yang ideal bagi orang Batak adalah pernikahan dengan pariban atau putri tulang. Untuk itu, ketika hal tersebut tidak terealisasi, tentu ada proses adat yang harus dilakukan supaya sang tulang tidak merasa kecewa.

Tahap Mangulosi

Ulos adalah kain tenun yang dipakai suku Batak dalam setiap kegiatan apapun. Secara simbolik, ulos diartikan sebagai sarana pengikat kasih dan penyaluran sahala atau berkat pihak hula-hula kepada borunya.

Penyerahan ulos dalam acara pernikahan juga dianggap sebagai bentuk penyaluran kasih sayang pihak yang menyayangi pengantin. Pihak yang memberikan ulos adalah pihak hula-hula dan pihak perempuan yang secara sah sudah menjadi hula-hula.

Tahap Paulek Une dan Maningkir Tangga

Acara terakhir dalam proses pernikahan suku Batak adalah tahap paulek une dan maningkir tangga. Acara itu disebut dengan ulaon sadari atau kegiatan satu hari karena dilakukan hanya satu ari saja, bertepatan dengan acara adat pernikahan.

Paulek une adalah proses pihak kerabat dekat laki-laki dan istrinya melakukan kunjungan pertama ke rumah orang tua pengantin perempuan atau hula-hulanya pihak laki-laki. Sementara itu, maningkir tangga adalah hal sebaliknya.

Demikian 17 tahap penting dalam proses pernikahan etnis Batak Toba. Semoga menambah wawasan nusantaramu, detikers!




(dhm/dhm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads