Kerajaan Dharmasraya: Sejarah, Peninggalan, dan Raja Pemerintahannya

Sumatera Barat

Kerajaan Dharmasraya: Sejarah, Peninggalan, dan Raja Pemerintahannya

Cory Patricia Siahaan - detikSumut
Jumat, 26 Apr 2024 09:17 WIB
Steel engraving Jerusalem seen from Mount of Olives
Original edition from my own archives
Source :
Ilustrasi (Foto: Getty Images/Grafissimo)
Dharmasraya -

Kerajaan Dharmasraya merupakan sebuah kerajaan Melayu yang dipengaruhi oleh kepercayaan Buddha di Pulau Sumatera. Sejarah kerajaan ini muncul seiring dengan berkurangnya kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada sekitar abad ke-11 hingga ke-12 Masehi.

Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Dharmasraya adalah penemuan Prasasti Grahi di wilayah selatan Thailand. Pada puncak kejayaannya, Kerajaan Dharmasraya menjadi Kerajaan Buddha yang terbesar di Sumatera dengan wilayah kekuasaan yang meliputi banyak daerah bawahan.

Cakupan kekuasaannya Kerajaan Dharmasraya mencakup Sumatera, wilayah Sunda, dan Semenanjung Malaya. Selain itu, Kerajaan Dharmasraya menjalin hubungan dengan berbagai kerajaan di Asia Tenggara, termasuk Kerajaan Singasari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah dan Letak Kerajaan Dharmasraya

Menurut Buku yang berjudul Manusia Indonesia, Alam & Sejarahnya (2021) Jatuhnya Kerajaan Sriwijaya membuat Dharmasraya naik menjadi kerajaan terbesar di Sumatera, menguasai 15 kerajaan bawahan yang meliputi Semenanjung Malaya, Sumatera, Pesisir Timur, dan sebagian Barat Jawa.

Kerajaan ini didirikan oleh Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa Dinasti Mauli pada tahun 1183. Pusat pemerintahan awalnya berlokasi tepat di tepi Sungai Batanghari yang berada di Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat.

ADVERTISEMENT

Puncak Kejayaan Kerajaan Dharmasraya

Pada masa pemerintahan Adityawarman, yang dikenal sebagai Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa (1347-1375 M) wilayah kerajaan Dharmasrayan semakin meluas dan kerajaan tersebut mencapai puncak kejayaannya. Pusat pemerintahan Kerajaan Dharmasraya dipindahkan ke Pagaruyung atau Suruaso di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Adityawarman, yang diyakini berasal dari keturunan Melayu, lahir dari Dara Jingga, salah satu putri Melayu yang pada masa itu diutus ke Singasari yang kemudian menjadi Majapahit Adityawarman merupakan anak Dara Jingga, putri Kerajaan Dharmasraya. Dara Jingga dibawa ke Singasari dalam misi Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1293. Dara kemudian menikah dengan Raden Wijaya, yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Runtuhnya Kerajaan Dharmasraya

Runtuhnya Kerajaan Dharmasraya diperkirakan disebabkan oleh ekspansi Kerajaan Majapahit yang berusaha memperluas wilayah kekuasaannya. Kakawin Nagarakretagama, sebuah karya sastra Jawa, menyebutkan bahwa Melayu merupakan salah satu daerah jajahan Kerajaan Majapahit.

Pada tahun 1339, Adityawarman diangkat menjadi raja bawahan Majapahit dan terlibat dalam serangkaian penaklukan yang dimulai dengan menguasai Palembang. Setelah membantu Majapahit, Adityawarman memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Dharmasraya ke Malayapura atau Pagaruyung.

Adityawarman memerintah hingga tahun 1375. Pada akhirnya, kerajaan ini ditaklukkan oleh Jawa dan berganti nama menjadi Ku-Kang. Kemudian, kerajaan ini mengalami berbagai kerusuhan dan kemerosotan ekonomi hingga jatuh ke tangan perompak-perompak Tionghoa.

Daftar Raja

Berikut merupakan Raja-raja Dharmasraya yang pernah memerintah di Kerajaan Dharmasraya

  • Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1183-1286 M)
  • Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa (1286-1316 M)
  • Srimat Sri Akarendrawarman (1316-1347 M)
  • Adityawarman atau Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa (sejak 1347 M)

Peninggalan Kerajaan Dharmasraya

Peninggalan Kerajaan Dharmasraya mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama masa pemerintahan raja di kerajaan Dharmasraya. Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang dicatat:

1. Prasasti Grahi

Pada tahun 1183 Masehi, Prasasti Grahi di selatan Thailand mencatat perintah dari Raja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa kepada bupati Grahi, Mahasenapati Galanai, untuk membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin.

2. Prasasti Padang Roco

Tahun 1286 Masehi, Prasasti Padang Roco di Siguntur, Sumatera Barat, mencatat pengiriman Arca Amoghapasa sebagai hadiah dari Raja Singhasari kepada Raja Dharmasraya.

3. Prasasti Suruaso

Pada tahun 1316 Masehi, Prasasti Suruaso di Kabupaten Tanah Datar mencatat penyelesaian pembangunan selokan yang dibuat oleh raja sebelumnya, yang dilakukan oleh Raja Srimat Sri Akarendrawarman.

4. Arca Amoghapasa dan Prasasti Kuburajo

Tahun 1347 Masehi, manuskrip pada Arca Amoghapasa yang bertarikh 1347 di Kabupaten Dharmasraya serta Prasasti Kuburajo di Kabupaten Tanah Datar mencatat pemindahan pusat pemerintahan ke Pagaruyung atau Suruaso oleh Raja Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa.

Dharmasraya menjadi bukti kejayaan bersejarah yang telah merajai wilayah Sumatera dengan kekuatan pemerintahannya. Dari masa keemasannya hingga keruntuhannya, kerajaan ini menandai jejaknya dengan peninggalan yang unik. Meskipun telah tiada, sejarahnya tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia yang kaya.

Artikel ini ditulis oleh Cory Patricia Siahaan, mahasiswa magang Merdeka di detikcom.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads