Paturuan Sibaso, Ritual Pemanggilan Roh Nenek Moyang Etnis Mandailing

Paturuan Sibaso, Ritual Pemanggilan Roh Nenek Moyang Etnis Mandailing

Nizar Aldi - detikSumut
Minggu, 14 Jan 2024 12:30 WIB
Gordang Sambilan alat musik tradisional Mandailling. (Dok KSDAE KLHK)
Foto: Gordang Sambilan alat musik tradisional Mandailling. (Dok KSDAE KLHK)
Medan -

Paturuan Sibaso merupakan ritual pemanggilan roh nenek moyang oleh etnis Batak Mandailing di Sumatera Utara. Pemanggilan roh nenek moyang itu menggunakan medium alat musik Mandailing, Gordang Sambilan.

Paturuan Sibaso ini sendiri dilakukan oleh masyarakat Mandailing sebelum mengenal agama Islam. Agama Islam sendiri saat ini menjadi agama mayoritas penduduk di Mandailing Natal (Madina).

"Gordang Sambilan masa sebelum mengenal Islam dikenal mempunyai fungsi untuk upacara memanggil roh nenek moyang apabila diperlukan pertolongannya pada masyarakat Batak Mandailing," tertulis di website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan yang dilansir detikSumut, Kamis (11/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Paturuan Sibaso sendiri dilakukan saat meminta pertolongan roh nenek moyang ketika masyarakat dilanda kesulitan. Gordang Sambilan menjadi medium dalam pemanggilan roh nenek moyang tersebut.

"Upacara tersebut dinamakan paturuan Sibaso yang berarti memanggil roh untuk merasuki/menyurupi medium Sibaso. Tujuan pemanggilan ini adalah untuk minta pertolongan roh nenek moyang untuk mengatasi kesulitan yang sedang menimpa masyarakat," tertulis di laman tersebut.

ADVERTISEMENT

Namun, semenjak masyarakat Mandailing mengenal agama, khususnya Islam, tradisi tersebut tidak lagi terlihat. Meski begitu keberadaan Gordang Sambilan hingga saat ini masih terus dipakai sebagai alat musik Mandailing.

Selain sebagai medium Paturuan Sibaso, Gordang Sambilan saat itu juga dipergunakan untuk menggelar upacara mangido udan (meminta hujan) untuk mengatasi kekeringan yang melanda di daerah tersebut. Begitu juga sebaliknya, saat musim hujan terus menerus Gordang Sambilan juga dipergunakan untuk upacara menghentikan hujan.

Gordang Sambilan juga dipergunakan untuk upacara perkawinan (Orja Godang Markaroan Boru) dan upacara kematian (Orja Mambulungi). Jika Gordang Sambilan dipergunakan untuk kepentingan pribadi, harus ada izin dari pimpinan adat yakni Namora Natoras dan raja sebagai kepala pemerintahan.

Dengan syarat harus menyembelih paling sedikit satu ekor kerbau jantan dewasa yang sehat. Apabila tidak terpenuhi, hanya boleh menggunakan dua buah gordang paling besar, yang dinamai jangat. Selain itu ada juga benda-benda kebesaran, seperti bendera-bendera adat dan Payung Raranagan.

Selain itu, Gordang Sambilan juga berfungsi sebagai pengiring tarian yang dinamakan Tari Sarama. Orang yang menari Sarama disebut Panyarama, terkadang kesurupan roh nenek moyang saat menari.

Sesuai dengan namanya, Gordang Sambilan memiliki sembilan buah gendang. Setiap gendang memiliki ukuran yang berbeda-beda, dengan yang paling besar disebut jangat. Ukuran gendang berurutan, dari yang kecil ke besar, dari arah kiri ke kanan.

Setiap gendang mempunyai nama atau penyebutannya tersendiri, namun nama tersebut tidak sama di setiap daerah di wilayah Mandailing. Nama tersebut dari yang paling kecil ke terbesar adalah: eneng-eneng, kudong-kudong, paniga, dan jangat.

Selain sembilan gendang yang dipukul menggunakan kayu tumpul, ada juga beberapa tambahan alat musik ogung atau gong. Ogung paling besar disebut ogung boru-boru (betina), dan yang lebih kecil ogung jantan. Sedangkan satu ogung yang lebih kecil disebut doal dan tiga ogung yang terkecil disebut salempong atau mong-mongan.

Alat musik pelengkap yang lain disebut sarune atau saleot, yaitu alat musik tiup yang terbuat dari bambu, semacam suling. Ada juga sepasang simbal kecil yang kerap disebut sebagai tali sasayat.

Gordang Sambilan tersebut dimainkan oleh beberapa orang, untuk yang memukul gendang paling besar atau jangat, dipanggil Parjangat. Biasanya butuh kemampuan khusus untuk mampu menjadi Parjangat, sebab dia harus mampu menguasai dan menentukan ritme dari Gordang Sambilan tersebut.




(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads