Pantuan Besar Ompu Pulo Batu atau biasa lebih dikenal dengan sebutan Sisingamangaraja XII merupakan salah satu tokoh pahlawan nasional dari Sumatera Utara. Selain seorang raja, dia juga pendeta terakhir masyarakat Batak.
Dikutip dari buku Biografi Pahlawan Kusuma Bangsa oleh Ria L, Sisingamangaraja adalah seorang raja yang tidak suka terhadap perbudakan dan sangat menghargai sebuah kemerdekaan.
"Lebih baik mati daripada menyerah dan tunduk kepada penjajah (Belanda)," ungkapan perjuangan Sisingamangaraja XII.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak yang mengenal Sisingamangaraja dari gambar di salah satu mata uang atau terdapat di nama jalan. Namun tidak ada yang begitu tahu tentang perjuangannya dahulu.
Lantas bagaimana kisah perjuangan Sisingamangaraja XII dalam mempertahankan kemerdekaan dan tanahnya. Yuk simak penjelasannya berikut ini.
Sisingamangaraja XII Melawan Belanda
Dikutip dari buku Kisah Perjuangan Pahlawan Indonesia oleh Lia Nuralia, awal mula terjadi peperangan dengan Belanda adalah saat Sisingamangaraja XII menguasai daerah Tapanuli.
Kala itu pasukan Belanda ingin menguasai daerah Tapanuli dengan bersiasat melaksanakan misi suci yaitu menyebarkan agama kristiani. Kedatangan Belanda saat itu membuat Sisingamangaraja curiga ia pun tak tinggal diam dengan itu.
Akhirnya kecurigaannya tersebut memuncak saat Belanda membawa banyak pasukannya dan membujuk rakyat untuk patuh terhadap perintah Belanda. Melihat kejadian itu Sisingamangara langsung bertindak cepat.
Pada bulan Februari tahun 1878, ia mengerahkan pasukan untuk menyerang Belanda yang berada di Bahal Batu dekat Tarutung. Akibatnya terjadilah pertarungan yang sangat sengit kala itu antara pasukan Belanda dan pasukan Sisingamangaraja.
Akibat peperangan tersebut secara cepat juga pertempuran menyebar ke daerah-daerah lainnya seperti Balige, Bakkara, Sidikalang, dan Dairi.
Puncaknya pada tahun 1904, Belanda berhasil menaklukkan daerah Tapanuli dan mengepung pasukan Sisingamangaraja. Namun dengan cerdiknya ia berhasil meloloskan diri dan bersembunyi jauh dari jangkauan Belanda.
Belanda sangat kewalahan dan kesulitan untuk menangkap Sisingamangaraja. Pasalnya Sisingamangaraja menggunakan strategi gerilya dalam berperang melawan Belanda.
Ia sangat menguasai medan pertempuran dan berhasil memanfaatkan pegunungan dan hutan untuk menghindari peperangan terbuka.
Selain itu Sisingamangaraja dan pasukannya juga bisa memaksimalkan penggunaan senjata tradisional seperti tombak, busur, parang, dan sumpit yang ujungnya diberi racun.
Sisingamangaraja Terlibat Pertarungan Sengit dengan Belanda
Sayangnya pada 17 Juni 1907 Sisingamangaraja XII mengalami pertarungan yang sangat sengit dengan pasukan Belanda di Si Onom Hudon Dairi. Kala itu ia dikepung pasukan Belanda yang dinamakan Kolonel Macan.
Ia pun harus tumbang setelah tertembak dengan senapan Belanda tewas bersama dua orang putranya yang bernama Patuan Nagari Sinambela dan Patuan Anggi Sinambela.
Sedangkan sisa keluarga Sisingamangaraja yang masih hidup juga turut ditangkap dan ditawan oleh pasukan Belanda. Perjuangan Sisingamangaraja berakhir setelah selama 30 tahun tanpa kenal menyerah untuk mengusir penjajahan di tanah Batak.
Nah itu dia sejarah singkat tentang perjuangan Sisingamangaraja XII mengusir Belanda. Banyak pelajaran berharga yang bisa didapatkan dari kegigihan Sisingamangaraja XII.
Artikel ini ditulis Adhe Junaidi, peserta magang kampus merdeka bersertifikat di detikcom.
(astj/astj)