Tradisi Marpege-pege, Acara Lamaran Versi Batak Angkola

Tradisi Marpege-pege, Acara Lamaran Versi Batak Angkola

Aprilda Ariana Sianturi - detikSumut
Rabu, 06 Des 2023 07:30 WIB
Suasana Marpege-pege (Foto: Dok Buku Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Perspektif Etnopedagogi yang ditulis oleh Deny Setiawan dan Maulana Arafat Lubis)
Suasana Marpege-pege (Foto: Dok Buku Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Perspektif Etnopedagogi yang ditulis oleh Deny Setiawan dan Maulana Arafat Lubis)
Medan -

Marpege-pege merupakan salah satu tradisi yang ada di suku Batak Angkola. Tradisi ini biasanya dilakukan saat seseorang ingin menikah

Batak Angkola merupakan salah satu dari sub etnis Batak.Dilansir dari Jurnal Antropologi Sumatera Universitas Negeri Medan, suku ini mendiami beberapa daerah seperti Kecamatan Hutaimbaru, Kecamatan Batunadua, Kecamatan Padang Sidimpuan Utara, serta kecamatan lainnya di Kota Padang Sidimpuan, Sumatera Utara.

Tentang Tradisi Marpege-pege

Dalam buku yang berjudul Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Perspektif Etnopedagogi yang ditulis oleh Deny Setiawan dan Maulana Arafat Lubis, Marpege-pege berasal dari bahasa Batak yang memiliki arti buah dari pohon yang bertandan. Terdapat banyak biji dalam satu tandan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara terminologinya, marpege-pege adalah tradisi markumpul hepeng yang berarti mengumpulkan uang dalam bahasa Batak. Tradisi ini dilakukan oleh sekelompok masyarakat tertentu untuk membantu calon mempelai laki-laki dalam menyediakan sejumlah uang serta barang hantaran atau lamaran yang telah ditetapkan oleh pihak mempelai wanita.

Tradisi ini dilakukan oleh calon mempelai laki-laki yang ingin melamar calon mempelai wanita. Sang calon mempelai laki-laki akan mengundang para kerabat serta masyarakat terdekat sebelum menyerahkan uang hantaran.

ADVERTISEMENT

Sebelum melakukan tradisi marpege-pege, calon mempelai laki-laki harus sudah mempertemukan orang tua kedua belah pihak untuk membahas berapa nominal uang yang harus diserahkan kepada pihak perempuan. Uang yang akan diserahkan digunakan untuk mengadakan acara pernikahan serta membeli peralatan rumah tangga yang akan dipergunakan kedua mempelai setelah menikah.

Tradisi marpege-pege mengajak masyarakat untuk saling memberikan sumbangan dalam bentuk uang ketika ada yang ingin menikahkan anak tanpa melihat berapa jumlah anggota keluarga mereka.

Sebagai contoh, ada orang tua yang memiliki empat orang anak dan yang lainnya hanya memiliki satu anak bahkan belum memiliki anak, maka orangtua yang memiliki empat anak tersebut tetap mengundang orang tua yang hanya memiliki satu orang anak serta orangtua yang bahkan belum memiliki anak walaupun untuk yang keempat kalinya.

Tradisi marpege-pege pada masyarakat Batak Angkola merupakan bentuk kerjasama sosial yang dilakukan sebagai salah satu solusi permasalahan dari segi ekonomi. Tradisi ini dapat meringankan beban ekonomi bagi masyarakat yang ingin melaksanakan pernikahan. Marpege-pege masih tetap eksis sampai saat ini di suku Batak Angkola walaupun derasnya arus globalisasi di zaman sekarang.

Artikel ini ditulis Aprilda Ariana Sianturi, peserta magang bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads