Kesultanan Deli merupakan sebuah Kesultanan yang didirikan oleh seseorang bernama Tuanku Gocah Pahlawan. Tentunya sebagai sebuah kerajaan, Kesultanan Deli memiliki sebuah lambang yang bermakna.
Simbol Kesultanan Deli terdiri dari beberapa regalia (alat kerajaan), tumbuhan, bintang, fauna dan disertai warna yang memiliki makna tersendiri di dalamnya. Simbol tersebut tentunya sangat erat dengan kehidupan Budaya Melayu.
Semasa pemerintahan Sultan Makmun Al-Rasyid lah yang mengkreasikan dan menciptakan simbol Kerajaan Deli pada masa itu. Sultan Makmun Al-Rasyid menciptakan lambang tersebut dengan penuh makna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tulisan berjudul Sejarah Kesultanan Deli dan Peradaban Masyarakatnya karya Muhammad Takari, A. Zaidan B.S. dan Fadlin Muhammad Dja'far dijelaskan bahwa bahwa Sultan Makmun Al-Rasyid menciptakan simbol itu agar Kesultanan Melayu sebagai salah satu peneraju khalifah di dunia yang menyebarkan ajaran-ajaran Islam.
Berikut ini simbol Kerajaan Deli dan maknanya.
- Mahkota dengan bintang dipuncak yang dimana maknanya merupakan simbol pimpinan karena Allah Subhanahu wa ta'ala.
- Payung bertingkat tiga maknanya payung kebesaran menggambarkan perlindungan yang bertingkat yaitu raja, orang besar, dan rakyat.
- Bendera/pataka, kain kuning dengan dua bintang emas, sudut atas diikat pada sebatang tombak agama yang bermakna tanda Kesultanan yang mendapat ilham, terjaga, dan bijaksana.
- Tombak berambu - kawal utama luar (regalia).
- Pedang - kawal kedua (regalia).
- Keris - kawal ketiga atau terakhir (regalia).
- Susunan kapas - yang bermakna kemakmuran.
- Susunan daun tembakau - yang bermakna sebuah kejayaan Tembakau Deli ke seantero dunia
- Perisai dengan gambar petaratna, tongkat dan tepak - yang bermakna - yang bermakna pimpinan hukum adat dan rakyat yang terjaga.
- Bintang besar di bawah perisai - maknanya sebuah sinar petunjuk.
- Lima sayap ekor di bagian bawah - yang dimaknai sebagai hukum Islam yang lima menjadi sebuah landasan.
- Simetris - dimaknai sebagai keadilan dan tidak berat sebelah.
- Warna-warna - setiap warna yang ada memiliki beberapa makna. Seperti kuning bermakna tuah dan mulia, lalu putih bermakna bersih, kemudian hijau bermakna daya hidup.
Selain memiliki simbol, Kesultanan Deli juga memiliki sebuah bendera sendiri yang berwarna kuning dengan dua bunga di sisi bagian kirinya yang tersusun diatas dan bawahnya.
Kesultanan Deli memiliki beberapa Sultan. Berikut ini biografi singkat para Sultan Deli dari masa ke masa.
1. Tuanku Panglima Gocah Pahlawan
Pada awal tahun 1600-an Kesultanan Deli mulai berdiri setelah menjalani era yang panjang dan mendapatkan kemerdekaannya dari Aceh. Kala itu Aceh menetapkan bahwasanya Tuanku Gocah Pahlawan yang akan memimpin Kesultanan Deli.
Pada tulisan berjudul Kesultanan Deli dan Peradaban Masyarakatnya karya Muhammad Takari, A. Zaidan B.S. dan Fadlin Muhammad Dja'far dijelaskan bahwa umumnya para sejarawan dari kalangan etnik Melayu sepakat bahwa pendiri kesultanan ini adalah Sri Paduka Gocah Pahlawan.
Setelah memimpin Negeri Deli, akhirnya pada tahun 1669 Tuanku Gocah Pahlawan meninggal. Tahta Negeri Deli dilanjutkan oleh anaknya.
2. Tuanku Panglima Perunggit
Beliau merupakan anak dari Tuanku Gocah Pahlawan. Raja Deli kedua ini memerintah setelah ayahnya meninggal pada tahun 1669, kala itu ia menjadi Padang Datar atau medan sekarang. menjadi pusat kerajaan.
Tuanku Panglima Perunggit jugalah yang membuat Kerajaan Deli berpisah dengan Aceh dengan meminta dukungan dari VOC kala itu. Saat memimpin Negeri Deli ia tetap mempertahankan apa yang telah dilakukan ayahnya.
Beliau meneruskan ajaran Islam yang kuat serta mensejahterakan rakyat dengan nilai Islam yang pernah ayahnya ajarkan kepadanya. Tuanku Panglima Perunggit mangkat pada tahun 1698 dan diberi gelar Marhum Kesawan.
3. Tuanku Panglima Padrap
Raja Deli yang ketiga inilah yang memindahkan pusat kerajaan Negeri Deli dari Medan ke Pulau Brayan. Hal dilakukanya untuk strategi politik agar bisa mengawasi daerah kekuasaannya.
4. Tuanku Panglima Pasutan
Saat masa kekuasaan Tuanku Panglima Pasutan pusat kerajaan Deli dipindahkan beliau ke daerah Labuhan Deli. Raja Deli ke empat ini juga memberi gelar datuk untuk memperkokoh kedudukan kepala suku yang merupakan penduduk asli kerajaan Deli.
Para datuk yang diberi gelar oleh beliau ini dikenal dengan sebutan datuk empat suku. Keempat suku yang mendapatkan gelar datuk itu adalah.
- Kawasan Sepuluh Dua Kuta yang meliputi daerah Hamparan Perak dan sekitarnya.
- Daerah Serbanyaman yang meliputi daerah Sunggal dan sekitarnya.
- Daerah Senembah yang meliputi daerah Patumbak, Tanjung Morawa, dan sekitarnya.
- Daerah Sukapiring, yang meliputi daerah Kampung Baru dan Medan Kota sekitarnya.
Sama dengan pendahulunya, Tuanku Panglima Pasutan juga tetap menjaga hubungan silaturahmi dengan rakyat yang dipimpinnya, baik di wilayah Deli atau wilayah-wilayah taklukannya.
5. Tuanku Panglima Gandar Wahid
Beliau memimpin Negeri Deli mulai dari tahun 1761 sampai 1805. Saat kepemimpinannya ia tetap menjalankan sistem kedatukan dan terus membangun Negeri Deli dengan cara mempererat hubungan dengan rakyat.
6. Tuanku Amaludin Mangendar Alam Pura
Raja Deli ke enam ini merupakan putra ketiga dari Tuanku Panglima Gandar Wahid. Beliau memerintah dari tahun 1805 sampai tahun 1850. Saat itu hubungan dengan Kerajaan Siak sangat kuat dibentuknya.
Hal itulah menjadi dasar dari penyebutan Kesultanan kepada Kerajaan Deli. Kesultanan Melayu Siak Sri Indra Pura memberi gelar itu. Saat kepemimpinanya roda pemerintahan berbasis Islam semakin kuat. Setelah ia wafat tahta Kesultanan Deli diberikan kepada anaknya.
7. Sultan Osman Perkasa Alam
Raja Deli ketujuh ini melanjutkan pemerintah Negeri Deli pada tahun 1850 sampai 1858. Saat kepemimpinannya Kesultanan Deli mendapatkan pengesahan bahwasanya Kesultanan Deli telah berdiri sendiri.
Setelah pengesahan itu, mulailah setiap Raja Deli mendapatkan gelar Perkasa Alam disetiap namanya. Namun pemerintahan Sultan Deli ketujuh ini sangatlah singkat.
Namun beliau membangun sebuah Masjid yang megah di kawasan Labuhan Deli. Beliau juga dimakamkan di dekat masjid tersebut, masjid itu bernama Masjid Raya Al Osmani.
Makam Raja Deli ke tujuh ini tepat berada di depan pintu gerbang untuk masuk ke Masjid Raya Al Osmani. Setelah ia meninggal, kepemimpinan berlanjut ke anaknya yang bernama Sultan Mahmud Al Rasyid Perkasa Alam.
8. Sultan Mahmud Al Rasyid Perkasa Alam
Sultan Mahmud Perkasa Alam memerintah mulai dari tahun 1858 sampai 1873. Ketika itu mulailah terjalin kerjasama antara pemerintah Belanda. Hal itu dengan pembukaan lahan tembakau di daerah Kerajaan Deli.
Raja Deli ke delapan inilah yang membuat rencana perjanjian dengan pemerintah Belanda melalui Acte yang ditandatangani olehnya sendiri, serta menggunakan materai cap mohornya pada tanggal 22 Agustus 1862 (1280 H).
Beliau lah yang pertama kalinya memperkenankan orang Belanda membuka perusahaan kebun tembakau Deli, yang mempercayakannya kepada J. Nienhuys. Hingga pada akhirnya ia wafat dan makamnya ada di Masjid Raya Al Osmani berdekatan dengan makam ayahnya.
9. Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alam
Sultan yang dinobatkan pada usia muda ini memerintah pada tahun 1873 hingga 1924. Saat itu perdagangan Tembakau Deli semakin maju dan berkembang pesat.
Dijelaskan pada tulisan Kesultanan DeliSejarah Kesultanan Deli dan Peradaban Masyarakatnya karya
Muhammad Takari, A. Zaidan B.S. dan Fadlin Muhammad Dja'far beliau juga memindahkan pemerintahan ke Kota Medan dari Labuhan Deli.
Saat itu beliau juga membangun Istana Maimun dan Masjid Raya Al Mashun Medan hingga perkantoran lainnya untuk mendukung kepemerintahannya. Hingga pada ia meninggal, dan dimakamkan di dalam area Masjid Raya Al Mashun Medan yang kita dikenal sekarang Masjid Raya Medan.
10. Sultan Amaludin Al Sani Perkasa Alamsjah
Sultan Amaludin Sani Perkasa Alamsjah melanjutkan tahta Kesultanan Deli pada tahun 1924 sampai 1945. Beliau lahir di Labuhan Deli dan wafat tepat pada hari proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Saat kepemimpinan beliau pengembangan pelabuhan mulai berjalan untuk terjalinnya hubungan dagang luar negeri. Setelah Indonesia merdeka kedudukan sultan-sultan selanjutnya menjadi penguasa tertinggi adat-istiadat dan kebudayaan Melayu Deli.
Raja Deli ke sepuluh ini merupakan anak ke empat dari Sultan Mamoen Ar Rasyid. Sementara abang dari Sultan Amaludin Al Sani yang bernama Tengku Harun menjadi bendahara Negeri Deli Kala itu.
Setelah beliau wafat maka tahta Kesultanan Deli diberikan kepada Sultan Osman Al Sani Perkasa Alamsjah. Makam beliau berada di Masjid Raya Al Mashun Medan.
11. Sultan Osman Al Sani Perkasa Alamsyah
Beliau dilahirkan pada 20 Agustus tahun 1900 di Istana Maimoon. Saat usianya memasuki dewasa ia pun melanjutkan tahta Kesultanan Deli pada tahun 1945 sampai 1967. Kepemimpinan nya melanjutkan apa yang sudah dibangun oleh ayahnya.
Beilau memiliki anak sebanyak sebeleas orang. Salah satunya bernama Sultan Azmy Perkasa Alam yang melanjutkan tahta Kesultanan Deli saat ia wafat. Sultan Osman Al Sani wafat pada usia 67 tahun dan juga dimakamkan di area pemakaman Masjid Raya Al Mashun Medan.
12. Sultan Azmy Perkasa Alam
Raja Deli ke duabelas ini menggantikan ayahnya yang telah meninggal menjadi pemimpin tertinggi di adat istiadat Melayu Deli dari tahun 1967 sampai 1998. Saat kepemimpinannya kala itu Indonesia memasuki geliat pembangunan ekonomi dibawah pimpinan pimpinan Jenderal Suharto.
Selain menjadi seorang Sultan Deli, beliau juga menjadi anggota DPR/MPR RI selama dua periode. Bahkan dia juga salah satu pendiri Universitas Amir Hamzah di Deli Serdang. Beliau wafat dan dimakamkan berdekatan dengan Sultan Deli pendahulunya di Masjid Raya Al Mashun.
13. Sultan Ottoman Mahmud Perkasa Alam
Selain seorang Sultan beilau juga merupakan seorang perwira militer. Beliau bernama lengkap Letnan Kolonel (Infantri) Tuanku Sultan Otteman Mahmud Ma'amun Padrap Perkasa Alam Shah. Beliau lahir pada tahun 1966.
Beliau wafat di Lhokseumawe atas peristiwa naas ketika pesawat CN-235 yang ditumpanginya bersama dua rekan TNI (Tentara Nasional Indonesia) lainnya, tergelincir di Pangkalan Udara Malikussaleh, Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam. Makam beliau berada di Masjid Raya Al Mashun Medan, tepat di sebelah makam ayahnya Sultan Azmy Perkasa Alam.
14. Sultan Mahmud Aria Lamanjiji Perkasa Alamsyah
Beliau merupakan anak dari Sultan Ottoman Mahmud Perkasa Alam. Sultan muda ini lahir pada tahun 1998, kala itu ia masih berusia delapan tahun dan dia harus siap menggantikan ayahnya yang telah berpulang.
Sampai saat ini tahta Kesultanan Deli masih dipegang oleh Sultan Mahmud Aria Lamanjiji Perkasa Alamsyah.
(mjy/mjy)