Mengenal Sipaha Lima, Acara Syukuran Orang Batak Beragama Malim Ketika Panen

Mengenal Sipaha Lima, Acara Syukuran Orang Batak Beragama Malim Ketika Panen

Raja Malo Sinaga - detikSumut
Jumat, 01 Des 2023 09:00 WIB
Ritual Sipaha Lima (Foto: Dok. Kemendikbud)
Ritual Sipaha Lima (Foto: Dok. Kemendikbud)
Medan -

Agama Malim merupakan agama lokal masyarakat Batak yang dijalankan dengan menggabungkan antara spritual dan kebudayaan. Salah satunya terlihat dengan tradisi Sipaha Lima.

Pernahkah detikers mendengar istilah Sipaha Lima? Berikut detikSumut hadirkan ulasan tentang Sipaha Lima.

Apa Itu Sipaha Lima

Hingga kini, masyarakat Batak dikenal memiliki profesi yang berhubungan dengan agraria. Sebelum melakukan masa tanam, masyarakat Batak dulunya melakukan ritual manganjab.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip laman resmi laman resmi Portal Informasi Indonesia, manganjab adalah ritual berdoa yang meminta kepada Mulajadi Nabolon untuk memberikan kesuburan tanah yang akan ditanami.

Setelah itu, masyarakat Batak pun melakukan proses tanam dan menjaga hingga masa panen tiba. Namun sebelum akhirnya tanaman dipanen, masyarakat Batak melakukan tradisi Sipaha Lima.

ADVERTISEMENT

Tradisi ini berupa bentuk syukur yang diberikan dari hasil panen. Ritual Sipaha Lima ini berlangsung megah dan meriah.

Dalam melaksanakan tradisi ini, masyarakat Batak akan memberikan seserahan atas ucapan syukur.

Pelaksanaan Sipaha Lima

Mengutip laman resmi Warisan Budaya Kemendikbud, Sipaha Lima dilakukan oleh masyarakat Batak beragama Malim. Dulunya, Sipaha Lima kerap digelar di beberapa tempat seperti Bale Pasogit Desa Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.

Pelaksanaan Sipaha Lima juga dilakukan dengan cara yang meriah. Mulanya, seekor kerbau akan dikorbankan. Kerbau itu nantinya diletakkan ke altar sebagai persembahan.

Berdasarkan Portal Informasi Indonesia bahwa kerbau yang dikurbankan disebut horbositikko tanduk siopat pisoran. Nantinya seluruh elemen masyarakat mulai dari yang tua dan muda akan berbondong-bondong merayakan.

Saat peringatan tradisi ini biasanya akan diiringi musik Ogung Sabangunan (alat musik tradisional Batak Toba seperti Tagading, Sarune, Ogung, Doal, Pangkeseki). Selain itu, masyarakat Batak juga akan manortor (menari) sahadaton.

Tak hanya kerbau, di upacara itu juga diberikan sesembahan seperti ayam atau ikan. Tak lupa juga disediakan cawan yang berisi jeruk purut. Cawan itu sebelumnya telah didoakan di dalam bale parsantian (rumah ibadah).

Sipaha Lima juga dilaksanakan dengan memerhatikan kedudukan tiap pelaksana dari berpakaian. Para laki-laki akan mengenakan kain putih diilustrasikan di atas kepala yang menyerupai sorban. Kemudian dikenakan ulos dan sarung bagi lelaki yang telah menikah.

Sementara pihak perempuan akan mengenakan kebaya, ulos, dan sarung. Selain itu rambut para perempuan harus diharnet. Sipaha Lima juga terbuka bagi anak-anak. Alhasil anak-anak yang turut melaksanakan tradisi ini wajib mengenakan sarung dan rambut diharnet.

Jika masalah teknis telah diselesaikan, Sipaha Lima pun dilakukan hingga seharian. Di siang hari misalnya bahwa pimpinan agama Malim keluar dari dalam bale parsantian sambil merapal doa. Proses itu dilakukan mereka di halaman dan disaksikan masyarakat Batak.

Ritual pun berlanjut ke acara sembelih kerbau yang sebelumnya telah diikat. Kegiatan ini bahkan dilakukan terus menerus selama tiga hari penuh. Adapun ritual ini biasanya dilakukan di bulan kelima.




(astj/astj)


Hide Ads