Mengenal 3H yang Menjadi Pedoman Hidup Orang Batak

Mengenal 3H yang Menjadi Pedoman Hidup Orang Batak

Raja Malo Sinaga - detikSumut
Kamis, 30 Nov 2023 06:30 WIB
Jenis-jenis alat musik suku Batak (Foto: Wikimedia Commons/StanleySugiyataSeran)
Ilustrasi (Foto: Wikimedia Commons/StanleySugiyataSeran)
Medan -

Pernahkah detikers mendengar dalihan na tolu. Falsafah itu akrab di telinga masyarakat Batak dalam menjalani hidup.

Namun pernahkah detikers mendengar 3H yang sejak lama terpatri di dalam diri orang Batak? Pasalnya, 3H tersebut kerap dijadikan dasar bagi orang Batak dalam berkehidupan yang ideal. Lantas apakah itu sebenarnya 3H.

Mengutip buku Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak karya Basyral Harahap dan Hotman Siahaan, 3H itu singkatan dari hamoraon, hagabeon, dan hasangapon. 3H ini pun menjadi pedoman orang Batak dalam menjalani hidup. Pasalnya, orang Batak akan dianggap telah berhasil jika melengkapi ketiga aspek dari 3H.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hamoraon

Mengutip Kamus Batak (2016), hamoraon dimaknai sebagai kekayaan. Aspek hamoraon dalam jurnal Kontruksi Realitas Budaya Hamoraon, Hagabeon, dan Hasangapon pada Jemaat Gereja HKBP Martadinata Bandung karya Lintang Jaya Pangaribuan sangat berperan penting dalam kehidupan orang Batak.

Pasalnya, masyarakat Batak akan melalukan berbagai cara untuk mencapai hamoraon yang dimaksud. Orang Batak pula menjadi subjek yang memiliki sifat agresif untuk berjuang keras.

ADVERTISEMENT

Salah satu cara yang paling lumrah dilakukan untuk mencapai hamoraon itu dengan cara mangaranto atau dalam bahasa Indonesia disebut merantau. Perantauan nantinya membentuk orang Batak sebagai manusia kreatif dan dinamik.

Hagabeon

Pedoman yang mesti tercapai selanjutnya adalah hagabeon. Dalam Kamus Batak (2016) dijelaskan makna hagabeon adalah keturunan. Jurnal Apakah Hasangapon, Hagabeon, dan Hamoraon sebagai Faktor Protektif atau Faktor Risiko Perilaku Bunuh Diri Remaja Batak Toba? Sebuah Kajian Teoritis tentang Nilai Budaya Batak Toba menjelaskan jika hagabeon tak semata diartikan sebagai memiliki keturunan. Hagabeon dalam jurnal tersebut juga mengartikan orang Batak harus berumur panjang.

Hal itu dikorelasikan dari sejarah Batak yang memiliki budaya persaingan yang ketat. Pasalnya orang Batak disebutkan memiliki sejarah perang antar kampung. Alhasil dengan menjadikan hagabeon sebagai capaian hidup semata untuk membangun sebuah koloni dalam kelompok yang kuat.

Selain itu, memiliki keturunan yang dimaksud dalam hagabeon dalam website jurnal SirokBastra Kemendikbud dengan judul Pengaruh Konsep Hagabeon, Hamoraon, dan Hasangapon terhadap Ketidaksetaraan Gender dalam Amang Parsiunan menjelaskan anak dalam hal ini keturunan mengacu kepada laki-laki. Hal itu dikarenakan masyarakat Batak mengandung sistem patrineal.

Hasangapon

Unsur terakhir agar disebut sukses menurut orang Batak adalah hasangapon. Kamus Batak (2016) mencatat bahwa makna hasangapon adalah kemuliaan dan kehormatan.

Dalam jurnal Pengaruh Konsep Hagabeon, Hamoraon, dan Hasangapon terhadap Ketidaksetaraan Gender dalam Amang Parsiunan disebutkan bahwa hasangapon dapat tercapai jika kedua unsur sebelumnya telah terpenuhi. Taraf hasangapon adalah puncak yang menegaskan bukan lagi dalam taraf keluarga inti.

Hasangapon dipandang menjadi bentuk keberhasilan dalam masyarakat luas. Namun demikian, hasangapon tidak menjadi lebih tinggi dari dua unsur lainnya. Sebab ketiga unsur harus melengkapi agar mendapatkan hidup ideal bagi orang Batak.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads