Terdapat sebuah tradisi di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau yang disebut dengan tradisi Basuh Lantai. Tradisi Basuh Lantai berawal dari Kabupaten Lingga yang merupakan pusat Kerajaan Melayu selama lebih kurang 113 tahun.
Selama kurun waktu tersebut beragam budaya berkembang, salah satunya adalah adat istiadat perkawinan dan juga kelahiran atau persalinan. Tradisi Basuh Lantai berkaitan erat dengan proses kelahiran.
Masyarakat Lingga meyakini bahwa terdapat penghuni di bawah lantai rumah. Sehingga harus dibasuh atau dibersihkan jika terkena darah, terlebih darah dari perempuan yang sedang melahirkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantai yang dibasuh tersebut tidak hanya sekedar disirami dengan air saja, melainkan harus diminyaki, dibedaki, dan disisir. Masyarakat sekitar percaya jika tidak melaksanakan tradisi ini, makhluk halus yang tinggal di lantai akan mengganggu. Selain itu hal ini juga dianggap sebagai ungkapan terima kasih kepada tuhan karena proses kelahiran yang lancar.
Upacara ini dilaksanakan setelah bayi yang dilahirkan telah berusia 44 hari. Selama 44 hari pasca setelah melahirkan ibu dan bayi dilarang untuk keluar rumah. Namun, jika terpaksa akan sesuatu maka ibu harus membawa kacip (alat untuk membelah sirih-pinang) atau pisau atau paku yang ujungnya disusuki bawang. Sedangkan untuk bayi yang ditinggal ibunya, harus diletakkan peralatan seperti pisau, paku, atau sepotong besi. Hal ini bertujuan agar makhluk halus tidak berani mengganggunya.
Pemilihan hari untuk tradisi Basuh Lantai ini juga harus diperhatikan. Masyarakat setempat selalu memilih hari Jumat untuk melaksanakan tradisi ini. Karena menurut kepercayaan mereka, hari Jumat merupakan hari yang dirahmati tuhan.
Sedangkan waktu pelaksanaannya biasanya dilakukan pada pagi hari, karena saat siang hari (setelah sholat Jumat) akan dilanjutkan dengan acara kenduri. Upacara Basuh Lantai ini dilakukan di lantai kamar yang digunakan sewaktu melahirkan.
Upacara ini akan dihadiri oleh kerabat dan tetangga dari ibu yang baru melahirkan, lalu agenda pembasuhan lantai akan dipimpin oleh Mak Dukun/Bidan (yang membantu proses kelahiran) dan Pak Jantan (suami Mak Dukun). Lalu dilanjutkan acara kenduri yang dilaksanakan di ruang tamu dan dipimpin oleh ulama setempat.
Tradisi Basuh Lantai ini dilakukan secara turun-temurun, dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Melalui tradisi ini keluarga yang baru dikaruniai bayi akan menjadi bersih total baik secara fisik, mental, dan juga lingkungan sekitar serta terhindar dari malapetaka dari kekuatan gaib.
Tradisi Basuh Lantai ini mengajarkan kita akan beragam nilai-nilai seperti kebersihan, ketelitian, kebersamaan, keselamatan, kehatian-hatian, dan juga Ketuhanan yang Maha Esa.
Nah, itu dia informasi selengkapnya tentang tradisi Basuh Lantai di masyarakat Lingga di Kepulauan Riau. Semoga artikel ini bermanfaat ya, detikers!
Artikel ini ditulis oleh Vania Dinda Azura, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(afb/afb)