- Penghuni Pertama di Sumatera Utara
- Peninggalan Masa Prasejarah di Sumatera Utara
- Kondisi Situs Bukit Kerang di Sumatera Utara 1. Bukit Kerang di Desa Baru, Pasar VIII Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat 2. Bukit Kerang di Dusun V, Desa Paya Rengas, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat 3. Bukit Kerang di Dusun Mekar Sari, Pasar III Dondong, Desa Stabat Lama, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat 4. Bukit Kerang di Dusun Gunung Karang, Desa Tandem Hilir II, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang
- Temuan Arkeologis di Situs Bukit Kerang di Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara (Sumut) diketahui memiliki banyak aspek kehidupan masa prasejarah menarik berdasarkan temuan arkeologi dan penelitian ilmiah. Pengetahuan tentang hal itu tentu penting untuk digali secara mendalam oleh masyarakat.
Nah, artikel kali ini mengulik peninggalan masa prasejarah apa saja yang terdapat di Sumut. Selain itu, ada penjelasan singkat tentang penghuni pertama yang merupakan penduduk tertua di Sumut.
Penghuni Pertama di Sumatera Utara
Berdasarkan peninggalan-peninggalan prasejarah, penduduk tertua di Sumatera Utara mempunyai ciri-ciri Austro Melanesoid. Berbagai jenis artefak dan ekofak menunjukkan penyebaran mereka pada masa prasejarah, tepatnya zaman Mesolitikum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir buku berjudul Sejarah Daerah Sumatera Utara, jejak-jejak penyebaran orang-orang Austro Melanesoid berada di Sumatera Utara dan Semenanjung Melayu. Mereka tinggal dalam gua (Abris sous roche) dan muara-muara sungai dekat pantai.
Bertahan hidup dengan mengumpulkan segala sesuatu yang dapat dimakan menjadi alasan mereka selalu mengembara. Persediaan makanan pada suatu tempat tidak selalu ada sehingga terpaksa mencari tempat baru yang memberikan makanan.
Kehidupan orang-orang Austro Melanesoid bergantung dari siput dan kerang. Ujung kerang tersebut dipatahkan kemudian isinya dihisap. Selama berabad-abad, kulit kerang menjadi bukit timbunan sampah yang disebut kjokkenmondinger.
Peninggalan Masa Prasejarah di Sumatera Utara
detikSumut mengunjungi Museum Negeri Sumatera Utara untuk melihat koleksi peninggalan-peninggalan masa prasejarah yang dipamerkan. Chairun Nisa selaku kurator koleksi museum menyebutkan berbagai macam peninggalan yang ada.
"Peninggalan di sini ada bukit kerang, Sumatralith, kapak genggam Sumatera, juga tanduk rusa. Untuk fosil, ditemukan di bukit kerang cuma sekarang sudah dibawa ke lab di Yogyakarta," kata Chairun Nisa saat diwawancarai.
Beberapa sampel temuan fragmen cangkang kerang di Situs Bukit Kerang Pasar VIII Sukajadi merupakan kelas bivalvia yakni archidae, veneridae, dan mytilidae. Ketiganya hidup di daerah perairan dangkal dan membenamkan diri ke pasir/lumpur.
"Kulit kerang itukan sisa-sisa konsumsi zaman dahulu lama-lama jadi membukit. Itulah kjokkenmoddinger, cuma sekarang sudah tidak ada lagi," jelasnya.
"Pada tahun 1974, ditemukan 12 kerangka manusia yaitu 8 wanita dan 4 laki-laki di Situs Bukit Kerang Sukajadi Pasar VIII. Situs tersebut berasal dari masa 7000-5000 BP (Before Present)," sambungnya.
Sumatralith ditemukan di situs bukit kerang yang terletak di Desa Suka Jadi, Kabupaten Langkat, khususnya digunakan pada zaman Mesolitikum, Kapak jenis itu dibuat dari batu sungai dengan cara membelah atau memukul salah satu sisinya.
"Peninggalan yang memang menonjol itu kapak batu ini karena dia banyak ditemukan di Sumatera, namanya Sumatralith," sebutnya.
Kemungkinan besar Sumatralith digunakan membuka kulit kerang dengan cara digenggam sehingga alat batu itu dikenal juga sebagai kapak genggam Sumatera. Sementara itu, tanduk rusa digunakan sebagai senjata atau alat mencari umbi-umbian.
Kondisi Situs Bukit Kerang di Sumatera Utara
1. Bukit Kerang di Desa Baru, Pasar VIII Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat
Kondisi Bukit Kerang di Pasar VIII Sukajadi kini telah mengalami kerusakan dan tidak terlihat lagi morfologi bukit kerang yang menggunduk. Masyarakat setempat pun menyebut peninggalan tersebut sebagai "kerangan".
"Cangkang kerang itu dieksploitasi untuk digunakan menjadi bahan campuran semen karena ada kandungan kapurnya," ucap Chairun Nisa.
Bagian yang dahulunya merupakan bukit kerang tersebut dieksploitasi dari tahun 1980-an dan berakhir pada tahun 1994-an. Temuan lain yang ditemukan di antaranya Sumatralith, kapak perimbas, kapak pendek, da tatal batu.
2. Bukit Kerang di Dusun V, Desa Paya Rengas, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat
Lokasi Paya Rengas memiliki dua buah bukit kerang yang keberadaannya berdekatan. Bukit kerang pertama berada di bagian barat Jalan Kerangan di Dusun V, sedangkan bukit kerang kedua berukuran kecil berada di belakang bangunan SD Paya Rengas.
Sisa-sisa cangkang kerang terlihat berada di bagian barat dan timur badan jalan yang membujur utara-selatan. Bukit kerang itu juga sudah habis dieksploitasi cangkang kerangnya menjadi kapur sekitar tahun 1990-an.
"Di lokasi tersebut sudah dilakukan tes spit pada bagian lokasi pembuangan tanah dari bukit kerang untuk mencari artefak yang mungkin masih tersisa. Hasilnya hingga spit 2, sisa cangkang sudah jarang ditemukan," ujar Chairun Nisa.
3. Bukit Kerang di Dusun Mekar Sari, Pasar III Dondong, Desa Stabat Lama, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat
Kondisi Bukit Kerang di Pasar III Dondong sudah habis karena eksploitasi cangkang kerang yang terjadi sekitar tahun 1990-an. Oleh karena itu, sudah tidak ditemukan lagi temuan arkeologis pada wilayah tersebut.
4. Bukit Kerang di Dusun Gunung Karang, Desa Tandem Hilir II, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang
Masyarakat sekitar mengenal Situs Bukit Kerang Tandem Hilir II dengan nama Gunung Kerang. Sama seperti yang lainnya, bukit kerang itu dieksploitasi cangkangnya sebagai kapur oleh pengusaha kapur dan masyarakat tahun 1986/1987.
Temuan Arkeologis di Situs Bukit Kerang di Sumatera Utara
Secara umum, temuan arkeologis di situs bukit kerang di Sumatera Utara terdiri dari artefak dan ekofak. Artefak ditemukan berupa batu Sumatralith, sedangkan ekofak berupa fragmen cangkang kerang, tulang binatang, tengkorak manusia, dan tulang manusia.
Temuan-temuan tersebut hanya berasal dari 2 situs, yakni Situs Bukit Kerang Pasar VIII Sukajadi dan Situs Bukit Kerang Pasar III Dondong. Sebagian besar peralatan ditemukan adalah alat batu kerakal yang diserpih satu sisi dengan bentuk lonjong atau bulat telur.
Salah satu artefak batu yang sangat spesifik dengan situs bukit kerang adalah kapak batu Sumatralith. Bentuknya memanjang, cenderung lonjong, dibuat dengan pemangkasan pada satu bidang sisi saja (monofasial) dan bidang lainnya menyisakan bagian kulit batu asli (korteks).
Bagian tajam nya diperoleh dari peretusan salah satu bagian saja. Artefak batu tersebut hanya dibentuk dengan meretus batu hingga bisa digunakan dan tidak dilakukan penghalusan dengan mengasah alat itu.
Beberapa sampel temuan fragmen cangkang kerang di Situs Bukit Kerang Pasar VIII Sukajadi merupakan kelas bivalvia dan terbagi menjadi 3 kategori yaitu archidae, veneridae, dan mytilidae. Jenis mytilidae yang kebanyakan bisa dikonsumsi.
(astj/astj)