5 Upacara Adat Aceh yang Berkaitan dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan

Aceh

5 Upacara Adat Aceh yang Berkaitan dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan

Muthi’ Nur Hanifah - detikSumut
Jumat, 01 Sep 2023 07:30 WIB
Sejumlah penari menampilkan tarian tradisional tarik pukat saat kenduri adat laut pada Sabang Marine Festival (SMF) 2023 di Sabang, Aceh, Minggu (19/3/2023). Kegiatan tersebut merupakan salah satu budaya warisan leluhur sebagai bentuk rasa syukur atas melimpahnya hasil tangkapan ikan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/YU
Upacara kenduri laut (ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA)
Banda Aceh -

Provinsi Aceh memiliki beragam jenis upacara adat yang telah menjadi tradisi turun-menurun. Pernahkah detikers tahu mengenai upacara adat di Aceh?

Melansir dari buku Upacara Tradisional yang Berkaitan Dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Istimewa Aceh yang disusun oleh Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan. Manusia memiliki kreatifitas yang didasari oleh daya cipta, rasa, karsa, dan budi nurani yang akan melahirkan kebudayaan sebagai nilai-nilai hidup bagi masyarakat.

5 Upacara Adat Aceh

1. Upacara Kendari Laut

Upacara ini dinamakan dengan upacara kenduri laot atau tron u laot yang memiliki arti kenduri laut atau turun ke laut. Yang dimaksud dengan tron u laut ialah suatu upacara yang dilakukan oleh para nelayan dalam waktu setahun sekali, gunanya semoga Allah Yang Maha Esa memberkati serta memberikan kemudahan rezeki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Upacara ini biasanya ditemukan di daerah Ujong Pusong dan Ujong Blang. Kenduri laut ini merupakan upacara yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat, karena adat istiadat yang sudah sangat berkesan bagi para nelayan. Apabila upacara tron u laot tidak dilakukan, akan menjadi suatu ritual yang kurang dalam kehidupan para nelayan.

2. Upacara Seumuleung

Seumuleung adalah suatu upacara tradisional dari daerag Glee Jong. Tujuan diadakannya upacara ini ialah untuk memberikan penghormatan kepada Po dan Nyak Po, dalam mengingat kembali jasa mereka semasa hidup. Bukan hanya itu upacara ini juga memiliki makna yang penting yaitu hikmah dan hormat yang diberikan Po oleh pengikutnya.

ADVERTISEMENT

Lambang upacara ini adalah jambo atau seung tempat dilangsungkan upacara seumuleung. Adapun makna yang terkandung dalam upacara ini adalah baju kebesaran yang dipakai oleh otang yang menyuleung, baju ini jika disapukan oleh orang yang menderita penyakit, maka sakitnya akan sembuh.

3. Upacara Maulud

Upacara adat ini merupakan upacara yang dilakukan oleh penduduk daerah Glee Jong untuk memperingati kelahiran Pang Ulee atau khenduri Pang Ulee (Maulid Nabi Muhammad SAW).

Nabi Muhammad merupakan orang yang telah mengadakan perubahan besar di permukaan bumi ini. Upacara ini juga memiliki arti antara lain sebagai memperingati hati kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.

4. Upacara Uroe Tulak Bala (Hari tolak Musibah)

Upacara yang satu ini merupakan salah satu upacara yang dilakukan oleh penduduk daerah Glee Jong pada hari rabu terakhir bulan Safar atau manoe safar (Mandi safar). Uroe Tolak Bala ini sangat terkenal dengan upacara manoe uroe Rabu abeih.

Yang dimaksud dengan upacara ini untuk membersihkan diri dari noda-noda dan dosa-dosa, banyak bermacam-macam hal yang tidak membawa keberuntungan. Upacara uroe tulak bala itu merupakan upacara tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang mereka.

5. Upacara Kenduri Blang

Pengertian dari kenduri blang adalah suatu upacara kenduri yang diadakan di sawah, masyarakat sering menyebutnya dengan kenduri treun u blang (turun ke sawah). Apabila penduduk desa hendak bercocok tanam yang paling utama padi mereka tidak boleh sembarangan. Mereka harus melakukan kenduri blang terlebih dahulu.

Upacara ini dilakukan hampir oleh setiap penduduk di Aceh. Karena memiliki makna besar bagi penduduk Desa Gleenjong, mereka telah dapat melaksanakan tugasnya yaitu dengan memohon kepada tuhan Yang Maha Kuasa, semoga padinya subur.

Nah, itulah penjelasan mengenai lima upacara tradisional Aceh yang mungkin belum ketahui. Tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat Aceh. Semoga menambah pengetahuan detikers!

Artikel ini ditulis Muthi' Nur Hanifah, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads