Tradisi Tepung Tawar Sebelum Naik Haji di Sumatera, untuk Raih Berkah Allah

Tradisi Tepung Tawar Sebelum Naik Haji di Sumatera, untuk Raih Berkah Allah

Felicia Gisela Sihite - detikSumut
Kamis, 15 Jun 2023 11:53 WIB
Musa Rajekshah hadiri Halalbihalal dan Tepung Tawar Calhaj Binjai, Rabu (1/6/2022).(DISKOMINFO SUMUT)
ilustrasi tepung tawar sebelum naik haji (Foto: dok. DISKOMINFO SUMUT)
Medan -

Ibadah haji di tanah suci Makkah dan Madinah sudah mulai berlangsung jelang Hari Raya Idul Adha. Namun, di balik proses persiapan keberangkatan, jemaah calon haji biasanya melakukan suatu tradisi budaya lokal yang lazim di berbagai daerah.

Di Pulau Sumatera, terdapat tradisi tepung tawar dari budaya Melayu di Riau. Bagi yang belum tahu tradisi tersebut, berikut detikSumut sajikan penjelasan tentang tradisi tepung tawar sebelum naik haji dilansir dari laman resmi Kementerian Agama RI.

Apa Itu Tradisi Tepung Tawar?

Tradisi tepung tawar adalah upacara adat yang dilakukan sebagai bentuk persembahan syukur atas terkabulnya suatu keinginan atau usaha, untuk mendapat rida dari-Nya, terhindar dari bahaya dan memperoleh rahmat yang berkesinambungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budaya Melayu Riau tersebut merupakan peninggalan raja-raja terdahulu. Tradisi itu juga sudah tercatat resmi sebagai Warisan Budaya Takbenda (Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud, 2019).

Tradisi tepung tawar umumnya digunakan dalam acara-acara tertentu, seperti pernikahan, menempati rumah baru, khitanan, dan upacara adat sakral lainnya. Seiring perkembangan zaman, di Pulau Sumatera, tradisi tersebut dilakukan sebelum melepas jemaah calon haji.

ADVERTISEMENT

Bagaimana Cara Melakukan Tradisi Tepung Tawar?

Ada beberapa perlengkapan yang dibutuhkan dalam tradisi tepung tawar, yakni daun perenjis (daun yang diikat menjadi satu untuk dicelupkan ke air) dan air wangi (air berisi campuran bedak, jeruk, dan bunga mawar).

Daun perenjis dan air wangi menjadi alat utama pelaksanaan acara sebelum dilakukan prosesi perenjisan (mencipratkan). Prosesi dimulai dengan mengambil daun perenjis yang telah dicelupkan ke dalam air wangi.

Renjis daun menggunakan kedua tangan yang telungkup di atas paha beralaskan bantal tepung tawar yaitu kain putih/batik. Penepuk tepung tawar mengambil beras kunyit, membasuhnya bersama bunga rampai lalu menaburnya pada orang yang ditepung-tawari.

Selanjutnya, penepuk mengambil serta mengoleskan sejemput inai di telapak tangan kanan dan kiri pihak yang ditepung-tawari sambil merenjiskan air percung. Setelah semua penepuk tepung tawar menyelesaikan tugasnya, acara ditutup dengan doa selamat.

Makna Tradisi Tepung Tawar

Tradisi tepung tawar memiliki makna kuat pada perlengkapan dan setiap langkahnya. Beras kunyit, beras basuh, dan beretih yang dihamburkan bermakna ucapan selamat dan turut bergembira.

Merenjis kening berarti berpikir sebelum bertindak atau terus menggunakan akal sehat. Merenjis bahu kanan dan kiri berarti harus siap memikul beban penuh rasa tanggung jawab. Merenjis punggung tangan artinya jangan pernah putus asa dalam mencari rezeki.

Doa selamat di penutup acara merupakan harapan untuk mendapat berkah dan rida dari-Nya. Dengan adanya tradisi tepung tawar, diharapkan akan tercipta kebersamaan dan kekompakan.

Nah, demikian penjelasan tentang tradisi tepung tawar sebelum naik haji. Selamat menunaikan ibadah haji dan semoga artikel ini membantu, ya, detikers!

Artikel ini ditulis oleh Felicia Gisela Sihite, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(mff/mff)


Hide Ads