Suara azan berkumandang dari menara masjid itu. Para jemaah, mulai dari orang dewasa sampai anak-anak, laki-laki sampai perempuan, bergegas masuk ke dalam masjid.
Beberapa lainnya masuk ke ruang wudhu. Mereka membersihkan diri, sebelum melaksanakan salah ashar.
Waktu itu hari Kamis, 23 Maret 2023. Tepat dengan 1 Ramadan 1444 Hijriah.
Setiap kali Ramadan, masjid itu selalu ramai. Ada yang tadarusan seusai salat, ada yang beristirahat sembari menunggu berbuka, tak jarang pula wisatawan lokal maupun mancanegara yang hanya sekedar menengok-nengok masjid peninggalan Kesultanan Deli itu.
Nama masjid itu adalah Masjid Raya Al-Mashun atau Masjid Raya Medan. Masjid itu adalah peninggalan Kesultanan Deli. Bahkan, sampai saat ini, masjid itu masih menjadi tempat sultan menunaikan salat.
Usai salat, para jemaah pun mendapat siraman rohani melalui tausyiah yang disampaikan oleh ustaz. Ya, setiap bulan Ramadan biasanya ada ceramah ustaz, setiap hari.
Dinginnya penyejuk udara di dalam Masjid Raya Al-Mashun membuat para jamaah tampak enggan keluar. Sambil menunggu berbuka, para jemaah melanjutkan membaca Al-Qur'an yang disediakan oleh pihak masjid.
Masjid menjadi tempat umat muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Banyak yang membuat masjid sebagai sarana untuk berbagi ilmu agama ataupun mengenal sejarah tentang keislaman.
Saat itu, tim detikSumut disambut oleh Hamdan, pengurus Masjid Raya Al-Mashun. Pria yang sudah mengabdi sejak puluhan tahun untuk mengurus masjid yang berdiri sejak tahun 1909 itu.
Hamdan bercerita bahwa masjid ini menjadi sejarah kedekatan Sultan Deli dengan rakyatnya. Di sinilah, rakyat dapat menyampaikan aspirasinya tanpa harus mendapat pengawalan ketat seperti di istana.
"Mungkin pada masa kesultanan dulu, jumpa sultan ini seperti jumpa presiden mesti bikin janji. Protokoler yang mesti kita lalui. Di sini lah kelebihan sultan untuk mendekatkan dirinya kepada rakyat pada masa itu. Beliau meluangkan waktu di masjid ini tanpa protokoler," ungkap Hamdan kepada detikSumut.
Walaupun dapat menjumpai sultan secara leluasa, namun Hamdan juga menyebut warga harus penuh dengan sopan santun dan beretika saat berdialog dengan sultan.
"Artinya dengan adab juga kita berbicara dengan seorang sultan dan sopan santun. Beliau meluangkan waktu untuk berdialog, keluhan masyarakat. Apa yang harus dibuat. Kalau di istana mereka segan, masjid inilah membuat tidak ada jarak sultan dengan rakyat dengan sopan santun. Pada masa itu, siapa yang punya masalah ataupun pribadi bisa dilakukan (diceritakan) di sini," ujarnya.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya...
Simak Video "Gaya Jokowi Kenakan Pakaian Kesultanan Deli di Upacara Harlah Pancasila"
(dpw/dpw)