Miris! Kondisi Istana Maimun Medan yang Lebih Mirip Pasar

Miris! Kondisi Istana Maimun Medan yang Lebih Mirip Pasar

Nizar Aldi - detikSumut
Kamis, 02 Mar 2023 12:39 WIB
Kondisi Istana Maimun Medan yang mirip pasar. (Nizar Aldi/detikSumut)
Kondisi Istana Maimun Medan yang mirip pasar. (Nizar Aldi/detikSumut)
Medan -

Istana Maimun Medan merupakan salah satu cagar budaya yang menyimpan banyak sejarah tentang Kesultanan Deli. Tapi kondisi Istana Maimun kini lebih mirip dengan pasar karena banyaknya penjual suvenir dan mainan di dalamnya.

Pantauan detikSumut di Istana Maimun yang berada di Jalan Brigjend Katamso, Kamis (2/3/2023), pukul 11.15 WIB, banyak pengunjung yang mendatangi tempat bersejarah ini. Mulai dari pegawai salah satu BUMN, anak sekolah hingga warga biasa.

Saat memasuki tangga Istana Maimun, banyak didapatkan sepatu di sisi kira dan kanan tangga tersebut. Tepat di sisi kanan pintu masuk, ada pemusik yang memainkan irama lagu Melayu untuk menemani pengunjung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian setelah masuk ke dalam, banyak pedagang UMKM yang menjual suvenir seperti tanjak Melayu, baju, dan berbagai atribut lainnya. Selain itu banyak juga mainan anak-anak hingga ada yang berjualan minuman di dalamnya.

Para pedagang tersebut berada di sisi kanan ketika masuk ke dalam Istana Maimun. Selain itu terdapat juga pedagang di sisi kiri hingga ke bagian belakang Istana Maimun.

ADVERTISEMENT

Salah satu pengunjung bernama Yeni, mengaku terganggu dengan adanya jualan di dalam Istana Maimun. Ia mengatakan merasa seperti di Pajak Sentral atau Pusat Pasar Kota Medan.

"Ini (yang jualan) sebenarnya mengganggu itu jadi nggak nampak, udah kayak berada di dalam apa kita ini, dalam pajak sentral," kata Yeni saat ditemui detikSumut di Istana Maimun, Kamis (2/3/2023).

Menurutnya suasana Istana Maimun ini seharusnya seperti di berada di museum dan menikmati peninggalan Kesultanan Deli tersebut. Meskipun secara ornamen masih ada, namun Yeni menilai suasana di dalam Istana Maimun lebih mirip pasar.

"Harusnya kan dia seperti museum seharusnya, jadi budaya-budaya dari Kerajaan Deli itu masih ada, memang iya dari segi manik-manik dan sebagainya masih ada lah Deli nya, tapi itu udah berbaur kek di pajak-pajak," ujarnya.

Yeni menuturkan jika memang jualan suvenir seharusnya dilakukan di luar Istana Maimun atau di halamannya. Sehingga tidak menutupi beberapa sisi Istana Maimun.

"Kalau pun mau buka stan pun ya di luar, bukan di dalam, karena nggak nampak dia, itu ditutupin sama jualannya, ini pun kalau kita foto kan nampak belakangnya (jualan)," ucapnya.

Selain itu, salah satu pengunjung lainnya bernama Hamida menyebutkan hal yang yang sama. Hanya saja selaku guru sekolah yang membawa siswa berkunjung merasa harga sewa pakaian adat Melayu untuk berfoto tidak terjangkau oleh siswanya.

"Kalau kita ingin memakai baju adat Melayu nya kan ada disewa-sewakan, itu harusnya (harganya) disesuaikan dengan anak-anak (sekolah) yang menyewa, karena kan uang jajan anak sekolah tidak banyak segitu," sebut Hamida.

Tanggapan Pengelola Istana Maimun Ada di Halaman Selanjutnya....

Dia berharap ada kompensasi harga untuk anak sekolah jika menggunakan baju Melayu tersebut. Sehingga anak sekolah dapat menikmati dan memakai baju itu.

"Karena kan saya sudah beberapa kali bawa anak-anak kemari, uang dia pas-pasan aja, kalau tadi orang dewasa ya nggak apa-apa, tapi harusnya untuk anak sekolah beda," tutupnya.

Sementara itu, Rafsyanjani sebagai salah satu pengelola sekaligus keturunan Kesultanan Deli tak menampik kondisi Istana Maimun yang disebut mirip pasar. Namu, dia tidak bisa banyak memberi penjelasan. Sebab orang yang berjualan di dalam Istana Maimun adalah keturunan Kesultanan Deli.

"Kalau pendapat saya sendiri, saya juga keturunan, saya juga pengelola di sini saya tidak bisa berkata apa-apa karena semua juga keluarga saya juga," kata Rafsyanjani.

Upaya untuk memindahkan lokasi jualan ke luar Istana Maimun ternyata sudah pernah dilakukan. Namun, karena merasa sesama ahli waris, maka mereka menolaknya.

"Sebenarnya ini sudah ada yang ingin dibikin di luar, ibaratnya dirapikan lah gitu supaya ini (Istana Maimun) bisa dieksplor para tamu, tapi karena mereka keluarga mereka merasa ahli waris juga, alasannya kita tahu mencari rezeki," tutupnya.



Hide Ads