Permainan gasing tak asing lagi didengar oleh masyarakat Melayu Batam dan wilayah Kepulauan Riau (Kepri). Permainan ini cukup familiar dengan masyarakat Melayu dan diyakini telah lama dimainkan dari zaman dahulu.
Permainan tradisional itu kini seakan perlahan-lahan hilang tergerus zaman dan mulai dilupakan. Padahal permainan gasing pada dahulu kala memiliki musim dan waktu untuk dimainkan.
Gasing di Batam memiliki berbagai nama. Sistem penanaman biasanya, menyesuaikan dengan bentuk dan rupanya. Ada gasing jantung, seperti jantung pisang. Gasing piring, pipih seperti piring. Lalu, ada juga gasing berembeng.
"Gasing sebenarnya tidak ketahui kapan mulai dimainkan. Permainan gasing ini hampir di seluruh Nusantara memainkan itu. Gasing di daerah Melayu ada tiga jenis yang dikenal yakni gasing berembang, gasing jantung dan gasing piring," kata Kabid Kebudayaan Disbudpar Kota Batam, Muhammad Zen, Sabtu (18/2/2023).
Zen menjelaskan dalam pola permainan gasing di daerah Kepri ini dikenal beberapa pola permainan. Uri yakni uji lama berputar, itu biasanya menentukan gasing yang akan diadu atau dipangkah penyambutan dalam bahasa Melayu. Uri sendiri di sebagian wilayah Kepri ada yang di putar di atas alas ada juga yang langsung di atas tanah.
"Jadi pangkah ini setelah melewati uri atau lama berputar maka gasing yang berputar paling lama akan di adu dengan yang paling cepat berputar itu disebut pangkah. Untuk menentukan pemenangnya saat pangkah akan dilihat gasing mana yang lebih lama berputar setelah diadu apakah gasing yang diserang atau menyerang," jelas Zen.
Tiga bagian struktur gasing yang dikenal masyarakat Melayu Batam dan Kepri pada umumnya itu memiliki tiga bagian penting. Bagian pertama yakni kepala gasing yang berada pada bagian atas, bahu gasing dan kaki gasing.
Ketahanan sebuah gasing biasanya berada pada bagian kepala dan kaki gasing. Untuk ukuran gasing yang biasanya dipermainkan itu tidak memiliki aturan tersendiri.
"Untuk permainan rakyat seperti gasing ini tidak memiliki standar ukuran. Itu tergantung pembuat atau pemilik saat mengukir bentuk gasing," ujarnya.
Gasing yang berkualitas bagus itu biasanya menggunakan kayu Stigi dengan nama latin pemphis acidula mempunyai nama lain santigi, santigi atau kayu mattiggi yang dikenal umum oleh masyarakat Melayu Kepri. Pohon kayu itu biasanya tumbuh di atas bebatuan. Bahan pembuatan gasing lainnya yakni dari kayu pohon asam, kualitas kayu asam masih di bawah kayu menttigi.
"Menttigi ini tumbuh di atas batu atau biasa dikenal di Kepri ini tumbuh di atas batu tanjung. Kalau untuk asam ini mudah pecah ketika dipangkah atau diadu. Jadi untuk ketahanan gasing biasanya di tanam di tanah untuk beberapa waktu. Caranya hampir sama seperti orang Minang yakni mengawetkan kayu atau bahan bangunan dengan membenamkannya ke dalam rawa atau kolam dalam kurun waktu tertentu," sebutnya.
Baca selengkapnya di halaman berikut...
Simak Video "Video: Sopir Angkot Adang Mikrotrans di Pulogadung, Kadishub Buka Suara"
(nkm/nkm)