Desa Tipang, di Kecamatan Baktiraja Humbang Hasundutan (Humbahas) merupakan salah satu desa tempat pengabdian Universitas Sumatera Utara (USU). Desa ini memiliki panorama alam yang indah serta wisata budaya dan sejarah yang sangat menarik untuk dieksplorasi. Beragam potensi wisata menarik seperti air terjun Sigota-gota dan Sampuran Sipultak Hoda menjadi salah satu keistimewaan desa yang berbatasan dengan kabupaten Samosir ini.
Dilansir dari detikEdu, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat USU di Desa Tipang Prof. Dr. Robert Sibarani, MS dalam keterangannya menuturkan ada perubahan yang dihasilkan melalui pengabdian masyarakat yang dilakukan USU.
Perubahan yang terjadi di Desa Tipang membawa rezeki tersendiri dengan terpilihnya desa tersebut masuk ke dalam 50 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) Tahun 2021, yang juga buah dari kerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Hal ini secara bertahap telah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke desa tersebut, sebagaimana diungkapkan oleh masyarakat dan kepala desa setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apa saja perubahan yang terjadi di desa Tipang? Simak ulasan berikut.
1. Adanya atraksi wisata. Adapun saat ini yang sudah berhasil dibuat, yakni atraksi berbasis budaya, yang disebut dengan atraksi Si Hale Aek (Pekerja Irigasi).
Atraksi ini sudah 2 kali tampil di depan umum dan mendapatkan sambutan yang antusias dari wisatawan. Atraksi budaya tersebut diciptakan melalui penelitian-penelitian budaya yang dilakukan sebelumnya oleh dosen USU dengan melibatkan masyarakat setempat.
2. Amenitas yang lebih difokuskan kepada something to buy dan something to do, seperti adanya cinderamata khas setempat, restoran/rumah makan, homestay, toilet, parkir, dan sebagainya.
Robert mengatakan bahwa pihaknya berhasil mendorong pemerintah dan masyarakat untuk membuat homestay di Desa Tipang, yang bisa dimanfaatkan, baik oleh para mahasiswa KKN, maupun wisatawan. Saat ini sudah banyak homestay yang didirikan, selain penginapan-penginapan kecil.
3. Aksesibilitas, di mana USU sudah memfasilitasi 4.500 meter jalan setapak untuk ekowisata, yang menjadi akses bagi para wisatawan untuk menuju ke puncak air terjun. Adapun akses tersebut dulunya tidak ada karena hanya pekerja irigasi yang menggunakan jalur dari sawah menuju air terjun.
4. Perubahan dalam ancillary dengan meningkatkan bidang pelayanan melalui pegiat-pegiat wisata, kelompok sadar wisata, tokoh adat, tokoh masyarakat, kaum ibu, anak muda dan anak-anak. Mereka diedukasi tentang cara melayani, membantu wisatawan dan memberikan keramahan kepada wisatawan.
5. Comfort and safety, tentang bagaimana menjaga keamanan dan kenyamanan, agar tidak mengganggu wisatawan dan memberikan rasa aman terhadap keberadaan mereka beserta barang bawaannya. Media yang digunakan melalui sosialisasi dan pelatihan.
(bpa/bpa)