Momen Imlek hingga Cap Go Meh biasanya dimeriahkan dengan atraksi Barongsai. Namun, momen Imlek akan semakin berkesan dengan adanya penampilan Guzheng.
Guzheng atau Kecapi Tionghoa menjadi daya pikat dalam setiap perayaan Imlek. Di Kota Medan, permainan Ghuzeng mulai semakin mendapat panggung.
Namun, sebelum meluas seperti saat ini, ternyata Guzheng dulunya merupakan alat musik yang eksklusif, bahkan hanya dimainkan oleh kalangan bangsawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ghuzeng pada zaman dahulu hanya dimainkan oleh kalangan istana atau cendikiawan dan bangsawan. Alat ini dulu cenderung eksklusif, tetapi sekarang semua orang sudah boleh memainkannya," ungkap Ngartini Huang, pemain Guzheng sekaligus pemilik Jade Music Academy, Kamis (19/1/2023).
Guzheng terbuat dari kotak kayu yang melengkung cembung dengan 21 senar yang menghasilkan suara merdu dari setiap petikan pemainnya. Menariknya, ternyata suara dari Ghuzeng ini dinilai juga sebagai penenang.
"Alat musik ini alami, tidak memakai elektrik. Jadi suara yang dihasilkan adalah murni dari suara kayu yang mengalami gelombang getaran sampai keluar dari lubang suara. Permainan alat musik ini beda dan suaranya ini mampu menjadi obat ataupun media terapi bagi pemain ataupun pendengarnya," tuturnya.
Adapun untuk harga 1 Guzheng dimulai dari harga Rp 9 juta ke atas. Ngartini menyebutkan harga akan semakin tinggi apabila jenis kayu yang digunakan semakin spesial.
"Harganya itu Rp 9 juta ke atas. Harus impor dari China, tidak bisa diproduksi di negara manapun. Karena struktur kemudian bagian alat musik itu sendiri yang masih jadi rahasia turun temurun. Walaupun kita ada contoh tapi untuk menduplikasikan alat ini sangat susah," kata Ngartini.
Ngartini sendiri mengoleksi berbagai jenis Guzheng. Ia pun bercerita dirinya memiliki Guzheng dari kayu langka yang sering ia gunakan untuk rekaman.
"Gema dan gaungnya itu beda (dari Guzheng biasa), dentingannya itu halus tidak kasar tetapi jernih. Kualitas ini yang dipakai guru besar saya untuk manggung atau konser," kata Ngartini.
Jelang Imlek ini, Ngartini mengakui tahun ini sudah menerima banyak tawaran untuk tampil. Adapun untuk pilihan lagu yang ditampilkan kebanyakan berupa lagu-lagu mandarin.
"Banyak lagu mandarin bernuansa Imlek tapi lagu barat atau lagu Indonesia juga bisa. Guzheng ini alat musik yang sportif dan yang memainkannya ini lebih positif lagi," kata Ngartini.
Hingga saat ini, Ngartini memiliki lebih dari 100 murid dari berbagai usia. Ia menyebutkan minat anak muda saat ini semakin tinggi untuk mempelajari alat musik tradisional itu.
Dalam memainkan Guzheng, para pemain harus mengikuti beberapa kelas dan jenjang yaitu empat kelas untuk basic, tiga kelas untuk intermedite, dan tiga kelas untuk advance.
(nkm/nkm)