Stasiun Kereta Api Binjai yang terletak di Jl. Ikan Paus, Tanah Tinggi, Kecamatan Binjai Timur, Kota Binjai nyatanya bukan sekadar stasiun kereta api biasanya. Stasiun satu ini merupakan bangunan bersejarah dari peninggalan zaman kolonial Belanda.
Dulunya, Stasiun Kereta Api Binjai bernama Stasiun Timbang Langkat. Stasiun yang dibangun di atas ketinggian +29,52 m ini merupakan stasiun kereta api kelas dua yang masuk administrasi pada Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh.
Melansir dari laman resmi Cagar Budaya Provinsi Sumatera Utara, detikSumut menemukan fakta bahwa Stasiun Binjai kini hanya memiliki tiga jalur tersisa dari enam jalur kereta api. Kini, Stasiun Binjai tidak lagi melayani perjalanan KA menuju Besitang.
Selain itu, Stasiun Binjai tidak lagi melayani angkutan barang. Tercatat bahwa Stasiun Binjai tempo dulu terdapat empat stasiun antara Medan-Binjai, yakni Sikambing, Sunggal, Sunggal, Sungai Semayang, dan Diski.
Bergaya Bangunan Kolonial
Merangkum berbagai sumber, Stasiun Kereta Api Binjai memiliki ciri khas gaya bangunan kolonial semenjak masa pembangunannya dulu.
Handinoto (1996) mengemukakan pembagian atas 4 periode perkembangan arsitektur kolonial Belanda di Indonesia, antara lain: abad 16 sampai tahun 1800-an, Indonesia masih disebut sebagai Netherland Indische (Hindia Belanda), pada rentang waktu ini arsitektur tidak mempunyai suatu orientasi bentuk yang jelas dan tidak beradaptasi dengan iklim dan lingkungan setempat
Kemudian berlanjut pada 1800-an (awal abad ke-19) sampai tahun 1902, gaya neoklasik yang melanda Eropa diadopsi ke Hindia Belanda dengan nama Indische Architectuur. Sedangkan tahun 1902 sampai tahun 1920-an, muncul standar arsitektur modern yang berorientasi ke Belanda.
Dan di tahun 1920-an sampai tahun 1940-an, pendekatan rancangan arsitektur Hindia Belanda memegang unsur-unsur arsitektur tropis, arsitektur tradisional Indonesia sehingga menjadi konsep yang eklektis.
Stasiun Kereta Api Binjai yang telah berdiri sejak tahun 1887 merupakan salah satu peninggalan arsitektur kolonial Belanda yang ternyata memiliki arsitektur bergaya Indis. Hal tersebut lantaran rentang waktu berdirinya Stasiun Kereta Api Binjai pada masa pemerintahan Hindia Belanda dapat digolongkan sebagai arsitektur Indis (Hartono, 2017).
Sidharta (1997) berpendapat bahwa arsitektur Indis sebenarnya berarti arsitektur yang dibangun selama waktu pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia antara abad 17 sampai tahun 1942 yang dipengaruhi oleh arsitektur Belanda.
Berbeda dengan gaya arsitektur yang lain, arsitektur Indis, menurut Soekiman (2000), merupakan akulturasi budaya antara Belanda (Eropa) dengan Jawa (lokal) yang terjadi dengan periodesasi yang panjang.
Baca selengkapnya di halaman berikut....
Simak Video "Video Eks Dirjen Prasetyo Divonis 7,5 Tahun Bui di Kasus Rel KA Sumut-Aceh"
(afb/afb)